Berita

Bank Indonesia (RMOL/Alivia Dwi)

Bisnis

Bank Indonesia Dinilai Kian Sulit Diprediksi Jelang Keputusan Suku Bunga

RABU, 19 NOVEMBER 2025 | 11:01 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Menjelang keputusan suku bunga banyak investor merasa Bank Indonesia (BI) makin sulit ditebak. Sepanjang tahun ini, BI sudah lima kali mengambil keputusan yang berbeda dari perkiraan pasar. Selain mempertahankan suku bunga pada Oktober, BI juga dua kali mengejutkan analis dengan menurunkan suku bunga pada Januari dan September.

Dikutip dari Bloomberg, Bank of America mencatat bahwa pola kejutan BI tahun ini lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ketidakpastian ini dikhawatirkan menambah beban pasar, terutama saat kondisi global sedang tidak stabil. 
Ekonom Nomura, Euben Paracuelles, mengatakan hal ini membuat investor semakin berhati-hati, apalagi BI biasanya merespons perubahan global seperti pergerakan Dolar AS atau imbal hasil obligasi AS.
Mayoritas analis memperkirakan BI mempertahankan suku bunga di 4,75 persen untuk menahan pelemahan Rupiah, yang turun 3,8 persen sepanjang tahun dan menjadi salah satu mata uang terlemah di Asia. Namun sebagian kecil ekonom masih melihat peluang pemangkasan 25 basis poin.


Sejak mendapat mandat tambahan pada 2022 untuk ikut mendorong pertumbuhan, langkah BI menjadi lebih kompleks dan sering terlihat reaktif terhadap pergerakan nilai tukar dan risiko global. Beberapa ekonom menilai BI tetap berhati-hati karena inflasi masih terkendali dan volatilitas rupiah tinggi.

Beberapa bank sentral di Asia lainnya juga memberi kejutan, termasuk Thailand dan Filipina, yang mengambil langkah tak terduga di sekitar 40 persen rapat kebijakan mereka. Ekonom OCBC, Lavanya Venkateswaran, menilai BI bisa saja memangkas suku bunga 0,25 persen pada Rabu hari ini. Namun, menurutnya BI tetap berhati-hati karena inflasi masih terkendali dan nilai tukar rentan bergejolak.

Meskipun ada kekhawatiran bahwa BI dapat berganti arah kebijakan sewaktu-waktu, analis memperkirakan bias pelonggaran tetap dipertahankan mengingat permintaan domestik yang lemah. BI juga memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga menuju 2026 masih terbuka, meski waktunya bergantung pada stabilitas rupiah.

Rupiah kembali tertekan pada November akibat arus keluar modal asing, sementara inflasi pangan naik 6,6 persen pada Oktober, mendorong inflasi umum ke level tertinggi dalam 18 bulan.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya