Berita

Ilustrasi bendera Brasil (Foto: Wikipedia)

Dunia

64 Orang Tewas saat Polisi Brasil Gempur Geng Narkoba

RABU, 29 OKTOBER 2025 | 07:14 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Setidaknya 64 orang tewas termasuk polisi dalam penggerebekan besar-besaran terhadap jaringan kejahatan terorganisir di Rio de Janeiro, Brasil pada Selasa 28 Oktober 2025.

Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, mengatakan operasi masih berlangsung dan jumlah korban tewas bisa bertambah. Ia menyebut langkah ini sebagai upaya menghentikan perluasan wilayah kelompok kriminal Comando Vermelho. “Ini bukan lagi kejahatan biasa, melainkan narkoterorisme,” ujar Castro, dikutip dari CNN, Rabu 29 Oktober 2025.

Pemerintah daerah melaporkan bahwa operasi tersebut telah direncanakan selama lebih dari setahun. Sedikitnya 42 senapan disita dan 81 orang ditangkap. Aksi ini berlangsung hanya seminggu sebelum Rio menjadi tuan rumah Konferensi Iklim C40, yang dihadiri para wali kota dunia.


Media lokal melaporkan suasana mencekam di favela Alemão, salah satu lokasi penggerebekan. Video Reuters memperlihatkan asap hitam pekat membumbung di langit, sementara foto-foto menunjukkan mobil terbakar yang digunakan warga untuk membangun barikade.

Pemerintah menuding kelompok Comando Vermelho sebagai target utama operasi. Organisasi ini merupakan jaringan kriminal tertua di Brasil, yang awalnya terbentuk dari kelompok tahanan berhaluan kiri pada masa kediktatoran militer. Kini, kelompok itu dikenal luas karena aktivitas perdagangan narkoba dan pemerasan bersenjata.

Selama operasi, pihak berwenang mengklaim geng tersebut menggunakan drone bersenjata untuk menyerang petugas. “Sebagai balasan, para penjahat menggunakan pesawat tanpa awak untuk menyerang polisi di Kompleks Penha,” tulis pemerintah Rio di platform X, sambil membagikan video drone yang menembakkan proyektil.

Penggerebekan besar di favela bukan hal baru di Brasil, namun sering menuai kritik tajam dari kelompok hak asasi manusia. Operasi pada 2021 di wilayah Jacarezinho, misalnya, menewaskan 25 orang dan membuat Mahkamah Agung sempat melarang razia semacam ini selama pandemi, kecuali dalam keadaan luar biasa.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya