Lambung belakang kapal peÂngangkut ini terbuka. Dari daÂlamÂnya keluar dua tank Leopard jenis Revolution (Ri).
Tank Leopard 2 dan Marder 1A5A1 buatan Rheinmetall, JerÂman ini pesanan TNI. Dari pelabuhan, tank berat (main battle tank/MBT) dijajal ke KeÂmaÂyoran, Jakarta Pusat.
Jarak Tanjung Priok-KemaÂyoran sekitar lima kilometer. “KaÂrena belum punya truk angÂkut untuk tank, kedua tank LeoÂpard dijalankan dari Tanjung Priok ke Kemayoran,†kata RobÂby ArdianÂsyah, anggota BaÂtalyon Kavaleri (Yonkav) 1, Kostrad TNI AD.
Kedua tank lalu diparkir berÂdamÂpingan di depan lapangan hall D, Arena Pekan Raya (PRJ) Kemayoran. Rencananya, kedua tank akan dipamerkan dalam Indo Defence Expo yang digelar di tempat ini 7-10 November.
Tank Marder yang dipamerkan berwarna hijau seperti warna seÂragam harian TNI AD. SeÂdangÂkan yang berwarna abu-abu Leopard 2.
Bentuk dan ukuran keÂduanya berbeda. Leopard Marder beratnya 33,5 ton, panjang 6,79 meter dan lebar 3,24 meter.
Meskipun berat, tank ini bisa melaju dengan kecepatan 65 km/jam dan berputar 360 derajat daÂlam waktu 10 detik.
Tank ini meÂmakai mesin disel MTU MB Ea-500 enam silinder berpendingin cairan yang mampu mengÂgeÂlonÂtorkan 600 tenaga kuda.
Dilihat dari riwayat hiÂdupnya, Marder ini sebenarnya bukan produk anyar. Prototipe awalnya dirancang tahun 1960-an, dengan produksi perdana pada 1971, yang dilanjutkan deÂngan sejumlah varian peÂngemÂbangan hingga tahun 1990-an. Bahkan saat ini sebagian Marder varian awal di Jerman sudah akan digantikan generasi yang lebih baru, yaitu Puma.
Tank Marder berfungsi sebagai tank angkut personel. Salah satu ciri khas Marder adanya kaÂnon atau meriam berkaliber keÂcil, yakni kaliber 20 mm RheinÂmetall MK 20 Rh202. Kanon ini otomaÂtis. Artinya peluru tidak perlu diisi satu demi satu. PeÂluru yang dipergunakan bisa dari berbagai jenis seperti amunisi konvenÂsioÂnal, penembus baja serÂta berdaya ledak tinggi (high explosive/HE).
Kemampuan ini tidak dimiliki kendaraan angkut personel yang dimiliki TNI. Kendaraan angkut hanya dibekali senapan mesin berat kaliber 12,7 mm atau 7,62 mm.
Sebagai senjata tambahan, pada bagian kiri kubah kanon Marder dipasang senapan mesin 7,62 mm. Kubah senjatanya bisa diÂputar 360 derajat. Sementara kaÂnonnya bisa digerakkan verÂtikal dari 17 derajat hingga +65 derajat dengan kecepatan 40 deÂrajat per detik.
Sebagai peranti tambahan, ada tujuh pelontar granat otomatis (automatic grenade launcer/AGL) kaliber 76 mm untuk meÂlontarkan granat asap.
Desain interior Marder tak baÂnyak beda dengan kendaraan tempur lainnya. Pengemudi duÂduk di sisi kiri depan, sementara meÂsin berada di sebelah kananÂnya. Di bagian tengah terdapat tempat untuk dua awak di bawah kubah meriam. Komandan duduk di kanan dan juru tembak di kiri.
Di bagian belakang terdapat ruang pengangkut enam personel infantri yang duduk beradu pungÂgung, bukan berhadapan.
Bobot tank Leopard 2 RevoÂluÂtion lebih berat. Mencapai 60 ton, hampir dua kali lipat dari Mander. Panjangnya termasuk dengan meriam 9,7 meter dengan lebar 3,7 meter dan tinggi 2,5 meter. LeoÂpard 2 adalah tank serbu. Makanya hanya diawaki 4 orang. Yakni koÂmandan, pengeÂmuÂdi, juru tembak, juru muat peluru.
