Berita

ilustrasi

Publika

Pengusaha Malaysia Bantai Orang Utan, Greenpeace Kok Diam?

SELASA, 22 NOVEMBER 2011 | 16:59 WIB

ULAH Malaysia makin menjadi-jadi. Selain mengklaim beberapa budaya tradisional Indonesia, Negara Jiran itu juga dengan licik menggeser patok perbatasan wilayah kedua negara. Parahnya, bukan hanya pemerintahnya saja yang berulah, tetapi perusahaan swasta asal Malaysia pun latah berbuat semena-mena di Indonesia.
 
Tengok saja kasus pembantaian orangutan di areal kebun sawit PT Khaleda Agroprima Malindo (KAM), Kalimantan Timur. Anak usaha Metro Kajang Holdings Bhd asal Malaysia ini membabat hutan dan membahayakan nyawa orangutan dan satwa liar lain di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
 
Syukurlah, aparat polisi langsung bergerak cepat. Dua orang eksekutor yang tega membantai orang utan sudah ditahan dan bakal dikenakan pasal berlapis, yakni KUHP, UU Lingkungan hidup, dan UU Perlindungan Satwa langka.
 

 
Namun persoalan tidak selesai sampai di situ. Karena lokasi pembantaian berada di wilayah Indonesia, dunia internasional akan menganggap Indonesia tidak mampu melindungi satwa langka. Industri sawit Indonesia juga akan dicap kerap bertindak brutal dan merusak alam. Pada akhirnya, pasar internasional akan membeli sawit Malaysia. Sawit Indonesia harus dijual dulu dan dilabeli ramah lingkungan di Malaysia agar bisa laku di pasar dunia.
 
Lantas, bagaimana sikap LSM asal asing Greenpeace? 

www.jakartaglobe.com, edisi 06 Oktober 2011.

Disebutkan, Sari yang sebelumnya aktif di sebuah LSM lingkungan bertaraf internasional akhirnya merasakan ada yang aneh di LSM tersebut. Dia bersaksi betapa LSM tersebut sudah berubah layaknya sebuah perusahaan. Sari juga menyebutkan, jika tidak ada perintah dan kepentingan pendonornya, LSM tersebut tidak akan sibuk berkampanye.
 
Saya menangkap yang dimaksud Sari adalah LSM Greenpeace. Pasalnya, pola kerja Greenpeace persis seperti penuturan Sari. Bisa disimpulkan, Greenpeace hanya akan bergerak apabila isu kampanye mereka bisa mendatangkan pundi-pundi uang.
 
Kalau Greenpeace organisasi independen, kenapa takut menghadapi pengusaha Malaysia?

Atau jangan-jangan, Greenpeace melihat tidak ada peluang ‘uang’ di sana. Lebih parah lagi, jangan-jangan Greenpeace cabang Indonesia merupakan kaki tangan pengusaha Malaysia?

Djainab S
Jalan Rawa Bebek, Jakarta Utara


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya