Yang menjadi tuan rumah nanti malam adalah Ketua Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) se-Indonesia, Anto Baret; sastrawan, Teguh Esha, dan budayawan Radhar Panca Dahana. Dipastikan akan banyak sekali pegiat seni budaya akan hadir di Wapres nanti malam termasuk keluarga dari almarhum sastrawan besar, WS Rendra.
Teguh Esha, saat berdialog dengan
Rakyat Merdeka Online, siang ini, menjelaskan, acara nanti malam adalah bentuk nyata betapa peduli dan kritisnya pemikiran para seniman menyikapi persoalan rakyat belakangan ini. Teguh Esha adalah pencipta tokoh novel Ali Topan yang melegenda dan novelnya sudah difilmkan pada pertengahan 90-an.
"Kami akan ungkapkan pemikiran dan perasan seniman dan budayawan mengenai rakyat bangsa dan negara. Ini bukan atas nama kelompok, tapi kami masing-masing punya sikap," ujar Teguh yang biasa bicara ceplas-ceplos ini.
Teguh sendiri memiliki pandangan yang tajam mengenai situasi ekonomi, sosial dan politik. Ia mengungkapkan kritik tajam pada agen-agen reformasi yang dulu menggelindingkan rezim otoriter Orde Baru, yang ia sebut sebagai pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab pada rakyat.
"
Gue menggungat semua yang ngaku reformis. Sudah menang perang, ditinggal. Sekarang reformasi, rakyat kelaparan, para reformis yang dulu menumbangkan Soeharto tidak bertanggungjawab, sekarang mereka penuh dengan hedonisme," ucapnya.
Ia imbuhkan, nasionalisme elit politik dan pejabat negara tidak usah diharapkan karena penuh kepalsuan atau minimal sudah luntur. "Mereka brengsek, merah putih di dada mereka adalah merah putih sepuhan, yang bisa luntur," ujarnya.
Ia juga mengatakan, acara nanti malam bukan satu-satunya cara kaum seniman jalanan dan budayawan menyikapi persoalan kebangsaan.
"Penyanyi jalanan sudah bergerak dari dulu ke dulu, para gelandangan adalah putra-putri terbaik bangsa. Anto Baret itu Ketua KPJ seluruh Indonesia, dia sudah mengritik pemerintah Orde Baru sejak tahun 80-an lewat lagu-lagunya, tapi pemerintah dari dulu sampai sekarang
budeg," paparnya.
Pria yang sudah memasuki usia sepuh ini mengungkapkan pengamatannya sehari-hari sebagai seniman yang bersentuhan dengan kehidupan jalanan, bahwa tren bunuh diri di kalangan rakyat jelata menandakan situasi bangsa dalam keadaan darurat.
"
Gue mau bilang, negara ini dalam keadaan bahaya. Orang-orang jahat berkuasa, rakyatnya bunuh diri. Minggu lalu ada orang bunuh diri, terjun bebas di Blok M Square karena kelaparan tapi engga punya kerja.
Lu bayangin, di pusat Jakarta saja ada yang begitu, bagaimana di daerah," tutur Teguh.
Teguh yang biasa berkegiatan di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan ini menambahkan kesepakatannya dengan pernyataan para tokoh agama beberapa waktu lalu yang menuding pemerintah sebagai pembohong.
"
Gue malu. Mereka yang kerjanya cuma berdoa setiap hari saja sudah berani bicara keras soal pemerintah dan kehidupan rakyat. Kita enggak boleh diam saja. Pemerintah ini sudah kebangetan bejat," ungkapnya.
Ia menambahkan, "Orang yang tidak tahan kritik mending jadi orang mati saja. Kalau enggak terima dikritik, berarti nuraninya mati, sistem berketuhanan dia mati, kebangetan bejat," tutupnya.
[ald]