Berita

Mantan Presiden Soeharto. (Foto: Istimewa)

Politik

Kecuali X, Gelar Pahlawan Soeharto Disambut Positif di Medsos

SENIN, 10 NOVEMBER 2025 | 21:57 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Percakapan tentangpemberian gelar pahlawan nasional untuk mantan Presiden Soeharto menunjukan tren positif pada media sosial.

Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi menyatakan hampir setiap platform digital dan media online memperlihatkan kecenderungan positif terhadap wacana ini, kecuali pada platform X  yang cenderung negatif.

"Dari hasil pemantauan, hampir semua platform digital dan media online memperlihatkan kecenderungan positif terhadap wacana ini, kecuali X," kata Ismail Fahmi dalam keterangan tertulis, Senin 10 November 2025. 


Pada platform Facebook, kata dia, 80 persen percakapan memiliki sentimen positif, dan 20 persen bernada negatif. Dengan 174 juta pengguna di Indonesia, Facebook masih menjadi ruang utama bagi generasi yang pernah hidup di masa Orde Baru.

"80 persen sentimen positif, menonjolkan Soeharto sebagai tokoh sentral sejarah modern Indonesia, pemimpin yang berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan swasembada pangan," tuturnya.

Kemudian di platform Instagram dengan pengguna 103 juta terdapat 56 persen percakapan positif, dan 29 persen memiliki sentimen negatif. 

"Generasi muda di Instagram menilai dengan cara berbeda, yakni mereka mengakui kontribusi, tetapi tetap menuntut nilai moral dan keadilan sejarah," sambungnya. 

Sementara itu, di platform Youtube terpantau 62 persen memiliki sentimen positif, dan 35 persen sentimen negatif. Sebagian besar isu menampilkan tentang stabilitas ekonomi dan penurunan inflasi pada aplikasi dengan 143 juta pengguna ini. 

Lalu, platform Tiktok dengan pengguna 108 juta pengguna menjadi ruang terdepan dalam percakapan positif yang mencapai 77 persen, tertinggi diantara semua platform, dan sentimen negatifnya hanya 12 persen. 

Berbeda dengan platform digital lainnya, X (dulu Twitter) justru didominasi sentimen negatif 63 persen, dan 27 persen bernada positif. Narasi yang muncul menyoroti korupsi sistemik, pelanggaran HAM, dan represi kebebasan di era Orde Baru.

"Di sini, perbincangan tentang Soeharto bukan sekadar nostalgia, tetapi juga evaluasi terhadap warisan kekuasaan," pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya