RMOL. Diributkannya pemberian gelar Honoris Causa (HC) kepada Raja Arab Saudi, Abdullah, gara-gara mekanisme, prosedur, dan kriterianya belum diketahui secara luas.
“Pemberian doktor kehorÂmaÂÂtaan masalah akaÂdemik. Jika kriÂteria, meÂkaÂnisÂme, dan proseÂdurÂnya sudah seÂsuai, ya silakan saja. Di uniÂversitas di seluruh duÂÂnia, pemberian penghargaan itu adaÂlah hal yang biasa. Di mana keÂsalahannya,†papar MenÂÂÂteri PenÂdidikan NaÂsional (MenÂdikÂnas) Mohammad Nuh keÂpada RakÂyat Merdeka di Jakarta, Selasa (6/9).
Menurut Nuh, ramainya pemÂberian gelar HC itu disebabkan adanya nuansa politik yang diÂhemÂbuskan pihak-pihak tertentu. Kita harus memberi ruang terÂhaÂdap perbedaan pandangan, seÂkaligus memahami keputusan akademik itu.
“Kalau ada yang tidak setuju, ketidaksetujuannya harus berada dalam koridor akademik. Jangan dibawa ke ranah politik. Kalau perÂÂsoalan akademik didekati dengan politik, ya nggak nyamÂbung,†tegasnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa pemberian gelar itu suÂdah sesuai mekanisme dan proÂsedur?
Seperti yang saya katakan tadi, pemberian gelar kehormatan meÂrupakan kewenangan universitas. Pemerintah memiliki peraturan yang mengatur tentang ketentuan umumnya saja.
Pemberian gelar ini kan sama dengan pemberian gelar doktor lainnya. Pemerintah tidak akan ikut campur dalam ujian diserÂtasiÂnya. Kami hanya memberi batasan-baÂtaÂsan persyaÂraÂtan. MiÂsalnya harus lulus S2 dan sebaÂgainya. Yang menenÂtukan lulus tidaknya, ya uniÂversitas.
Apakah Kemendiknas akan memanggil rekÂtorat UI untuk dimintai klaÂriÂfikasi?
Meskipun secara hirarki atau struktural kementerian itu tinggi. Tapi kita punya budaya dan traÂdisi akademik. Saya kira nggak perlu ada panggil memanggil. Kami memberi keleluasaan keÂpada universitas, Insya Allah nggak ada masalah.
Bagaimana jika internal uniÂversitas tidak dapat menyelesaiÂkan persoalan tersebut?
Jangan terlalu cepat mengamÂbil kesimpulan. UI adalah perguÂruan tinggi yang besar dan meÂmiliki tradisi akademik yang sudah mapan. Kami percaya, mereka bisa menyelesaikan berÂbagai persoalan besar. Apalagi, persoalan yang harusnya tidak diÂpersoalkan. Kalau mereka memÂbutuhkan mediator, KeÂmenÂdikÂnas bersedia memfasiliÂtasinya.
Itu kewenangan perguruan tinggi. Tiap bulan, perguruan tinggi memberi penghargaan, kalau kementerian ikut-ikutan nanti dibilang mengintervensi.
Apa saran Anda agar peristiÂwa serupa tidak terulang?
Ke depan, saya berharap, pemÂberian gelar kehormatan disesuaiÂkan dengan situasi yang ada. Misalnya pertimbangkan suasana kebatinan rakyat setelah terjadi peÂmancungan TKI di Saudi. Dengan demikian, upaya politiÂsasi terhadap pemberian gelar itu dapat diminimalisasi. [rm]
Populer
Jumat, 19 April 2024 | 19:58
Rabu, 24 April 2024 | 02:12
Kamis, 18 April 2024 | 05:35
Jumat, 19 April 2024 | 05:01
Sabtu, 20 April 2024 | 19:53
Selasa, 23 April 2024 | 12:42
Jumat, 19 April 2024 | 21:35
UPDATE
Minggu, 28 April 2024 | 08:06
Minggu, 28 April 2024 | 08:01
Minggu, 28 April 2024 | 07:41
Minggu, 28 April 2024 | 07:21
Minggu, 28 April 2024 | 07:11
Minggu, 28 April 2024 | 07:05
Minggu, 28 April 2024 | 06:56
Minggu, 28 April 2024 | 06:26
Minggu, 28 April 2024 | 05:55
Minggu, 28 April 2024 | 05:35