KRISIS PANGAN

Hendri Saparini: Pemerintah Seharusnya Akui Salah Strategi!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Kamis, 26 Agustus 2010, 13:34 WIB
Hendri Saparini: Pemerintah Seharusnya Akui Salah Strategi<i>!</i>
RMOL. Curah hujan yang tinggi belakangan ini membuat tingkat pembuahan padi merosot. Harga bahan kebutuhan pokok diperkirakan akan terus melambung tinggi. Perubahan cuaca dan kecenderungan konsumsi masyarakat yang tinggi menjelang Lebaran dan akhir tahun menjadi persoalan pelik.
 
Dari luar negeri dikabarkan, panen gandum di beberapa negara produsen gandum terbesar dunia, menurun tajam, menambah tekanan terhadap harga produk tersebut.

Direktur Eksekutif Advisory Group in Economics, Industry, and Trade (Econit) Hendri Saparini mengatakan, dalam realitas seperti itu pemerintah belum meyakini akan ada ancaman besar terhadap ketahanan pangan kita. Pemerintah masih menganggap kenaikan harga bahan pokok adalah wajar dan menyerahkan semua ke mekanisme pasar.

"Sehingga pemerintah menganggap strategi yang sekarang ini masih benar. Padahal, strategi untuk kendalikan Sembako dengan operasi pasar adalah salah," ujar Hendri kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (26/8).

"Dulu Bulog masih punya intervensi beras dan non beras. Malaysia saja masih proteksi 20-an harga bahan pokoknya walaupun badan stabilisasi harga mereka sudah milik publik. Nah, disini Bulog berbentuk Perum, tapi hanya tangani harga beras saja," jelasnya.

Menurutnya, harus ada langkah cepat untuk antisipasi kenaikan harga akibat kekurangan pasokan dan permintaan yang bertambah sampai Natal dan Tahun Baru nanti.

"Kalau beberapa bulan lalu masalahnya ada di pasokan, sekarang masalahnya ada di demand (permintaan) sampai Tahun Baru. Belum lagi, harga minyak bumi juga akan naik,' tegasnya.

Hendri menuturkan, hingga kini pemerintah belum menyadari kalau strategi ala "pemadam kebakaran" gagal dan ancaman terhadap ketahanan pangan itu nyata.

"Kalau mau ya koreksi semua. Dari sisi lembaga (Bulog) kita lemah, dari sisi dukungan produksi dalam negeri kita tak targetkan kemandirian pangan. Dari sisi ketergantuangan dari luar negeri, kita tak mau diversifikasi pangan, misalnya gandum kita ganti dengan singkong,' jelasnya.

Ditandaskannya, "Tidak ada kata terlambat. Strategi jangka pendeknya memberi empowering kepada Bulog, memberikan alokasi APBN untuk menjaga harga pangan langsung lewat tangan pemerintah. Meskipun, saya lihat belum ada ancang-ancang pemerintah ke sana."[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA