Berita

ra kartini/ist

Publika

HARI KARTINI

Perempuan Memimpin Indonesia

Oleh: Dewi Aryani
RABU, 18 APRIL 2012 | 09:23 WIB

"...Perempuan Indonesia, kewajibanmu telah terang! Sekarang ikutlah serta mutlak dalam usaha menyelamatkan Republik, dan jika Republik telah selamat, ikutlah serta mutlak dalam usaha menyusun Negara Nasional”. (Bung Karno)
endurance) atas berbagai pekerjaan yang ada akan berkembang seiring dengan banyaknya tugas dan pekerjaan yang akan dihadapi wanita dalam perannya sebagai ibu, istri, wanita karir, bahkan tokoh masyarakat.

Potensi akal yang ditunjukkan oleh kecerdasan dalam berpikir dan keberanian dalam mengemukakan pendapat akan semakin berkembang seiring dengan sikap kritis yang terus ditanam oleh perempuan pada berbagai fakta sosial yang dihadapi setiap harinya. Potensi hati yang ditunjukkan dengan kepekaan terhadap realitas sosial, sekaligus kekuatan mental pada setiap tantangan hidup yang dialami akan semakin berkembang seiring dengan  kepedulian terhadap lingkungan. Sehingga dengan ketiga potensi yang terus menerus dikembangkan ini, pada tahun-tahun berikutnya akan lahir sosok-sosok pemimpin wanita Indonesia yang cerdas, berani, sekaligus peduli. Dan bukan mustahil pada tahun-tahun berkutnya Indonesia kembali memiliki seorang presiden wanita.

Poin penting yang harus digaris bawahi adalah bahwa kepemimpinan perempuan pada ranah publik nantinya tidak hanya sekedar simbol yang diberikan kepada wanita sebagai bukti bahwa kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sudah tegak di Negara demokrasi ini. Lebih daripada itu semua, kepemimpinan yang harus dibawa oleh perempuan-perempuan Indonesia adalah kepemimpinan yang mampu mengubah potensi human capital menjadi kekuatan perubahan yang dapat mendorong terciptanya pembangunan nasional yang menyeluruh.


Banyak ahli yang telah mengkaji tentang jenis-jenis kepemimpinan, salah satu yang paling terkenal adalah terori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Max Weber. Weber mengemukakan bahwa tedapat tiga jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan tradisional, legal formal (rasional), dan kharismatik.

Kepemimpinan tradisional adalah kepemimpinan yang didapat oleh seseorang karena "warisan" kepemimpinan dari nenek moyang nya. Kepemimpinan ini menekankan pada pewarisan  tahta atau kekuasaan kepada keturunan pemimpin sebelumnya. Kepemimpinan legal formal (rasional) adalah kepemimpin yang didapat melalui prosedur atau peraturan yang dibuat secara rasional dan legal. Sedangkan kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang didapat.

Jika mengacu kepada tiga jenis kepemimpinan yang dikemukakan oleh Weber, maka jenis kepemimpinan yang paling ideal untuk masa sekarang ini adalah jenis kepemimpinan legal formal (Rasional). Hal ini karena jenis kepemimpinan ini memiliki legitimasi yang kuat karena seorang pemimpin dipilih berdasarkan kecakapan dan kemampuannya yang dianggap oleh sebagian besar pengikutnya memenuhi syarat untuk menjadi seorang pemimpin.

Saat ini di Indonesia jenis kepemimpinan legal formal ini telah banyak dimiliki oleh para perempuan Indonesia. Dengan kemampuan dan kecakapan yang dimiliki para perempuan tersebut, diiringi pula dengan dukungan dari masyarakat banyak perempuan Indonesia yang telah menduduki posisi penting berdasarkan jenis kepemimpinan ini, seperti anggota dewan, menteri, kepala daerah, direktur, manajer, dan sebagainya.

Namun demikian, meskipun jenis kepemimpinan legal formal (rasional) menurut Weber adalah jenis kepemimpinan yang paling ideal, jenis kepemimpinan ini tidak cukup mampu untuk menciptakan perubahan tanpa diiringi oleh kemampuan memimpin secara transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang menekankan seorang pemimpin untuk dapat memotivasi bawahan dan pengikut mereka untuk bekerja lebih dari yang mereka harapkan (Burns,1990).

Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or going beyond the self-interest exchange of rewards for compliance".  Hater dan Bass memaparkan bahwa pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.

Dengan demikian, jika para perempuan Indonesia memiliki kemampuan untuk memimpin secara transformasional, maka keberadaan mereka akan mempunyai efek transformasi baik bagi Negara secara luas, ataupun bagi masyarakat dan individu  secara khusus. Tentunya hal ini menjadi iklim positif bagi kepemimpinan di Indonesia, seperti yang diungkapkan sebelumnya, khususnya untuk menciptakan perubahan yang mendorong pembangunan nasional.

Pertanyaan yang lahir kemudian adalah, bagaimana cara untuk menciptakan kepemimpinan transformasional ini? Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transfomasional ini memiliki empat dimensi.

Pertama adalah dimensi idealized influence atau pengaruh ideal yang digambarkan melalui perilaku pemimpin yang membuat para pengiutnya mengagumi, menghormati, sekaligus mempercayainya.

Kedua adalah inspirational motivation atau motivasi inspirasi yang digambarkan melalui perilaku pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap keinginan masyarakat serta dapat menggugah semangat para pengikutnya melalui penumbuhan antusiasme dan optimisme mereka.

Ketiga adalah Intellectual Simulation atau simulasi intelektual yang digambarkan dengan kemampuan pemimpin untuk menumbuhkan ide-ide baru dan memberikan solusi-solusi kreatif bagi permasalahan yang sedang diadapi masyarakat luas. Yang ke empat atau terakhir adalah individualized consideration atau konsiderasi individu yang digambarkan melalui perilaku pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian keluhan dan masukan dari masyarakat dan para pengikutnya.

Jika perempuan Indonesia mau dan mampu memotivasi diri mereka untuk berkontribusi di ruang publik yang lebih luas, maka pada tahun-tahun mendatang rasanya Indonesia tidak akan kekurangan stok pemimpin perempuan. Perempuan akan lebih terlihat pada berbagai ruang publik dengan kontribusi konkret mereka bagi bangsa dan Negara. Perjuangan perempuan pun akan semakin menemukan bentuk idealnya.

Dalam jangka panjang, kepemimpinan perempuan harus tetap diperjuangkan dan diusahakan melalui kontribusi perempuan yang kontinyu. Oleh karenanya para pemimpin perempuan juga harus memiliki kepemimpinan yang mampu mencetak pemimpin-pemimpin baru yang pada masa-masa mendatang akan menggantikan mereka. Sehingga estafet kepemimpinan perempuan akan terus bergulir dan semakin berkualitas.

Dengan demikian, cita-cita Founding Father Indonesia, Presiden Soekarno, pada kutipan kalimat di awal tulisan ini, yang menginginkan perempuan Indonesia terlibat aktif dalam usaha menyelamatkan Republik dan Negara Nasional akan tercapai. Bukan hanya terlibat aktif, namun perempuan Indonesia di masa yang akan datang layak dan siap untuk memimpin Indonesia sebagai Presiden Negara demokrasi terbesar ini. Ayo, NKRI menanti kiprah perempuan-perempuan Indonesia, Kartini-Kartini masa kini. [***]

Penulis adalah kandidat doktor bidang administrasi dan kebijakan publik UI, Duta UI untuk Reformasi Birokrasi Indonesia dan anggota Komisi VII dari Fraksi PDI Perjuangan.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya