Berita

PT Toba Pulp Lestari. (Foto: Instagram @tobapulplestari)

Bisnis

Diguncang Isu Bencana: Saham Toba Pulp (INRU) Melemah 4,9 Persen dalam Sepekan

KAMIS, 04 DESEMBER 2025 | 13:49 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) perusahaan industri strategis yang bergerak di sektor kehutanan dan pengolahan hasil hutan, belakangan menjadi sorotan tajam publik karena dituding sebagai salah satu penyebab bencana ekologi di Sumatera. 

Sentimen negatif ini langsung tercermin pada kinerja saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hingga perdagangan Kamis 4 Desember 2025, harga saham INRU berada di level Rp 680 per saham, menandai penurunan sebesar 4,9 persen dalam periode satu pekan terakhir. Secara bulanan, saham berkode INRU ini juga mengalami pelemahan 2,86 persen. 


Namun begitu, saham ini sudah sedikit menguat dari hari sebelumnya. Pada penutupan Rabu, saham INRU  berkutat di zona merah setelah melemah ke level 665.

Isu ini semakin sengit setelah viral di media sosial postingan anak Menkeu Purbaya yang menyebut PT Toba Pulp Lestari (TPL) sebagai pihak yang dituding berada di balik penggundulan hutan dan diduga menjadi pemicu banjir besar di Sumatera Utara dan Aceh.
Menanggapi tudingan yang memicu gejolak harga saham ini, manajemen INRU membantah tegas bahwa operasional mereka menjadi biang keladi banjir bandang dan longsor.

Dalam keterbukaan informasi yang dikutip redaksi Kamis 4 Desember 2025, Corporate Secretary INRU, Anwar Lawden, menegaskan bahwa operasional Hutan Tanaman Industri (HTI) mereka telah melalui penilaian ketat (High Conservation Value/HCV dan High Carbon Stock/HCS).

Anwar menjabarkan dari total areal 167.912 Ha, INRU hanya mengembangkan tanaman eucalyptus sekitar 46.000 Ha dan sisanya dipertahankan sebagai kawasan lindung dan konservasi. 

“Kami menghormati penyampaian aspirasi publik, namun mengharapkan informasi yang disampaikan didasarkan pada data yang akurat dan dapat diverifikasi,” tulisnya dalam keterbukaan informasi. 

Audit Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022-2023 juga menyatakan perusahaan taat regulasi.

Dulu, perusahaan ini didirikan oleh Sukanto Tanoto. Saat ini, INRU dikendalikan oleh perusahaan investasi asal Hong Kong, Allied Hill Limited, dengan kepemilikan 92,54 persen saham, yang merupakan entitas milik Joseph Oetomo. Sisanya 7,46 persen dimiliki oleh publik. 

Di tengah polemik historis INRU yang pernah diwarnai konflik agraria dan pencemaran, kini pasar bereaksi negatif terhadap isu lingkungan yang baru, menekan pergerakan harga saham INRU di bursa.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya