"Itu kenyataan obyektif. Dari situasi biasa ke situasi lebih parah dan serius. Itu memang kondisi alamiah, warisan, bawaan atau kondisi saat ini. Yang penting saat ini manajemen konflik masih dipakai," terang pengamat politik Sukardi Rinakit di Warung Daun Cikini, Sabtu (8/1).
Manajemen konflik semacam itu digunakan di internal partai-partai politik, maupun di Sekretariat Gabungan. "Setgab pada dasarnya memanajemen, agar konflik terkurung. Bukan berarti berhenti, tapi akan selalu muncul," katanya.
"Tapi pada titik tertentu, karena macan-macan itu dikandangi ramai-ramai bisa bahaya juga, bisa saling terkam, bisa makan yang
ngandangin," tutur Sukardi lagi.
Hal itu terjadi, karena para anggota Setgab tidak pernah berbicara platform, namun sibuk dengan orientasi kekuasaan.
"Orientasi bukan untuk mengabdi rakyat, tapi untuk berkuasa itu sendiri demi kepentingan politik dan kekuasaan sendiri. Karena itu wajar juga sekarang muncul wacana-wacana Capres. Semua itu bagian dari manajemen konflik," jelasnya.
[ald]