DAMASKUS TUA/ist
DAMASKUS TUA/ist
The Caucas lies before my feet! I stand where
Glaciers gleam, beside a precipice rock-ribbed;
An eagle that has soared from off some distant cliff,
Lawless as I, sweeps through the radiant air!
Here I see streams at their sources up-welling,
The grim avalanches unrolling and swelling!
The Caucas,
Alexander Sergeyevich Pushkin
DI dalam benteng Damaskus Tua di Suriah yang kini sedang bergolak ada sebuah jalan yang menarik perhatian saya. Namanya Jalan Lurus. Atau dalam bahasa Arab, seperti yang tertulis di papan nama di jalan itu, Sirah al Mustakim.
Lidah Indonesia membuatnya menjadi Sirotul Mustakim.
Jalan sepanjang kurang dari satu kilometer itu bermula dari Bab Sarqi dan Menara Baido di salah satu sisi tembok kota tua dan berakhir di tengah benteng, di dekat bekas Istana Bani Muawiyah yang kini menjadi Masjid Muayyid. Sebelum menjadi istana dan masjid, bangunan itu adalah gereja. Dan sebelum menjadi gereja, di masa Romawi ia adalah kuil untuk menyembah Dewa Jupiter. Di dalamnya Anda akan menemukan makam Nabi Yahya yang dalam tradisi Kristiani dikenal sebagai John the Baptist. Menurut kisah, Nabi Yahya yang menyaksikan kehadiran Nabi Isa dalam tradisi Islam atau Yesus Kristus dalam tradisi Kristiani mati dipenggal tentara Romawi.
Ada satu tempat lagi yang menarik di kompleks masjid ini. Di lantai bawah tanah Anda bisa menemukan tempat Yazid bin Muawiyyah menyimpan kepala Hussein bin Ali yang dipenggal pasukan Muawiyyah di Padang Karbala, Irak kini. Kaum Syiah yang berkunjung ke Masjid Muayyid biasanya tak menyempatkan diri mampir ke dalam ruang utama masjid. Tempat pertama dan mungkin satu-satunya yang mereka kunjungi di kompleks Muayyid adalah lantai bawah tanah dan lubang besar di dinding yang berbentuk kotak tempat kepala Imam Hussein diletakkan Yazid cucu Abu Sofyan untuk beberapa waktu lamanya.
Jalan Lurus atau Sirah Al Mustakim ini tak terlalu lebar. Di sisi kanan dan kiri adalah deretan rumah yang berbaris rapi. Ketika saya berkunjung ke sana delapan tahun lalu, beberapa dari rumah-rumah itu dalam keadaan tak terawat dan rusak berat. Semakin ke dalam Anda akan menemukan beberapa sekolah. Ada sekolah yang didirikan untuk pengikut sekte Islam tertentu. Ada sekolah yang mengajarkan semacam ilmu hubungan internasional. Juga ada beberapa gereja Orthodox. Bab Sarqi dan kawasan di sekitarnya memang merupakan pojok Orthodox di dalam Damaskus Tua.
Cerita tentang Menara Baido di mulut Jalan Lurus pun cukup menarik. Seorang teman yang membawa saya menyusuri Jalan Lurus berkata bahwa kelak menjelang akhir jaman, Nabi Isa yang dalam tradisi Islam dipercaya moksa naik ke langit karena diselamatkan Allah SWT dari penyergapan pasukan Pontius Pilatus di Taman Getsemani akan kembali ke bumi melalui menara putih itu. Lalu dari Damaskus atau Syam ia berangkat ke Masjidil Haram di Mekkah Al Mukarramah, dan memimpin umat Islam sedunia.
Kisah ini, kata teman yang bersekolah di hauzah Syiah di Sayyidah Zaenab, beberapa kilometer dari pusat Damaskus, diterima dengan baik oleh kaum Sunni maupun Syiah. Hanya saja, sambungnya, dalam tradisi Syiah kisah ini belum selesai. Disebutkan bahwa beberapa saat setelah umat Muslim dipimpin Nabi Isa, turunlah Imam Mahdi. Dia adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Seperti yang dialami Nabi Isa, Imam Mahdi juga moksa diangkat ke langit oleh Tuhan.
Setelah Imam Mahdi tiba, Nabi Isa akan memberikan tempatnya kepada Imam Mahdi. Jadi, Imam Mahdi inilah yang akan memimpin umat Islam hingga menemi akhir jaman.
Sudah barang tentu bagian ini hanya populer di kalangan penganut Syiah, kata teman itu lagi. Saat saya tanya lebih lanjut, apakah Imam Mahdi yang turun itu adalah Imam ketujuh, atau ke-12, atau mungkin yang lain lagi, diam sebentar.
Sambil menatap mata saya serius, dia berkata: soal yang satu ini, seperti banyak soal yang lain, adalah urusan iman kita masing-masing.
Saya setuju.
Seorang teman lain yang suka iseng dengan berbagai kisah membayangkan kata sirotul mustakim dalam Surat Al Fatihah ada hubungannya dengan Jalan Lurus di Damaskus Tua ini. Bukankah, katanya bertanya, ketika masih kecil Nabi Muhammad SAW sering mengikuti pamannya, Abu Thalib, berdagang hingga ke negeri Syam?
Saya tak bisa menjawab. Saya hanya seorang penikmat cerita yang berusaha merekam semua kisah sebaik mungkin. (Bersambung)
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Senin, 15 Desember 2025 | 16:13
Senin, 15 Desember 2025 | 15:55
Senin, 15 Desember 2025 | 15:48
Senin, 15 Desember 2025 | 15:41
Senin, 15 Desember 2025 | 15:39
Senin, 15 Desember 2025 | 15:29
Senin, 15 Desember 2025 | 15:19
Senin, 15 Desember 2025 | 15:12
Senin, 15 Desember 2025 | 14:54
Senin, 15 Desember 2025 | 14:43