Dari segi tampilan, memang ada perbedaan di antara kedua tank bersaudara ini. Itu bisa diliÂhat pada kubah meriam di kedua tank. Varian Revolution memiliki kuÂbah meriam yang sisinya berÂsudut miring dan tajam, seÂmenÂtara Marder kubahnya masih berÂbentuk kotak.
Tank hasil ini kali pertama diÂperkenalkan tahun 2010. PeÂngembangan paling nyata ReÂvoÂluÂtion adalah pada perangkat proÂtekÂsiÂnya, yang sudah mengÂguÂnÂaÂkan laÂÂpisan komposit AdÂvanÂced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan pelindung ini terÂdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy yang diklaim memberikan kemamÂpuan perlindungan yang jauh lebih baik.
Sebagai senjata utama, ReÂvoÂlution menggunakan meriam L44 smoothbore kaliber 120 mm. MeÂriam ini bisa menggunakan seÂmua varian peluru standar NATO, dan tanknya mampu membawa 42 butir peluru. Lima belas peluru daÂlam kondisi siap tembak terÂsimpan di kubah meriam, seÂmenÂtara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi.
Untuk tambahan daya gempur dan pertahanan ringan, tank ini juga dilengkapi senapan mesin beÂrat kaliber 12,7 mm yang diÂoperasikan dengan remote coÂnÂtrol sehingga awak tank tak perlu nongol keluar untuk menembak. Sepucuk senaÂpan mesin kaliber 7,62 juga terÂpasang sejajar deÂngan meriam.
Untuk menjawab keraguan bahÂwa meriam bermodel smoothbore alias bagian dalam larasnya liÂcin itu akurasinya di bawah meÂriam rifled bore atau laras berulir, Rheinmetall memasang sistem kendali penembakan yang lebih modern, yang mampu menjamin ketepatan menembak pada keÂsempatan pertama.
Karena dibekali peralatan cangÂgih, harga Leopard 2 RevoÂlution ini lebih mahal dari ManÂder. Satu unitnya 1,7 juta dolar AS atau senilai Rp 16,3 miliar. Sementara Marder hanya 700 ribu dolar AS atau Rp 6,7 miliar per unit.
Singapura Pakai Tank Eks Jerman
Tank Leopard buatan Jerman telah digunakan negara-negara Eropa. Hanya Singapura, negara Asia Eropa yang menggunakan tank yang bisa menyelam di perairan dangkal ini.
Berdasarkan catatan, Jerman meÂmiliki 2.350 buah tank LeoÂpard dari berbagai varian. Dari jumlah itu, hanya 408 yang aktif digunakan. Sisanya disimpan dan dijual paska perang dingin.
Belanda memiliki 445 tank LeoÂpard. Hanya 82 yang aktif dan 26 masih di gudang penyimÂpaÂnan, serta 1 buah tank rusak. BeÂlanda juga banyak menjual tank jenis ini paska perang dingin.
Negara-negara lain yang meÂmiÂliki Leopard 2 adalah Austria yang memiliki 114 tank bekas BeÂlanda. Kanada memiliki 20 buah, dimana 20 di antaranya disewa dari Jerman untuk perang Afganistan dan 5 dibeli dari Jerman untuk suku cadang.
Chili memiliki 132 buah tank beÂkÂas Jerman. Denmark 51 tank eks Jerman, Finlandia 124 tank eks JerÂman, Norwegia 52 tank eks BeÂlanÂda, Polandia 128 tank eks JeÂrÂman, Portugal 37 tank eks Belanda.
Kemudian, Singapura 96 tank bekas Jerman termasuk 30 tank sebagai suku cadang. Spanyol 327 tank. Sebanyak 108 diantaÂraÂnya bekas Jerman dan sisanya baru. Berikutnya Turki 339 tank eks Jerman, dan Yunani yang meÂmiliki 353 tank.
Tiba Di Jakarta, Beberapa Komponen Belum Dipasang
Robby Ardiansyah bersama tiga rekannya terus memanÂdaÂngi dua tank Leopard yang diÂparkir di depan lapangan Hall D PRJ Kemayoran. Sesekali, angÂgota Yonkav 1 Kostrad ini meÂÂlirik dua orang pria yang asÂyik berpose membelakangi tank.
Setelah pengunjung pergi, Robby dan seorang temannya pun merogoh kantong celaÂnaÂnya dan mengambil telepon genggam miliknya. Setelah diÂsetel dengan fitur kamera, Robby pun menyerahkan telÂeÂpon genggamya kepada rekanÂnya tersebut.
“Tolong ambil foto saya dengan membelakangi Leopard ini. Lumayan buat kenang-keÂnangan,†katanya yang langÂsung berpose untuk difoto deÂngan bersender di depan tank.
Sudah menjajal tank ini? Kata Robby, sejak datang beÂlum ada satupun anggota YonÂkav 1 yang sudah meÂnungÂgaÂngiÂnya. “Kami belum tahu seÂperti apa bagian dalam tank ini, karena memang belum ada yang sampai masuk. Saat ini tank masih dalam pengawasan mekanik dari Jerman,†tuturnya.
Dia lalu menunjuk seorang pria bule yang baru saja keluar dari bagian dalam tank. Ia terÂlihat memasang berbagai komÂponen di atas tank. Beberapa kali, pria asing ini masuk ke dalam lewat lobang yang ada di kubah.
“Dia itu mekanik yang diÂdaÂtangkan langsung dari Jerman. Saat dibawa ke sini, tentunya kondisi tank tidak dipasang seÂcara keseluruhan. Ada beberapa bagian yang tidak dipasang,†jelas Robby.
Karena masih berada di baÂwah tanggung jawab pabrikan Jerman, pihak TNI belum ada yang diperkenankan masuk atau mencoba kendaraan tempur ini walaupun untuk sekadar meÂlihat-lihat.
“Nanti kalau sudah diseÂleÂsaiÂkan oleh mekanis dan diÂpaÂmerÂkan, anggota diperkenankan unÂtuk melihat-lihat. Karena akan ada pelatihan khusus untuk mengoperasikannya,†jelas Robby.
Mau Diberi Nama Leopard Indonesia
Kepala Staf TNI Angkatan DaÂrat (Kasad) Jenderal PraÂmono Edhie Wibowo meÂngungÂkapkan ada banyak keÂunggulan dua tank Leopard yang didatangkan dari Jerman. Kemampuannya sudah diÂtingÂkatkan mulai dari perÂsenÂjaÂtaÂanÂnya, body ballistic hingga raÂdar untuk menembak.
“Demi memberi kenÂyaÂmaÂnan, tank tersebut sudah diÂbeÂrikan pendingin ruangan atau AC di bagian dalamnya,†kata PraÂmono menjelaskan keungÂguÂlan lain tank ini.
Rencananya, TNI tak akan menggunakan nama Leopard 2A4. Tapi diganti menjadi tank Leopard Indonesia. “PengguÂnaan nama Leopard Indonesia ini, dikarenakan spsesifikasi yang dibuat sesuai dengan peÂmeÂsanan kami. Berbeda dengan tank Leopard biasanya,†tuturnya.
Selain itu, kata dia, tank berat ini juga sudah dilangkapi deÂngan peluru meriamnya. “Kami juga sudah meminta peluru meÂriam, karena buat apa beli tank cangÂgih tanpa peluru,†imbuhnya.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan dokÂtrin pertahanan TNI tetap akan difokuskan untuk menjaga dan mempertahankan NKRI. MesÂkipun TNI sudah diperkuat tank tempur utama Leopard berkeÂmampuan ofensif.
“Doktrinnya untuk menjaga kedaulatan negara kita ini. Soal penempatan tank Leopard, nanti akan diserahkan kepada TNI AD dengan tetap berkoordinasi deÂngan Kemenhan (KemenÂteÂriÂan Pertahanan),†kata Purnomo.
Menhan mengatakan saat ini baru dua tank yang datang untuk dipamerkan di Indo Defence di Kemayoran Jakarta InternaÂtioÂnal Expo, Kemayoran. “KeÂdataÂnÂgan tank Leopard akan memÂbuat tank kita menjadi komplit,†ujarnya.
Kemenhan sendiri sudah meÂnanÂdatangani nota kesepaÂhaÂman dengan perusahaan Jerman Rheinmetall Defence terkait pengadaan Main Battle Tank (MBT) Leopard pada kemarin. “Penandatanganan tersebut unÂtuk memperkuat sistem perÂtaÂhanan dan industri pertahanan TaÂnah Air,†kata Purnomo.
Rencananya Indonesia akan memecan 61 tank jenis Leopard Revolution dan 42 Leopard 2A4 Marder. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22