Berita

ilustrasi

Publika

Mari Muliakan Diri

Oleh: Syawalianto Rahmaputro
RABU, 03 OKTOBER 2012 | 21:36 WIB

TIDAK ingin kalah dengan semarak hari batik 2 Oktober di tanah air, saya bersama dua orang teman yang juga sedang berkuliah di Ecole des Mines de Nantes (Perancis) memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan batik ke dunia internasional. Kami mengajak beberapa kawan kami untuk ikut mengenakan batik pada hari tersebut.

Kebetulan beberapa pernah menerima oleh-oleh baju batik, sedangkan bagi yang belum punya kami pinjamkan. Aksi ini cukup menarik perhatian sehingga banyak yang memuji serta bertanya akan keunikan baju batik tersebut.

Untungnya saya pernah main ke museum batik di Solo, sehingga saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teman. Mungkin tidak semua tahu bahwa ciri khas batik bukan terletak pada motifnya, melainkan pada proses pembuatannya yang disebut membatik. Kain Batik asli dibuat oleh tangan manusia untuk untuk menutup pola dengan lilin, mencelupkannya ke pewarna, di mana hal ini dilakukan beberapa kali dengan warna berbeda, hingga akhirnya lilin dilelehkan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan corak yang  didesain.


Posisi Indonesia di Mata Dunia

Berkat meningkatnya peringkat kelayakan investasi Indonesia dan berbagai perkembangan lain, negara kita semakin lama semakin dikenal di dunia Internasional. Tapi apakah kita sudah dianggap ‘sejajar’ oleh negara-negara maju yang sering dijadikan acuan? Mungkin saat ini belum sepenuhnya karena di kancah dunia toh Indonesia masih hanya bisa ikut-ikutan kebijakan internasional.

Akan tetapi ketika saya melihat kegembiraan dan bahkan kebanggaan teman-teman asing ketika berpose dengan baju batik yang menurut mereka sangat cantik itu, saya melihat bahwa bangsa Indonesia seharusnya memposisikan diri sejajar. Tanpa ada rasa inferioritas (merasa orang lain lebih unggul) yang selama ini hinggap. Dan tidak perlu menunggu sampai 2030 di mana Indonesia diramalkan oleh perusahaan konsultan ternama, McKinsey, akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di seluruh dunia.

Memahami dan Melestarikan Jati Diri Bangsa

Semangat memajukan bangsa yang dimiliki masyarakat Indonesia tidak perlu diragukan lagi, namun menurut saya tidak perlu menjadikan kemewahan gaya hidup seperti yang dimiliki kebanyakan negara barat sebagai target pembangunan. Malahan, ‘kemakmuran’ yang selama ini didambakan tersebut terbukti menjeremuskan banyak negara barat ke dalam krisis.

Menurut saya, kuncinya agar kita bisa pede di depan orang asing adalah dengan mengenali jati diri kita dan menerima fitrah tersebut. Buktinya, karakter mahasiswa Indonesia yang religius, tepo-seliro, bergotong-royong, dan hangat (gemar tertawa) cukup dikagumi dikalangan mahasiswa asing di kampus saya saat ini di Perancis. Terlebih lagi, batik pun hanyalah salah satu dari banyaknya warisan seni-budaya yang bernilai guna dan bercita-rasa tinggi. Berbagai kearifan lokal lain pun bila mampu kita pahami dan manifestasikan dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan membangkitkan kebanggaan diri.
Manfaat dari memuliakan diri

Mari teruskan perjuangan kita memperbaiki kondisi negara, terus berantas korupsi, sebarkan pendidikan dan kesejahterakan, murahkan biaya kesehatan, sambil juga lestarikan kekayaan seni-budaya bangsa. Mari bangun karakter kita berdasarkan warisan seni-budaya tersebut. Mari memuliakan diri sendiri dari sekarang dan bersikaplah tanpa ragu sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sejajar dengan sesamanya.

Contoh manfaat yang bisa diperoleh dari hal tersebut, misalnya dalam konteks negosiasi antara pemerintah dengan investor asing. Berbagai keluhan akan perjanjian bagi hasil tambang maupun migas yang berlaku saat ini tentunya dikarenakan juga oleh ‘tekanan’ asing yang menginginkan keuntungan maksimum. Saya percaya ketika kita bisa merasa gagah dengan fitrah kita apa adanya, maka kewibaan negara Indonesia juga akan meningkat sehingga akhirnya kita akan lebih mampu menghindari ‘tekanan’ asing, dan masyarakat luas pun bisa memperoleh lebih banyak kesejahteraan hidup.

Mari tampil bersama di pangung dunia!

Penulis adalah Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Nantes, Prancis periode 2011-2012.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Pesan Ketum Muhammadiyah: Fokus Tangani Bencana, Jangan Politis!

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13

Amanat Presiden Prabowo di Upacara Hari Bela Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12

Waspada Banjir Susulan, Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca di Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05

Audit Lingkungan Mendesak Usai Bencana di Tiga Provinsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04

IHSG Menguat, Rupiah Dibuka ke Rp16.714 Pagi Ini

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59

TikTok Akhirnya Menyerah Jual Aset ke Amerika Serikat

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48

KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam OTT Kepala Kejari HSU

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28

Bursa Asia Menguat saat Perhatian Investor Tertuju pada BOJ

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19

OTT Kalsel: Kajari HSU dan Kasi Intel Digiring ke Gedung KPK

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05

Mentan Amran: Stok Pangan Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Melangit!

Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya