RMOL. Lebaran yang dirayakan setiap tahun hendaknya tidak dijadikan ajang foya-foya. Sebab, masih banyak masyarakat yang dirundung kesusahan.
“Saya ingin memberikan pemaÂhaman kepada masyarakat, bahÂwa Lebaran bukan hari dan ajang foya-foya. Janganlah dirayakan secara berÂlebihan,†imbau Ketua Umum Pengurus Besar NahdlaÂtul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, kepada Rakyat Merdeka di JaÂkarta, Sabtu (27/8).
Menurut Aqil, perayaan Idul Fitri boleh disambut dengan gemÂbira. Namun perayaan itu harus tetap berada dalam batas keÂwajaran.
“Menyambut Idul Fitri, umat Islam wajar suka cita. Sebab, makÂna Idul fitri adalah hari keÂmenangan. Ketika Lebaran, umat Islam boleh mengganti pakaianÂnya dengan yang baru dan meÂnambah kualitas makanannya. Tapi tidak boleh berlebihan,’’ paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana Anda memakÂnai Idul Fitri ?Ada tiga hal. Pertama, secara lahiriah meraÂyakan kedatangan Idul Fitri dengan sholat. Hal itu dimaknai untuk mensiarkan, membesarkan, dan meramaikan agama Islam.
Kedua, memperkuat tali silaÂtuÂrahim antar sesama. Ini maknaÂnya lebih dalam dari yang perÂtama. Relasi sosial terjalin dan menÂjalin tali solidaritas. MisalÂnya orang muda mendatangi yang tua, murid mengunjungi kiai-kiai, dan masyarakat menÂdatangi toÂkohnya.
Ketiga, makna yang paling tinggi saat Idul Fitri adalah menÂjadi fitrah. Diri kita menjadi suci kembali. Hal itu dibicarakan meÂmang gampang. Tapi apliÂkasiÂnya sangat berat. Ketika kondisi itu bisa dicapai dalam Idul Fitri. Itu artinya kita makrifat kepada Allah SWT.
Ini artinya, yang paling dalam makna Idul Fitri adalah mengenal kebesaran Tuhan, mengenal keÂmutlakan Tuhan, mengenal keÂkuasaan Tuhan yang absolut. ApaÂbila kita sadar itu semua, Insya Allah kita kembali pada fitrah.
Ini berarti perlu peningkatan keimanan?Ya, harus ada peningkatan keÂimanan. Masalah iman sering kita goyang. Misalnya ketika nasib kiÂta kurang baik, kita sering protes kepada Tuhan. Kita sering meÂngeÂluh kenapa kita gagal. PaÂdahal, ibadah sudah kita lakuÂkan. Makanya, iman kepada qodho dan qodar. Itu paling berat.
Maksudnya?Ketika takdir kita kurang baik kita protes. Itu menandakan beÂlum beriman kepada qodho dan qodar. Kita harus menyadari bahÂwa semua yang ada di dunia ini adalah milik-Nya dan kehenÂdak-Nya. Kita ini tidak meÂmiliki apa-apa, bahkan diri kita senÂdiri. BiÂla sudah paham itu seÂmua, berÂarti sudah kembali ke fitrah.
Tradisi apa yang Anda lakuÂkan saat Idul Fitri?Sama seperti orang kebanyaÂkan, saya melakukan silatuÂrah-mi. Membuat makanan agak baÂnyak dan enak. Hal itu diÂsunahÂkan, asalkan tidak berleÂbihan.
Selain itu, saya mengganti paÂkaian baru. Hal-hal itu boleh saja dilaÂkukan asal sebatas keÂmamÂpuan kita. Lalu saya memÂbayar zakat fitrah.
Apa Anda mudik?
Kemungkinan saya akan muÂdik ke Cirebon setelah sholat Idul Fitri. Mudik itu kan bagian dari silaÂturahim. Momentum berÂÂkumÂÂpul dengan sanak keÂluarga. Selain itu, mudik juga biÂsa dimakÂnai deÂngan menikÂmati rejeki seÂcara berÂsama-saÂma sanak keluarÂga.
MiÂsalnya ada teman atau sanak keÂluarga yang membutuhkan bantuan, sebaiknya kita bantu. Melihat mushola dan sekolah yang atapnya bocor, ya sebaiknya kita dibantu.
[rm]