Berita

ilustrasi

Adhie M Massardi

Fir’aun (dan Piramid)

Oleh Adhie M. Massardi
SENIN, 20 FEBRUARI 2012 | 06:57 WIB

STAF Khusus  Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief belangan ini sibuk memburu jejak piramid yang dikiranya ada di Garut (gunung Sadahurip) dan di beberapa tempat lain di Indonesia. Dalam perburuan piramid ini tampaknya terobsesi kisah petualangan arkeolog Indiana Jones, tokoh dalam film yang didesain mirip James Bond 007.

Padahal piramid dalam pikiran banyak orang identik dengan Fir’aun, gelar raja atau penguasa Mesir (kuno). Kebanyakan orang Indonesia, khususnya umat Kristiani dan kaum Muslim paham soal ini. Sebab istilah “fir’aun” tercatat dalam Alkitab serta Al Qur’an, lewat kisah Nabi Musa dan tongkat ajaibnya yang berhasil menenggelamkan Fir'aun dan balatentaranya di laut merah.

Dalam perspektif Islam, fir'aun bukan sekadar gelar raja-raja era Mesir kuno. Fir’aun lebih dimaknai sebagai "penguasa lalim lagi takabur". Maka di dunia Islam, penguasa yang jahat sering diidentikan dengan “fir’aun”. Jadi fir’aun hanya diterapkan kepada pemimpin (Mesir purba) yang durjana.

Makanya penguasa Mesir di zaman nabi Yusuf, yang hidup jauh sebelum Musa, tidak disebut Fir'aun, melainkan "raja" belaka. Karena ia diangap masih memiliki sifat baik, bahkan mengangkat nabi Yusuf menjadi wakilnya untuk mengatasi krisis ekonomi dan pangan yang dahsyat di negeri itu.

Makanya di zaman Orde Baru, ketika Media Indonesia edisi 23 Maret 1990 menulis editorial (Forum) menyamakan langkah Soeharto dalam mengatasi krisis seperti yang nyaris sama dengan yang dilakukan raja Mesir di era Nabi Yusuf, tapi karena judulnya Fir’aun dan Soeharto, karuan saja membuat sang penguasa berang. Lalu, via Departemen Penerangan, koran ini diganjar “peringatan keras terakhir”. Penulisnya, Erman Saragih dan penanggungjawab rubrik Jasso Winarto, oleh manajemen Media Indoensia dibebastugaskan.

Memang di dunia (politik) Islam kontemporer, yang juga berkembang di masyarakat Indonesia, fir'aun berubah menjadi kata sifat bagi pemimpin yang memiliki karakter seperti penguasa di zaman nabi Musa. Itulah penguasa durjana yang tidak pernah memperdulikan nasib rakyatnya yang nestapa.

Ciri-ciri penguasa yang bisa dikategorikan sebagai fir’aun adalah penguasa yang hanya sibuk merias diri, menggunakan uang rakyat untuk membangun sesuatu yang tidak ada manfaatnya buat rakyat, tapi hanya demi mengesankan kejayaan dan kemewahan kekuasaannya, keluarganya, dan kroni-kroninya.

Bila di masa lalu Fir’aun merancang kendaraan (kereta kuda) megah berbahan emas, bertahtakan permata, di zaman sekarang mungkin merancang pesawat super mewah untuk kepentingan pencitraan. Agar di mata dunia ia dianggap sebagai pemimpin hebat. Bagi Fir”aun durjana, tak jadi soal bila di balik kemegahan itu orang menyoal nasib rakyatnya yang miskin, kelaparan, dan terlunta-lunta di negeri orang demi mengais rejeki yang tak seberapa.

Kita tahu, untuk kuburannya saja, untuk menyimpan mumi, fir’aun membangun piramid kokoh lagi besar. Sebagai penjaga kuburan (piramid), dibuat patung Spink yang terkenal itu. Dua jenis peninggalan Fir’aun ini sekarang menjadi obyek wisata terkenal di Mesir.

Makanya, kalau benar di Indonesia ada piramid, jangan-jangan Fir’aun memang pernah menguasai negeri ini. Dan anak keturunannya di kelak kemudian hari bisa saja menjadi pemimpin negeri ini, dan mewariskan sifat durjana nenek-moyangnya. Mungkin karena itu nasib rakyat Indonesia senantiasa nestapa, persis rakyat Mesir di zaman Fir’aun.

Lalu kenapa Presiden Yudhoyono memerintahkan, atau minimal menyetujui, staf khususnya memburu jejak piramid?

Sebab bagi kebanyakan umat Islam, piramid bukanlah simbol kebudayaan dan tekonologi tinggi. Sebab, seperti disiratkan dalam Al Qur’an (al-Qashash:38), bangunan peninggalan Fir’aun itu (hanya) terbuat dari tanah liat yang dibakar. Prosesnya sama seperti pembuatan bata (merah) atau genteng di kampung-kampung.

Jadi, kenapa Presiden Yudhoyono memerintahkan, atau menyetujui staf khususnya memburu piramid? [***]


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya