Walau berada di belakang, namun NTT memainkan peranan penting karena bagian belakang inilah yang berfungsi sebagai penyeimbang. Sayangnya, bagian belakang sebuah kapal seringkali dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu diperhatikan. Biasanya, kalau ini yang terjadi kapal tidak dapat bergerak ke arah tujuan, dan karena tidak ada penyimbang ia akan oleng, terbalik lalu karam.
Analogi itu disampaikan Gubernur NTT Frans Lebu Raya ketika menerima Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Laksamana Madya Didik Hadi Purnomo di Kupang (Selasa, 14/12).
Adapun Didik membenarkan analogi Frans dan menambahkan bahwa tenaga penggerak dan kemudi kapal laut ada di bagian belakang.
"Kecepatan kapal ditentukan oleh profil buritan," ujar Didik.
Karena itu, Didik mengucapkan terima kasih atas dukungan NTT dan provinsi-provinsi lain di kawasan timur Indonesia dalam pembangunan jaringan Rescue Coordinating Center (RCC) yang akan digunakan untuk memantau kondisi laut nusantara.
Bakorkamla tengah membangun belasan RCC di seluruh Indonesia. Kesemua RCC ini akan memasok data keadaan laut dengan presisi yang cukup tinggi ke pusat pengendalian di Jakarta. Informasi yang dikumpulkan kemudian akan didistribusikan ke
stake holder Bakorkamla untuk selanjutnya dimanfaatkan demi kepentingan negara dan masyarakat.
"Informasi yang dikumpulkan juga termasuk sebaran klorofil di laut. Dengan demikian, bisa diketahui sebaran ikan di lautan. Di samping itu, kita juga tahu daerah mana yang harus dijaga dari kemungkinan pencurian ikan," masih kata Didik.
RCC juga akan merekam informasi mengenai kapal-kapal yang melintas di perairan Indonesia. Dengan bantuan pencitraan satelit dan teknologi
Automatic Identification System (AIS), RCC akan mendeteksi nomor International Maritime Organization (IMO) setiap kapal dan mengetahui pemilik kapal, muatan dan tujuan.
[guh]