Meski begitu, Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR Bambang Haryo Soekartono masih merasa kurang. Dia kemudian membanding-bandingkan Indonesia dengan Jepang.
Sebelum April, sosialisasi Asian Games 2018 memang agak minim. Namun, setelah ada sindirin Jokowi, Panitia Asian Games dan para intansi Pemerintah getol melakukan sosialisasi. Spanduk dukungan bertebaran di tiap kantor-kantor instansi. Banyak angkutan umum dicat logo pesta olahraga se-Asia tersebut. Pernak-pernik Asian Games juga sudah banyak dijual di toko-toko.
Hanya saja, poster-poster yang bergambar atlet Indonesia memang belum banyak. Kondisi inilah yang membuat Bambang masih merasa kurang.
“Saya melihat, upaya pemerintah sosialisasikan Asian Games itu masih minim. Biasanya negara-negara tuan rumah itu sudah muncul pernak-pernik dan souvenir Asian Games. Tapi, sampai sekarang belum kelihatan tuh,†ucap anggota Komisi V DPR ini, Jumat (10/8).
Dia menuding, pemerintah kurang serius dalam menyiapkan event ini. Bambang lalu membandingkan persiapan Jepang yang menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2020. Kata dia, kendati pesta olahraga sedunia itu masih dua tahun lagi, suasana penyambutan di Jepang sudah sangat luar biasa.
“Pernak-perniknya itu sudah ada semua dan ada di mana-mana. Kemudian poster, foto jago-jago (atlet andalan) sudah dimunculkan di berbagai tempat. Misalnya poster jago-jago karateka Jepang di stasiun-stasiun kereta, atau jagoan Jepang lainnya itu sudah ditempelkan di mana-mana. Sehingga rakyat Jepang itu gegap gempita dan bersemangat menyambut Olimpiade itu,†katanya.
Menurut Bambang, Jepang juga rajin melakukan sosialisasi Olimpiade di berbagai media sosial, elektronik, bahkan media cetak. Setiap hari ramai diberitakan persiapan para atlet Jepang menghadapi Olimpiade.
Kondisi itu, sambungnya, kontras dengan sosialisasi Asian Games di Indonesia. Media-media di Indonesia juga lebih banyak memberitakan olahraga internasional ketimbang Asian Games. Alhasil, pengetahuan masyarakat mengenai Asiang Games, minim. Apalagi mengenai persiapan atletnya.
“Masyarakat kita itu, tempat atlet berlatih saja mereka tidak tahu. Tidak ada informasi yang jelas mengenai Asian Games ini,†tudingnya.
Bambang tidak menyalahkan panitia atas kurangnya sosialisasi ini. Dia lebih menuding ke Pemerintah. Sebab, dana sosialisasi yang dikucurkan Pemerintah amat kecil. Dia tidak heran jika pernak-pernik Asian Games, mulai kaus, boneka, dan berbagai souvenir belum ramai di masyarakat.
Dia waswas kondisi ini berimbas pada jumlah penonton pada pertandingan-pertandingan Asian Games. Jumlah penonton yang minim bisa membuat atlet Indonesia kurang semangat. Alhasil, prestasinya menjadi tidak maksimal.
“Bisa-bisa sepi (penonton) ini. Bisa malu-maluin nanti. Untuk pelajar, tiketnya memang sudah digratisin. Tapi, karena promosiya kurang, baik melalui media sosial, televisi, hingga media cetak, anak-anak muda, pelajar tidak tertarik dengan Asian Games,†cetusnya.
[ian]