Berita

ilustrasi/ist

On The Spot

Tank Leopard Dijajal Jalan Ke Kemayoran

Diturunkan Dari Kapal Di Tanjung Priok
JUMAT, 09 NOVEMBER 2012 | 08:58 WIB

Kapal BBC Kelan Monrovia membuang sauh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin lalu (5/11).

Lambung belakang kapal pe­ngangkut ini terbuka. Dari da­lam­nya keluar dua tank Leopard jenis Revolution (Ri).

Tank Leopard 2 dan Marder 1A5A1 buatan Rheinmetall, Jer­man ini pesanan TNI. Dari pelabuhan, tank berat (main battle tank/MBT) dijajal ke Ke­ma­yoran, Jakarta Pusat.

Jarak Tanjung Priok-Kema­yoran sekitar lima kilometer. “Ka­rena belum punya truk ang­kut untuk tank, kedua tank Leo­pard dijalankan dari Tanjung Priok ke Kemayoran,” kata Rob­by Ardian­syah, anggota Ba­talyon Kavaleri (Yonkav) 1, Kostrad TNI AD.

Kedua tank lalu diparkir ber­dam­pingan di depan lapangan hall D, Arena Pekan Raya (PRJ) Kemayoran. Rencananya, kedua tank akan dipamerkan dalam Indo Defence Expo yang digelar di tempat ini 7-10 November.

Tank Marder yang dipamerkan berwarna hijau seperti warna se­ragam harian TNI AD. Se­dang­kan yang berwarna abu-abu Leopard 2.

Bentuk dan ukuran ke­duanya berbeda. Leopard Marder beratnya 33,5 ton, panjang 6,79 meter dan lebar 3,24 meter.

Meskipun berat, tank ini bisa melaju dengan kecepatan 65 km/jam dan berputar 360 derajat da­lam waktu 10 detik.

Tank ini me­makai mesin disel MTU MB Ea-500 enam silinder berpendingin cairan yang mampu meng­ge­lon­torkan 600 tenaga kuda.

Dilihat dari riwayat hi­dupnya, Marder ini sebenarnya bukan produk anyar. Prototipe awalnya dirancang tahun 1960-an, dengan produksi perdana pada 1971, yang dilanjutkan de­ngan sejumlah varian pe­ngem­bangan hingga tahun 1990-an. Bahkan saat ini sebagian Marder varian awal di Jerman sudah akan digantikan generasi yang lebih baru, yaitu Puma.

Tank Marder berfungsi sebagai tank angkut personel. Salah satu ciri khas Marder adanya ka­non atau meriam berkaliber ke­cil, yakni kaliber 20 mm Rhein­metall MK 20 Rh202. Kanon ini otoma­tis. Artinya peluru tidak perlu diisi satu demi satu. Pe­luru yang dipergunakan bisa dari berbagai jenis seperti amunisi konven­sio­nal, penembus baja ser­ta berdaya ledak tinggi (high explosive/HE).

Kemampuan ini tidak dimiliki kendaraan angkut personel yang dimiliki TNI. Kendaraan angkut hanya dibekali senapan mesin berat kaliber 12,7 mm atau 7,62 mm.

Sebagai senjata tambahan, pada bagian kiri kubah kanon Marder dipasang senapan mesin 7,62 mm. Kubah senjatanya bisa di­putar 360 derajat. Sementara ka­nonnya bisa digerakkan ver­tikal dari 17 derajat hingga +65 derajat dengan kecepatan 40 de­rajat per detik.

Sebagai peranti tambahan, ada tujuh pelontar granat otomatis (automatic grenade launcer/AGL) kaliber 76 mm untuk me­lontarkan granat asap.

Desain interior Marder tak ba­nyak beda dengan kendaraan tempur lainnya. Pengemudi du­duk di sisi kiri depan, sementara me­sin berada di sebelah kanan­nya. Di bagian tengah terdapat tempat untuk dua awak di bawah kubah meriam. Komandan duduk di kanan dan juru tembak di kiri.

Di bagian belakang terdapat ruang pengangkut enam personel infantri yang duduk beradu pung­gung, bukan berhadapan.

Bobot tank Leopard 2 Revo­lu­tion lebih berat. Mencapai 60 ton, hampir dua kali lipat dari Mander. Panjangnya termasuk dengan meriam 9,7 meter dengan lebar 3,7 meter dan tinggi 2,5 meter. Leo­pard 2 adalah tank serbu. Makanya hanya diawaki 4 orang. Yakni ko­mandan, penge­mu­di, juru tembak, juru muat peluru.

Dari segi tampilan, memang ada perbedaan di antara kedua tank bersaudara ini. Itu bisa dili­hat pada kubah meriam di kedua tank. Varian Revolution memiliki ku­bah meriam yang sisinya ber­sudut miring dan tajam, se­men­tara Marder kubahnya masih ber­bentuk kotak.

Tank hasil ini kali pertama di­perkenalkan tahun 2010. Pe­ngembangan paling nyata Re­vo­lu­tion adalah pada perangkat pro­tek­si­nya, yang sudah meng­gu­n­a­kan la­­pisan komposit Ad­van­ced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan pelindung ini ter­diri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy yang diklaim memberikan kemam­puan perlindungan yang jauh lebih baik.

Sebagai senjata utama, Re­vo­lution menggunakan meriam L44 smoothbore kaliber 120 mm. Me­riam ini bisa menggunakan se­mua varian peluru standar NATO, dan tanknya mampu membawa 42 butir peluru. Lima belas peluru da­lam kondisi siap tembak ter­simpan di kubah meriam, se­men­tara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi.

Untuk tambahan daya gempur dan pertahanan ringan, tank ini juga dilengkapi senapan mesin be­rat kaliber 12,7 mm yang di­operasikan dengan remote co­n­trol sehingga awak tank tak perlu nongol keluar untuk menembak. Sepucuk sena­pan mesin kaliber 7,62 juga ter­pasang sejajar de­ngan meriam.

Untuk menjawab keraguan bah­wa meriam bermodel smoothbore alias bagian dalam larasnya li­cin itu akurasinya di bawah me­riam rifled bore atau laras berulir, Rheinmetall memasang sistem kendali penembakan yang lebih modern, yang mampu menjamin ketepatan menembak pada ke­sempatan pertama.

Karena dibekali peralatan cang­gih, harga Leopard 2 Revo­lution ini lebih mahal dari Man­der. Satu unitnya 1,7 juta dolar AS atau senilai Rp 16,3 miliar. Sementara Marder hanya 700 ribu dolar AS atau Rp 6,7 miliar per unit.

Singapura Pakai Tank Eks Jerman

Tank Leopard buatan Jerman telah digunakan negara-negara Eropa. Hanya Singapura, negara Asia Eropa yang menggunakan tank yang bisa menyelam di perairan dangkal ini.

Berdasarkan catatan, Jerman me­miliki 2.350 buah tank Leo­pard dari berbagai varian. Dari jumlah itu, hanya 408 yang aktif digunakan. Sisanya disimpan dan dijual paska perang dingin.

Belanda memiliki 445 tank Leo­pard. Hanya 82 yang aktif dan 26 masih di gudang penyim­pa­nan, serta 1 buah tank rusak. Be­landa juga banyak menjual tank jenis ini paska perang dingin.

Negara-negara lain yang me­mi­liki Leopard 2 adalah Austria yang memiliki 114 tank bekas Be­landa. Kanada memiliki 20 buah, dimana 20 di antaranya disewa dari Jerman untuk perang Afganistan dan 5 dibeli dari Jerman untuk suku cadang.

Chili memiliki 132 buah tank be­k­as Jerman. Denmark 51 tank eks Jerman, Finlandia 124 tank eks Jer­man, Norwegia 52 tank eks Be­lan­da, Polandia 128 tank eks Je­r­man, Portugal 37 tank eks Belanda.

Kemudian, Singapura 96 tank bekas Jerman termasuk 30 tank sebagai suku cadang. Spanyol 327 tank. Sebanyak 108 dianta­ra­nya bekas Jerman dan sisanya baru. Berikutnya Turki 339 tank eks Jerman, dan Yunani yang me­miliki 353 tank.

Tiba Di Jakarta, Beberapa Komponen Belum Dipasang

Robby Ardiansyah bersama tiga rekannya terus meman­da­ngi dua tank Leopard yang di­parkir di depan lapangan Hall D PRJ Kemayoran. Sesekali, ang­gota Yonkav 1 Kostrad ini me­­lirik dua orang pria yang as­yik berpose membelakangi tank.

Setelah pengunjung pergi, Robby dan seorang temannya pun merogoh kantong cela­na­nya dan mengambil telepon genggam miliknya. Setelah di­setel dengan fitur kamera, Robby pun menyerahkan tel­e­pon genggamya kepada rekan­nya tersebut.

“Tolong ambil foto saya dengan membelakangi Leopard ini. Lumayan buat kenang-ke­nangan,” katanya yang lang­sung berpose untuk difoto de­ngan bersender di depan tank.

Sudah menjajal tank ini? Kata Robby, sejak datang be­lum ada satupun anggota Yon­kav 1 yang sudah me­nung­ga­ngi­nya. “Kami belum tahu se­perti apa bagian dalam tank ini, karena memang belum ada yang sampai masuk. Saat ini tank masih dalam pengawasan mekanik dari Jerman,” tuturnya.

Dia lalu menunjuk seorang pria bule yang baru saja keluar dari bagian dalam tank. Ia ter­lihat memasang berbagai kom­ponen di atas tank. Beberapa kali, pria asing ini masuk ke dalam lewat lobang yang ada di kubah.

“Dia itu mekanik yang di­da­tangkan langsung dari Jerman. Saat dibawa ke sini, tentunya kondisi tank tidak dipasang se­cara keseluruhan. Ada beberapa bagian yang tidak dipasang,” jelas Robby.

Karena masih berada di ba­wah tanggung jawab pabrikan Jerman, pihak TNI belum ada yang diperkenankan masuk atau mencoba kendaraan tempur ini walaupun untuk sekadar me­lihat-lihat.

“Nanti kalau sudah dise­le­sai­kan oleh mekanis dan di­pa­mer­kan, anggota diperkenankan un­tuk melihat-lihat. Karena akan ada pelatihan khusus untuk mengoperasikannya,” jelas Robby.

Mau Diberi Nama Leopard Indonesia

Kepala Staf TNI Angkatan Da­rat (Kasad) Jenderal Pra­mono Edhie Wibowo me­ngung­kapkan ada banyak ke­unggulan dua tank Leopard yang didatangkan dari Jerman. Kemampuannya sudah di­ting­katkan mulai dari per­sen­ja­ta­an­nya, body ballistic hingga ra­dar untuk menembak.

“Demi memberi ken­ya­ma­nan, tank tersebut sudah di­be­rikan pendingin ruangan atau AC di bagian dalamnya,” kata Pra­mono menjelaskan keung­gu­lan lain tank ini.

Rencananya, TNI tak akan menggunakan nama Leopard 2A4. Tapi diganti menjadi tank Leopard Indonesia. “Penggu­naan nama Leopard Indonesia ini, dikarenakan spsesifikasi yang dibuat sesuai dengan pe­me­sanan kami. Berbeda dengan tank Leopard biasanya,” tuturnya.

Selain itu, kata dia, tank berat ini juga sudah dilangkapi de­ngan peluru meriamnya. “Kami juga sudah meminta peluru me­riam, karena buat apa beli tank cang­gih tanpa peluru,” imbuhnya.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan  dok­trin pertahanan TNI tetap akan difokuskan untuk menjaga dan mempertahankan NKRI. Mes­kipun TNI sudah diperkuat tank tempur utama Leopard berke­mampuan ofensif.

“Doktrinnya untuk menjaga kedaulatan negara kita ini. Soal penempatan tank Leopard, nanti akan diserahkan kepada TNI AD dengan tetap berkoordinasi de­ngan Kemenhan (Kemen­te­ri­an Pertahanan),” kata Purnomo.

Menhan mengatakan saat ini baru dua tank yang datang untuk dipamerkan di Indo Defence di Kemayoran Jakarta Interna­tio­nal Expo, Kemayoran. “Ke­data­n­gan tank Leopard akan mem­buat tank kita menjadi komplit,” ujarnya.

Kemenhan sendiri sudah me­nan­datangani nota kesepa­ha­man dengan perusahaan Jerman Rheinmetall Defence terkait pengadaan Main Battle Tank (MBT) Leopard pada kemarin. “Penandatanganan tersebut un­tuk memperkuat sistem per­ta­hanan dan industri pertahanan Ta­nah Air,” kata Purnomo.

Rencananya Indonesia akan memecan 61 tank jenis Leopard Revolution dan 42 Leopard 2A4 Marder. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya