Berita

rizal ramli

Bisnis

EKONOMI NASIONAL

Hot Money Masih Jadi Penyakit Utama Ekonomi Indonesia

KAMIS, 17 NOVEMBER 2011 | 09:26 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Pemerintahan SBY-Boediono kerap membangga-banggakan cadangan devisa negara yang cukup besar dan mencapai 110 miliar dolar AS. Tetapi pemerintah tidak pernah menjelaskan kepada publik, dari cadangan devisa sebesar itu berapa sesungguhnya yang benar-benar dapat dikontrol oleh negara.

"Hal itu tidak dijelaskan karena begitu dijelaskan akan tampaklah bahwa pemerintah hanya mampu berwacana dan propaganda," ujar ekonom senior DR. Rizal Ramli kepada Rakyat Merdeka Online dalam perbincangan Kamis pagi (17/11).

Mantan Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian ini mengatakan, dari cadangan devisa sebesar itu hanya 25 persen yang benar-benar dikuasai negara. Itu artinya sebagian besar dari cadangan devisa tersebut adalah hot money yang bisa kapan saja keluar.

"Kalau sudah begitu (hot money keluar), Indonesia bisa colapse. Krisis keuangan berubah menjadi krisis ekonomi dan berlanjut menjadi krisis politik. Pemerintah dapat jatuh seperti yang terjadi di beberapa negara di Eropa saat ini," ujar pendiri Econit Advisory ini.

Daya rusak hot money, menurutnya lagi, dapat diminimalisir dengan pembenahan birokrasi untuk menghilangkan berbagai hambatan. Proses ini dikenal dengan nama debottlenecking. Tetapi, dari yang tampak sejauh ini, pemerintah tidak menghilangkan hambatan-hambatan itu, melainkan membuat hambatan-hambatan baru. Atau dengan kata lain, pemerintah SBY dengan pertimbangan-pertimbangan politik malah memperpanjang dan memperumit rantai birokrasi. Posisi wakil menteri merupakan bagian dari tindakan yang dapat memperburuk wajah birokrasi.

"Padahal, kalau birokrasi bersahabat, uang panas bisa jadi uang dingin, karena ia turun ke bawah dan menjelma menjadi proyek riil," sambungnya.

Rizal Ramli juga menyoroti peranan lembaga keuangan dan ekonom baik dalam dan luar negeri yang berorientasi pada kepentingan asing yang selalu menutup-nutupi kenyataan ekonomi Indonesia dengan cerita-cerita indah untuk menyesatkan publik.

Pengaruh kelompok-kelompok ini sama persis pada saat menjelang kehancuran ekonomi Indonesia di tahun 1998. Mereka selalu mengatakan bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi yang prima dan karenanya harus tetap dibiarkan terbuka lebar-lebar. Padahal advise seperti ini menyesatkan dan dapat berakibat fatal.

Di tahun 1998 lalu pemerintah sempat mengetatkan likuiditas. Tetapi dipengaruhi dan bahkan dipaksa oleh asing untuk mengendurkannya lagi. Akibatnya, uang panas yang ada dengan mudah keluar.

"Ini adalah skenario untuk menghancurkan kita. Setelah kita hancur mereka akan masuk dan membeli semua yang kita miliki dengan mudah dan murah. Kita pun kembali terjajah," demikian Rizal Ramli. [guh]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya