ilustrasi/ist
ilustrasi/ist
October has arrived - the woods have tossed
Their final leaves from naked branches;
A breath of autumn chill - the road begins to freeze,
The stream still murmurs as it passes by the mill,
The pond, however's frozen; and my neighbor hastens
to his far-flung fields with all the members of his hunt.
The winter wheat will suffer from this wild fun,
And baying hounds awake the slumbering groves.
Autumn
Alexander Sergeyevich Pushkin
GENNADY, pelukis di Jalan Arbat, Moskow, Rusia itu mengingatkan saya pada Gennady Yanayev, wakil presiden Uni Soviet yang berusaha mengkudeta Mikhail Gorbachev di bulan Agustus 20 tahun silam. Tak sedikit yang percaya Gennady Yanayev adalah otak di balik kudeta yang dilancarkan sejumlah pejabat tinggi pemerintah yang kecewa melihat ketidakmampuan Gorbachev mengendalikan roda pemerintahan. Namun banyak juga yang menganggap Yanayev hanya sekadar boneka dari skenario besar yang entah disiapkan oleh siapa.
Ketika itu, di mata para kameradnya Gorbachev dianggap sebagai figur yang lemah dan tidak punya visi. Ia juga dikecam karena dianggap hanya tertarik membangun citra di forum internasional. Serta terlalu bersahabat dengan Amerika.
Pagi hari 19 Agustus 1991 pasukan militer yang dikuasai jenderal-jenderal komunis dan dikendalikan Yanayev berkumpul di Kremlin untuk mempertegas pengambilalihan kekuasaan dari tangan Gorbachev. Pidato pengambilalihan kekuasaan disiarkan pukul 07.00. Beberapa tokoh yang dianggap berbahaya telah diamankan. Sejauh ini, kudeta tampak berjalan mulus.
Sehari sebelumnya, Yanayev mengutus empat pejabat menemui Gorbachev yang sedang beristirahat di Crimea. Keempat orang itu adalah Wakil Kepala Dewan Pertahanan Uni Soviet Oleg Baklanov, Kepala Sekretaris Kabinet Valeriy Boldin, Sekretaris Pimpinan Pusat Partai Komunis Oleg Shenin, dan Wakil Menteri Petahanan Vakentin Varennikov. Mereka ditugaskan untuk mendesak Gorbachev agar mau mengumumkan negara dalam keadaan darurat dan menyerahkan kekuasaan kepada Yanayev. Tapi Gorbachev menolak. Ia ditahan di rumah peristirahatannya itu dan tak diizinkan kembali ke Moskow sampai hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain selesai dilakukan.
Sedianya pemerintahan darurat akan dipimpin oleh Gennady Yenayev. Namun figur lain yang juga menonjol saat itu, Presiden Republik Rusia Boris Yeltsin, mampu mencuri perhatian publik. Yeltsin dianggap sebagai tokoh yang merakyat. Ia, misalnya, tak sungkan menggunakan transportasi publik dan bergaul dengan masyarakat kalangan bawah.
Pagi itu, sekitar pukul 09.00 Yeltsin baru kembali dari Kazakhstan. Di gedung Parlemen Rusia, yang kemudian dikenal dengan nama Gedung Putih, ia mengumumkan perlawanan. Yeltsin mengecam kelompok Yanayev yang mengangkangi konstitusi dan meminta militer tidak melibatkan diri dalam perebutan kekuasaan. Untuk menghadapi kudeta Yanayev, Yetlsin mengajak rakyat melakukan mogok sampai Gorbachev kembali memimpin negeri.
Belakangan cerita di belakang layar mengenai hubungan baik antara Yeltsin dan Kedubes Amerika Serikat mulai dibicarakan dan dituliskan di berbagai media massa Rusia. Di detik-detik terakhir menjelang Avgustovsky Putch itu Amerika Serikat mengubah permainan. Dari sebelumnya mendukung Gorbachev, kini berbalik mendukung Yeltsin yang tampak lebih populis. Di sisi lain bagi Yeltsin dukungan Amerika Serikat itu ibarat supplement yang memacu adrenalin. Ia semakin percaya diri dalam memanfaatkan perpecahan di kalangan elite Uni Soviet dan mengambil keuntungan.
Terganggu oleh pembangkangan Yeltsin, sore hari sekitar pukul 16.00, Yanayev dan keempat anggota konspirator menggelar jumpa pers untuk menjelaskan mengapa mereka mengambil alih kekuasaan.
“Beberapa tahun terakhir dia (Gorbachev) begitu lelah dan butuh istirahat,†ujar Yanayev dalam jumpa pers. Sejumlah laporan media menyerbutkan bahwa dalam jumpa pers itu justru Yanayev yang terlihat lelah. Bahasa tubuhnya seperti orang yang kekurangan rasa percaya diri. Belum lagi, sesekali tangannya bergetar. Secara umum, penampilan Yanayev petang itu gagal meyakinkan publik. Tak sedikit yang curiga dia sedang berada di bawah pengaruh alkohol.
Sementara itu, pasukan tank yang diperintahkan mengepung Gedung Putih disambut Yeltsin dengan senyum mengembang. Komandan pasukan yang bersimpati mempersilakan Yeltsin naik ke salah satu tank bersama beberapa pendukungnya. Di atas tank itu Yeltsin berhasil meyakinkan publik bahwa dia berada di atas segalanya. Di atas Yanayev, juga di atas Gorbachev. (Bersambung)
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
UPDATE
Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49
Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42
Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19
Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18
Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11
Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53
Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52
Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39
Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35
Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29