"Tak ada alasan kita tidak peduli dengan nasib mereka,"kata Nurhayati ketika berbincang-bincang dengan Rakyat Merdeka Online baru-baru ini di gedung DPR, Senayan. Kepedulian anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat kepada anak-anak jalanan, tidak bisa dilepaskan dari latar belakang keluarganya.
Nurhayati yang sempat maju sebagai calon Presiden Organisasi Perlemen Seduia (IPU) ini berasal dari keluarga mapan. Kekayaan yang berlimpah tidakmembuat keluarganya lupa daratan. Sebagai muslim yang taat, kedua orangnya sadar kalau sebagian dari harta mereka harus dizakatkan kepada keluarga tak mampu yang ada di sekitar mereka. Makanya, mereka aktif menyantuni anak-anak yatim piatu, fakir miskin dan memberikan bea siswa kepada siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu. Berbagai kegiatan sosial pun digeluti mulai dari mendirikan rumah sakit dan sekolah.
Rupanya, kepedulian kedua orang tuanya kepada sesama juga diwariskan ke Nurhayati. Dia menaruh perhatian khusus terhadap nasib anak-anak jalanan. Untuk itu, dia tidak sungkan terjun langsung menemui anak jalanan yang ditemui di jalanan atau pun di pasar. Mereka disapa dan kemudian dari hati-kehati mengajaknya ke rumahnya yang juga dijadikannya sebagai rumah singgah bagi anak-anak jalanan. Di rumah singgah itu, 30-an anak jalanan ditampung dan diasuhnya.
Selain memberikan makan dan pakaian, mereka juga dididik. Mulai dari ilmu agama sampai bisnis diajarkan Nurhayati kepada mereka. Mereka diperlakukannya seperti anak sendiri.
"Saya berharap mereka kelak bermanfaat bagi bangsa dan negara ini," kata wanita yang lahir di Solo, 17 Juli 1963 ini.
Kerja keras mantan staf ahli Ani Yudhoyono tersebut ternyata membuahkan hasil. Beberapa anak jalanan yang pernah diasuhnya ada yang menjadi pengusaha, politisi, aktivis LSM, bahkan menjadi guru. Hati Nurhayati terharu begitu dia bertemu atau mendapatkan informasi kalau anak asuhannya ada yang menjadi 'orang'. Menurut dia, dirinya tidak meminta balasan atau pamrih atas keberhasilan dari anak asuhnya tersebut.
Bahkan, energi dan dana yang dikeluarkannya tak bernilai dibandingkan dengan harapan dan impian agar anak asuhnya meraih sukses dan melakukan apa yang pernah dilakukan oleh Nurhayati yakni berbuat kebaikan kepada sesama.
Salah satu anak jalanan yang pernah merasakan kasih sayang Nurhayati sebagai ibu asuh adalah Toni. Mantan koordinator Pengamen di Pasar Senen ini, kini bekerja di Batam. Menurut lelaki berumur 40 tahun itu, Nurhayati memiliki jiwa sosial yang tinggi, peka terhadap penderitaan masyarakat kecil. Toni bercerita kalau dia pertama kali bertemu Nurhayati di rumahnya ketika diundang bersama anak-anak jalanan lainnya untuk mengikuti pengajian.
Undangan langsung disampaikan Nurhayati kepada anak jalanan yang ditemuinya di terminal Senen. Toni, waktu itu ragu untuk datang.
"Saya pikir mana mungkin orang seperti kami diundang ke rumah mewahnya," kata Toni kepada Rakyat Merdeka Online yang menghubunginya di Batam.
Tapi dia merasa tidak enak hati untuk tidak datang melihat kepedulian Nurhayati kepada anak-anak jalanan. Nurhayati dimata Toni tidak berubah. Sekalipun menjadi anggota DPR, menurut dia, tetap peduli dengan anak-anak jalanan.
[eci]