RMOL.Gulungan kertas warna cokelat ditumpuk rapi dua susun. Jumlahnya mencapai ribuan. Gulungan kertas di tempatkan di sebuah bangunan memanjang yang kerangka atapnya terbuat dari baja.
Gulungan kertas produksi PT Kertas Kraft Aceh (KKA) diÂabadikan dalam sebuah foto. Foto ini menghiasi ruang tamu kantor pusat perusahaan negara di lantai lima Is Plaza, Jalan Pramuka Raya, Jakarta Timur.
“Itu gambar gudang yang peÂnuh dengan tumpukan gelonÂdoÂngan kertas saat masih produksi dulu,†kata Lukman, staf adÂmiÂnistrasi PT KKA.
Perusahaan mengalami masa kejayaan pada kurun 1990-1997. Saat itu produksi kertas melimÂpah ruah. Sebagian diekspor. Masa keemasan itu telah berlalu. Bahkan perusahan negara yang memproduksi kertas semen itu kini “mati suriâ€.
Sejak 2008 PT KKA tak lagi berÂproduksi karena kesulitan baÂhan baku pembuatan kertas. “SeÂkarang gudang itu kosong meÂlompong. Bisa dipakai lapangan sepak bola,†kata Lukman sambil menunjuk foto tadi.
Pada Agustus 2009, perusaÂhaÂan ini memberhentikan 935 karÂyawan. Para karyawan yang diÂruÂmahkan itu dijanjikan akan diÂpekerjakan kembali jika peruÂsaÂhaan ini beroperasi lagi.
Kementerian BUMN mencatat pada 2010 PT Kertas Kraft Aceh rugi Rp 67,5 miliar. Menteri BUMN terdahulu, Mustafa AbuÂbaÂkar hendak menghidupkan kemÂbali perusahaan ini. RenÂcananya, pada 2013 sudah mulai produksi.
Di bawah kepemimpinan DahÂlan Iskan, kementerian menÂdoÂrong agar perusahaan negara yang semaput diakuisisi BUMN yang sehat. Tak hanya dihidupÂkan lagi, PT Kertas Kraft Aceh nanti akan diakuisisi BUMN yang berminat.
Tanda-tanda perusahaan ini akan beroperasi kembali sudah terlihat sejak April lalu. MaÂnaÂjemen mempekerjakan kembali 115 karyawan. Mereka bertugas menÂjaga aset pabrik di LhokeuÂmaÂwe, Aceh Utara, agar tak rusak.
Menurut Lukman, karena tidak ada kegiatan produksi karyawan bertugas melakukan pemelihaÂraan. Mesin dipanaskan setiap dua jam sekali. “Kalau tidak diÂpaÂnaskan, meÂsin yang harganya miliaran bisa rusak karena tidak digunakan,†katanya.
Berhentinya kegiatan produksi membuat geliat kantor peruÂsaÂhaan ini di Jakarta nyaris terhenti. Ini bisa terlihat saat Rakyat Merdeka berkunjung ke kantor PT Kertas Kraft Aceh di Is Plaza, Rabu lalu.
Kantor ini hanya ditempati emÂpat direksi yang dibantu tiga orang staf. Salah satu stafnya adaÂlah Lukman. Sehari-hari Lukman bertugas menyortir surat-surat yang masuk.
Untuk mencapai kantor PT KerÂtas Kraft Aceh bisa mengÂguÂnakan lift. Di gedung itu ada lima lift yang bisa digunakan untuk naik turun. Tapi hanya dua yang sampai ke lantai lima.
Sesampainya di lantai lima, tepat di depan lift langsung tamÂpak kantor PT KKA. Ada tiga perusahaan yang berkantor di lantai ini. Nah, lokasi kantor PT KKA persis di tengah. Kantornya menempati ruang bernomor 504.
Di bagian depan terdapat pintu masuk selebar satu meter terbuat dari kaca putih yang digelapkan. Pintu dibuka terlihat meja reÂsepsionis di balik pintu. Meja ini dilengkapi kursi duduk. Tak ada staf yang menunggui meja berÂwarna coklat oak.
Di belakang meja resepsionis terÂdapat dinding warna krem. Di dinding ini dipajang foto udara pabrik PT KKA di LhokseuÂmawe, Aceh.
Di samping kiri meja resepÂsionis disediakan kursi tamu yang mampu memuat lima orang. Di beberapa bagian dinÂding ruang tamu ditempel beÂberapa foto yang dibingkai berÂisikan masa kejayaan perusaÂhaan pelat merah tersebut.
Di belakang ruang tamu terdaÂpat lorong selebar dua meter yang berisikan beberapa ruang untuk para direksi. Rakyat Merdeka tiÂdak bisa melihat lebih jauh isi ruangan karena tidak diÂperÂboÂlehÂkan masuk lebih dalam.
Tak ada satupun direksi yang bisa ditemui. Kemana mereka? “Direksi jarang datang ke kantor ini. Mereka lebih sering rapat di kantor Kementerian BUMN kaÂrena urusan perusahaan,†terang Lukman.
Menggadaikan Barang Supaya Dapur Ngebul
Sudah Lima Bulan Belum Gajian
Lantaran tak lagi memÂproÂduksi kertas, PT Kertas Kraft Aceh tak memiliki pemasukan. Pembayaran gaji karyawan pun tersendat. Lukman, staf adminisÂtrasi kantor PT Kertas Kraft Aceh di Jakarta mengakui hal ini.
“Bahkan sejak lima bulan lalu sampai sekarang saya belum meÂnerima gaji sepeserpun,†kata pria yang sudah bekerja selama 11 tahun di perusahaan ini.
Berbagai cara pun dilakÂukanÂnya untuk bertahan. Antara lain, barang-baÂrang berharga yang ada di rumah digaÂdaikan agar dapur tetap ngebul.
“Saya sudah tidak punya baÂrang berharga lagi di rumah kaÂrena habis untuk kebutuhan maÂkan sehari-hari,†katanya.
Menurut dia, kondisi ini tak hanya dialami dirinya. Tapi juga karyawan yang dipekerjakan di pabrik.
“Kondisinya lebih meÂnyeÂdihÂkan lagi. Mereka sering meÂnangis karena gaji sering telat,†katanya.
Lukman hanya bisa pasrah meÂlihat kondisi perusahaannya “mati suriâ€. “Kami hanya bisa berÂdoa muÂdah-mudahan perusaÂhaÂan bisa cepat beroperasi sehingÂga gaji tiÂdak telat lagi,†harapnya.
Diminati Investor Cina dan Arab
Lantaran berhenti beropeÂrasi sempat muncul rencana untuk melikuidasi PT Kertas Kraft Aceh (KKA). Menteri BUMN Dahlan Iskan menjamin tidak akan ada perusahaan negara yang diliÂkuiÂdasi meski nyaris pailit. “Saya tidak akan melakukan likuidasi,†ujarnya.
Kalaupun ada perusahaan neÂgara yang dilikuidasi itu karena keputusan hukum. Bukan karena kebijakan Kementerian BUMN.
Tak mudah menghidupkan kembali PT Kertas Kraft Aceh yang telah “mati suri†tiga tahun. Menteri BUMN terdahulu, MusÂtafa Abubakar, menyebutkan buÂtuh dana Rp 800 miliar jika ingin perusahaan itu beroperasi lagi.
Perusahan Pengelola Aset (PPA) lalu diminta untuk mengÂkoorÂdinir pencari dana guna menghidupkan PT KKA.
Tiga BUMN diminta berÂparÂtisipasi. Yakni PT Semen GreÂsik, PT Bukit Asam), dan Perum Perhutani. “Dibuka kesempatan untuk investor swasta,†kata Mustafa, saat itu.
PT Semen Gresik bertindak seÂbagai pemakai atas produk kertas yang akan diproduksi KKA. Sekaligus menyediakan dana bagi KKA. Sebab, kondisi peruÂsaÂhaan itu tak memungkinkan memperoleh pinjaman dari bank.
Sementara PT Bukit Asam berÂkomitmen sebagai pemasok batu bara untuk pabrik KKA. SedangÂkan Perum Perhutani secara sendiri atau bersama PPA akan memberikan kontribusi dalam suplai bahan baku kayu pinus untuk pembuatan kertas.
Kalaupun proses “penyeÂlaÂmatan†itu berlangsung lancar, PT Kertas Kraft Aceh baru akan berproduksi pada 2013. Pasalnya, banyak yang perlu disiapkan. Salah satunya penataan hutan untuk bahan baku.
Di situs PT Kertas Kraft Aceh (KKA) www.kka.co.id dicanÂtumÂkÂan program penawaran kerja sama operasi (KSO) yang dikoorÂdinir PPA.
PPA sempat mengundang 18 investor untuk ikut program ini. Dua belas perusahaan dari dalam negeri. Sisanya asing. Dua inÂvestor asing yang tertaÂrik berasal dari China dan Arab. Persoalan pun mentok soal energi yang bakal digunakan.
Sebelum KKA menggunakan bahan bakar gas. Hendak diubah menggunakan batu bara. PemÂbangunan boiler untuk batu bara butuh waktu hampir dua tahun. Tapi bila menggunakan bahan bakar gas bisa dipercepat jadi hanya 12 bulan.
“Namun semua itu tergantung tergantung investor nantinya,†kata Dirut PPA Boyke Mukijat.
Menteri BUMN Dahlan Iskan meÂmiliki kebijakan sedikit berÂbeda. Ia menggenjot pengambil aliÂhan perusahaan negara “dhuaÂfa†oleh BUMN yang seÂhat. PT Semen Gresik berminat mengÂakuisisi PT Kertas Kraft Aceh.
“Kalau ditanya apakah tertarik mengakuisisi (KKA), ya pasti terÂtarik. Dari dulu juga tertarik,†kata Dirut PT Semen Gresik Dwi Soetjipto.
Tapi sebelum mengambil alih, perusahaan semen ini meÂngajuÂkan sejumlah persyaratan. Bahan baku untuk produksi pabrik harus terjamin dan pasokan energi haÂrus lancar.
“Karena itu, saat ini kami terus memantau, apakah ketersediaan bahan bakunya terjamin. Juga untuk pasokan energinya, apaÂkah mencukupi dan menjanÂjikan. Kalau dua hal itu ternyata bagus, tentu kami siap (mengÂakuisisi),†ujar Dwi.
Menurut Dwi, dengan memiÂliki KKA, biaya pengadaan kanÂtor semen bisa dihemat. “Karena itu kami sedang pantau semua hal terkait (akuisisi) itu. Yang pasti kami berminat,†katanya.
Dahlan berharap, akuisisi tujuh BUMN selesai pada kuartal pertama 2012.
Limbah Cairnya Dibuang ke Laut
PT Kertas Kraft Aceh berhenti beroperasi karena kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku pembuatan kertas.
Tapi di situs www.kka.co.id perusahaan ini mengklaim meÂmiliki lahan penyedia bahan baku pinus merkusii.
Luasnya 70 ribu hektar di Aceh Tengah. Terbagi dalam dua blok. Yakni Blok I 18 ribu hektar yang terletak 90 kiloÂmeter dari pabrik PT KKA di LhoÂkseumawe, Aceh Utara. Blok II 52 ribu hektar terletak 160 kilometer dari pabrik.
Pengangkutan bahan baku pembuatan kertas itu dilakukan dengan truk melalui jalan khuÂsus yang dibuat perusahaan.
PT Kertas Kraft Aceh didiriÂkan pada 21 Februari 1983. BerÂdasarkan persetujuan PresiÂden Republik Indonesia No. I/PMA/1983 tanggal 12 April 1983, perusahaan ini ditetapkan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA).
Dalam perkembangannya status perusahaan diubah dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tanpa keÂikutsertaan Georgia Pacific InÂternational CorÂporation USA.
Perusahaan didirikan dalam rangka swasembada kertas kantong semin dan peningkatan ekspor non-migas. Jenis kertas yang dihasilkan adalah multiÂwall regular, multiwall extenÂsible (clupak), di sampng itu diÂproduksi juga lineboard.
Mesin produksi mengÂguÂnaÂkan teknologi modern dan terÂbaÂru dengan sistem produksi satu lini, dengan kapasitas JumÂbo Roll 280 dan maksimum diÂpoÂtong menjadi 7 ukuran shipÂping roll.
Untuk kebutuhan air terdapat beberapa sumber air yang berÂasal dari danau laut tawar yang mengalir melalui Krueng PeuÂsaÂngan (Sungai Peusangan).
Di pinggir Krueng Peusangan dibangun tempat pengambilan dan penampungan air serta peÂngendapan lumpur (water intaÂke), untuk selanjutnya diproses di unit pengolahan air (water treatment). Air yang sudah diÂolah kemudian dialirkan melaÂlui pipa ke pabrik dengan debit 430 liter per detik.
Pengelolaan limbah debu, padat dan lumpur kapur juga menggunakan teknologi cangÂgih. Limbah cair yang telah diÂolah lalu dialirkan ke laut.
Di masa jayanya, 65 persen produksi PT Kertas Kraft Aceh unÂtuk memasok kebutuhan pabÂrik semen dan pabrik lainnya.
Sisanya diekspor ke luar neÂgeri. Di antaranya ke negara Asia Tenggara, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Bangladesh dan Timur Tengah. Pengiriman hasil produksi dilakukan lewat pelabuhan Krueng Guekueh-Lhokseumawe.
Kertas produksi PT KKA tak hanya digunakan untuk kantong semen juga untuk kantong paÂkan ternak, kantong makanan, kantong carbon black, kantong arang dapur/char coal, kantong plastik dan kertas bungkus lainnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17