Acara Sholat Idul Fitri dan Tasyakuran Akbar ini dilaksanakan oleh KNPI Karo bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa dan Polres Tanah Karo, dimulai tepat pada pukul 07.30 WIB waktu setempat.
Dari keterangan resmi yang didapatkan dari Dompet Dhuafa, para pengungsi berasal dari sekitar tujuh buah Jambur (pos pengungsian besar) yang berada di sekitar area Kabanjahe dan Berastagi yang digunakan sebagai tempat bernaung sementara oleh warga yang terkena musibah letusan Gunung Sinabung.
Acara sholat Idul Fitri dan Tasyakuran Akbar memang sengaja tidak dibaurkan dengan warga kota Kabanjahe pada umumnya. Alasannya, mempertimbangkan psikologi pengungsi.
Sekretaris Desa Gung Pinto, Kecamatan Namantran, Kabupaten Karo, Keriahan Tarigan (49) yang juga menjadi salah seorang pengungsi, membenarkan hal itu. Menurutnya, saat ini pengungsi merayakan Hari Raya dalam keadaan susah, pakaian seadanya, bahkan kumal. Apabila mereka sholat bersama warga kota lainnya, dikhawatirkan menimbulkan rasa minder diantara pengungsi.
Sementara, Kkotbah Idul Fitri dibawakan oleh Ustadz Sajidan Silian, seorang tokoh masyarakat Karo yang mengingatkan bahwa apapun bencana yang terjadi, itu adalah teguran Allah agar manusia kembali bertaubat.
[ald]
BERITA TERKAIT: