Membatik Masuk Kurikullum Sekolah Darurat Kartini

Lestarikan Budaya Sekaligus Membantu Biaya Pendidikan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 20 Desember 2011, 19:22 WIB
Membatik Masuk Kurikullum Sekolah Darurat Kartini
ibu kembar/rmol
RMOL. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Tradisi membatik merupakan tradisi yang turun temurun, dan untuk melestarikannya, dua ibu kembar Sri Rosyati dan Sri Irianingsih menjadikan pelajaran membatik sebagai kurikullum di Sekolah Darurat Kartini.

Sekolah ini adalah sekolah gratis yang didirikan keduanya di Jalan Lodan Mas, Ancol, Jakarta Utara. Sekolah ini didirikan untuk menampung anak-anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan normal yang membutuhkan biaya besar.

Kepada Rakyat Merdeka Online, ibu kembar sangat senang bisa menularkan ilmu membatik yang mereka dapatkan semenjak kecil. Memang keduanya sempat belajar membatik di dua keraton, yakni Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Selain untuk melestarikan budaya bangsa, keduanya juga kompak menyatakan bahwa karya batik buatan anak didiknya kerap dijual atau diikut sertakan di pameran.

"Hasil dari membatik, akan dikumpulkan untuk biaya pendidikan murid-murid di Sekolah Darurat Kartini. Harga batik sendiri bervariasi. Mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 5 juta, tergantung tingkat kesulitan dan hasil batik itu sendiri," kata Sri Rosyati beberapa waktu lalu.
            
Dalam pertemuan singkat dengan redaksi, dua ibu kembar ini juga menunjukkan cara membatik yang benar. Tidak seserius yang dibayangkan, keduanya mencontohkan membatik hanya menggunakan kertas dan pulpen. Namun demikian, cukup memberikan pemahaman bahwa membatik bukanlah pekerjaan yang mudah. [arp]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA