Permintaan maaf SBY atas perilaku buruk kader Demokrat kemarin malam merupakan strategi meraih simpati publik untuk meningkatkan kembali elektabilitas partai.
"SBY mencoba meraih simpati publik dengan terlebih dahulu meminta maaf kepada masyarakat atas berbagai kasus yang dilakukan kader-kader Demokrat selama dua tahun terakhir. Upaya ini ditempuh untuk setidaknya meminimalisasi efek negatif berbagai kasus yang menimpa Demokrat," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu (16/11).
Di lain hal, menurut Ray, pidato SBY yang disampaikan pada acara peringatan Hari Ulang Tahun ke 11 dan Silatnas Partai Demokrat di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, itu juga sebagai serangan alias memukul ke dua arah sekaligus. Arah ke luar hendak menyatakan bahwa moralitas kader parpol lain tak lebih bagus dari Demokrat khususnya dua parpol lama yakni PDIP dan Golkar yang sekaligus saingan utama mereka pada pemilu 2014 mendatang. Sementara ke dalam, SBY ingin menyatakan bahwa dirinya masih merupakan arus utama internal Demokrat, di tengah mengemukanya friksi internal.
"SBY ingin mengalihkan perhatian publik dari selalu menyoroti perilaku kader Demokrat ke perilaku dua partai lainnya. Tapi sekaligus ingin menepis dugaan bahwa ada gerakan bersih-bersih Anas dr anasir-anasir SBY di dalam struktur kepengursan Demokrat," katanya.
Meski demikian bagi Ray, sikap SBY yang ditunjukkan melalui pidatonya bukanlah teladan yang elok. Selain karena melempar salah ke parpol lain, SBY lagi-lagi mengambil alih posisi pengurus harian Demokrat dalam hal ini tugas Anas Urbaningrum cs. Sebagai dewan pembina, SBY cukup berbicara ke dalam, tidak perlu mewakili dewan pengurus harian berbicara kepada masyarakat.
"Untuk jangka panjang pendidikan politik, tindakan seperti itu tetap tidak baik," demikian Ray. [dem]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: