ilustrasi/ist
ilustrasi/ist
Bila tak ada aral melintang besok (Kamis, 29/9) keduanya akan membedah persamaan tsunami di Sendai, Jepang, beberapa waktu lalu dengan potensi bencana alam di Selat Sunda. Kedua hal itu akan dibedah di Bina Graha, Istana Negara, Jakarta.
Selain dua pakar gunung api dan gempa dari Jepang itu, pakar dari Departemen Geofisika dan Meteorologi ITB, Dr. Hamzah Latief, serta Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG), Dr. Surono, juga akan tampil sebagai pembicara dalam acara yang diselenggarakan kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial ini.
“Kedua profesor dari Jepang akan memaparkan bencana di kawasan pantai Timur Tojoku, sedangkan Dr. Hamzah Latief akan berbicara tentang kawasan Selat Sunda, Krakatau, dan Dr. Surono akan meng-update perkembangan kegunungapian di Indonesia, juga dunia, pasca tsunami Aceh 2004,†ujar Asisten Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Erick Ridzky.
Menurut Erick, kehadiran Dr. Surono di Erice Sicily, Italia dalam workshop Volcano Observatory Best Practice oleh USGS, bulan lalu, juga perlu disosialisasikan. Dalam pertemuan itu disebutkan bahwa Indonesia mendapat penghargaan karena dianggap mampu memberikan respon korelatif yang cepat antara pemerintah, masyarakat dan pertanggungjawaban secara ilmiah.
Gempa berkekuatan 9 Skala Richter yang menggoncang pantai Timur Tojoku, Jepang, itu adalah gempa terbesar dalam sejarah Jepang. Gempa itu menghasilkan gelombang tsunami setinggi 10 meter yang menyapu Sendai di Prefektur Miyagi.
“Memahami situasi dan melakukan langkah mitigasi, serta menjadi bagian dari solusi atas kelanjutan pembangunan ekonomi kita, adalah semangat acara ini,†ujar Erick Ridzky mengenai rencana Pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Erick melanjutkan, kondisi tektonik yang selama ini diasumsikan aman harus selalu di-update dengan data pengamatan terbaru.
“Sebagai contoh zona subduksi palung Jepang di timur yang semula terbagi atas segmen yang kecil-kecil ternyata bisa robek dalam waktu bersamaan. Serta di pantai barat Jepang, yang dianggap back-arc murni ternyata terbukti memiliki jalur gempa yang kemungkinan batas dari North American plate, (ketika gempa menghantam Nigata tahun 2007),†katanya lagi.
Seminar akan dimulai pukul 10.00 WIB. Dr Yusuf Surahman, pakar geofisika kelautan dari Bakosurtanal yang pernah melakukan observasi di kedalaman Selat Sunda, dan Dr Ridwan Djamaludin, pakar tsunami early warning system dari BPPT, pun akan hadir.
Begitu juga Prof. Dr. Masyhur Irsyam, pakar mikrozonasi dari ITB, Dr. Danny Hilman, pakar Kebumian dari LIPI, dan DR. I Wayan Sangara, serta Geolog Merdeka DR. Andang Bachtiar.
“Pemerintah daerah di wilayah administrasi Lampung, DKI, Jawa bagian selatan, provinsi Banten juga diundang dalam acara ini," demikian Erick. [guh]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 20:13
Senin, 29 Desember 2025 | 19:53
Senin, 29 Desember 2025 | 19:43
Senin, 29 Desember 2025 | 19:35
Senin, 29 Desember 2025 | 19:25
Senin, 29 Desember 2025 | 19:22
Senin, 29 Desember 2025 | 19:15
Senin, 29 Desember 2025 | 19:08
Senin, 29 Desember 2025 | 19:04
Senin, 29 Desember 2025 | 18:57