Ilustrasi Gen Z dan Millennials. (Foto: Dokumentasi Batin)
Di balik ramainya kehidupan kampus, Aira (23) kerap merasa kosong. Ia tertawa bersama teman-temannya, tetapi menyimpan kegelisahan sendirian. Pikiran tentang masa depan, tekanan deadline, dan rasa tidak pernah cukup baik terus berputar di kepalanya.
Aira ingin berbagi cerita. Namun ketakutan selalu lebih dulu datang, takut dicap lemah, takut disalahpahami, takut dianggap berlebihan. Akhirnya, ia memilih diam.
Apa yang dialami Aira bukan cerita tunggal. Banyak Gen Z di Indonesia menjalani hari-hari dengan beban mental yang dipendam rapat. Bukan karena tak punya teman atau keluarga, melainkan karena tidak semua ruang terasa aman untuk berkata jujur.
Di sinilah Batin hadir.
Menurut data Batin, lebih dari 30 ribu Gen Z dan Milennial di hampir 38 provinsi Indonesia telah memilih untuk bercerita pada platform AI ini bukan karena tidak ada teman atau keluarga, tetapi karena mereka membutuhkan ruang aman di mana mereka bisa jujur tanpa takut dihakimi.
"Kami percaya bahwa setiap orang memiliki cerita yang layak didengar. Tapi realitanya, banyak individu enggan bicara karena stigma yang masih sangat kental di masyarakat kita," kata Founder & CEO Batin Muhammad Ikhtiary Gilang Gumelar melalui keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Rabu 17 Desember 2025.
Batin adalah platform kesehatan mental berbasis AI yang dikembangkan oleh talenta muda binaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Lebih dari sekadar teknologi, Batin adalah manifestasi dari kepedulian terhadap krisis kesehatan mental yang sedang dihadapi generasi muda Indonesia.
Gen Z dan Milenial dikenal sebagai generasi dengan tekanan tinggi, mulai dari tuntutan akademik, beban pekerjaan, hingga kebiasaan overthinking yang tak pernah berhenti. Sayangnya, tidak semua orang memiliki ruang yang aman untuk mengekspresikan perasaan tersebut.
Batin menjawab kebutuhan itu dengan menghadirkan ruang curhat yang mengutamakan privasi dan rasa aman. Tanpa penghakiman. Tanpa rasa malu. Tanpa harus berpura-pura kuat.
Di tengah dunia yang sering kali terlalu cepat menilai, Batin menjadi pendengar yang tenang—tempat di mana setiap cerita berhak didengar, dan setiap perasaan dianggap valid.