ilustrasi
ilustrasi
Di satu sisi memang terjadi tekanan terhadap sektor keuangan di level global setelah Federal Reserve Bank (the Fed) menerbitkan uang baru dan pemerintah AS yang ingin menambah lapangan pekerjaan menerbitkan obligasi untuk menarik investasi.
“Ini tentu menimbulkan ketidakpastian dan tekanan di pasal global,†ujar Managing Director Econit Advisory Group, Hendri Saparini kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Jumat, 23/9).
Di sisi lain, faktor eksternal begitu berdampak pada Indonesia karena volume perdagangan di pasar saham dan pasar mata uang Indonesia memang terbilang kecil. Dus ini artinya, pondasi perekonomian Indonesia didominasi oleh hot money yang dapat keluar dan masuk dengan begitu mudah tanpa memiliki kemampuan yang cukup untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
Menurut Hendri, reaksi negatif bursa saham dan pasar mata uang domestik kemarin belum mencapai titik terburuk. Ia khawatir dalam waktu dekat akan ada serangan yang lebih kuat lagi dan berdampak sangat buruk bagi perekonomian nasional.
“Yang terjadi kemarin belum begitu keras. Isu mogok Badan Anggaran DPR dan reshuffle kabinet akan melahirkan serangan second round di sektor keuangan yang lebih keras lagi. Akibatnya bisa lebih dalam karena pondasi ekonomi kita yang tidak kuat tadi,†demikian Hendri. [guh]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 20:13
Senin, 29 Desember 2025 | 19:53
Senin, 29 Desember 2025 | 19:43
Senin, 29 Desember 2025 | 19:35
Senin, 29 Desember 2025 | 19:25
Senin, 29 Desember 2025 | 19:22
Senin, 29 Desember 2025 | 19:15
Senin, 29 Desember 2025 | 19:08
Senin, 29 Desember 2025 | 19:04
Senin, 29 Desember 2025 | 18:57