Berita

rizal ramli/ist

SBY Perlu Mempelajari Cara Brazil Menekan BlackBerry

MINGGU, 17 JULI 2011 | 10:19 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Brazil sempat dikenal sebagai salah satu negara Amerika Latin yang selama 30 tahun terjebak pada utang luar negeri. Model pembangunan ala Brazil yang berpondasikan utang luar negeri lambat laun membuat gap antara kelompok kaya dan miskin di negeri samba itu semakin lebar. Pengangguran terus bertambah diikuti peningkatan jumlah penduduk miskin.

Brazil mulai berubah setelah Luiz Inacio Lula da Silva memenangkan pemilihan presiden 2002 dan menggantikan ekonom Berkeley, Fernando Henrique Cardoso, pada 2003. Kepemimpinan Lula juga menjadi penanda berakhirnya pendekatan neolib.

Lula bukan doktor ekonomi, apalagi dari Berkeley. Dia hanya seorang ketua serikat buruh sebelum akhirnya memimpin Partai Pekerja. Keunggulan Lula adalah kepercayaannya pada common senses dan akal sehat: apabila dikelola dengan pendekatan yang lebih nasiolistik Brazil yang memiliki modal kekayaan alam pasti bisa maju setidaknya di kawasan Amerika Latin.

Hasilnya, dalam waktu delapan tahun Lula berhasil mengubah wajah Brazil. Ia menyediakan lapangan kerja baru untuk 40 juta warganegara dan mengurangi kemiskinan secara signifikan.

“Ini memperlihatkan bahwa selain leadership yang berkarakter nasional, untuk bangkit dan maju sebuah negara membutuhkan pendekatan yang tidak menghamba pada paham neoliberalisme dan kepentingan asing,” ujar ekonom senior Indonesia, DR. Rizal Ramli, ketika berbicara di depan Persatuan Pelajar Indonesia di Malaysia (PPIM) di Kuala Lumpur, Kamis lalu (14/7).

Rizal Ramli mencontohkan bagaimana pemerintah Lula menghadapi ekspansi BlackBerry di negara itu. Seperti Indonesia, bagi BlackBerry, Brazil adalah pasar yang begitu besar. Menguasai Brazil, bagi BlackBerry, adalah menguasai seluruh kawasan Amerika Latin.

Lula yang memahami hal ini memberikan dua pilihan pada BlackBerry. Pertama, masuk ke Brazil dengan bea impor 70 persen, atau kedua, mendirikan pabrik di Brazil.

Awalnya, ini adalah pilihan yang sulit bagi BlackBerry. Tetapi bea impor 70 persen jelas bukan pilihan yang paling baik.

“Akhirnya walau misuh-misuh. BlackBerry setuju dan bersedia membangun pabrik di Brazil yang mempekerjakan warganegara Brazil. Bahkan dari Brazil, kini BlackBerry masuk ke seluruh Amerika Latin,” urai Rizal yang pernah menjadi menko perekonomian dan menteri keuangan itu.

“Ini adalah contoh bagaimana membuat kebijakan yang tidak neoliberal dan berkarakter nasional. Kini Brazil juga menjadi eksportir pesawat tempur dan mobil. Padahal Indonesia lebih dahulu membangun industri pesawat dan mobil,” sambungnya.

Pendekatan neoliberal yang selama ini diikuti Indonesia, khususnya selama tujuh tahun terakhir, menghancurkan industri dalam negeri. Indonesia menjadi negara net importir yang konsumtif. Arus masuk hot money ke dalam negeri tidak turun ke bawah dan memperkuat sektor ril. Di sisi lain, Indonesia malah lebih tertarik untuk mengekspor bahan mentah.

“Padahal, sejarah mengajarkan bahwa tidak pernah ada negara yang bisa maju dan besar kalau mengekspor bahan mentah. Karena itu sama artinya dengan mengekspor nilai tambah dan lapangan pekerjaan. Industrialisasi membutuhkan breakthrough (terobosan). Dan terobosan tidak akan pernah ada di dalam pikiran pemimpin yang penakut,” demikian Rizal. [guh]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya