Berita

Direktur Democracy and Election Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nur Hayati (Foto: dokumen pribadi Neni Nur Hayati)

Politik

Pemerintah Harus Segera Ubah Sejumlah Kebijakan untuk Redam Aksi Massa

SENIN, 01 SEPTEMBER 2025 | 10:28 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Sejumlah kebijakan yang dianggap kontroversial oleh publik harus segera diubah demi meredam aksi yang terjadi beberapa hari ini.

Direktur Democracy and Election Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nurhayati, menilai gelombang demonstrasi yang terjadi di beberapa kota di Indonesia belakangan ini menunjukkan bahwa krisis kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif dan eksekutif telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. 

"Aksi massa yang menuntut penghentian kenaikan tunjangan DPR, pembubaran DPR, hingga percepatan pengesahan RUU Perampasan Aset adalah refleksi dari keresahan mendalam masyarakat terhadap praktik politik yang semakin jauh dari kepentingan rakyat," ujar Neni kepada RMOL, Senin, 1 September 2025.


Ia juga mendapati sejumlah kebijakan lainnya cenderung ditolak masyarakat, seperti pemblokiran rekening oleh PPATK, penyitaan aset tanah oleh negara, sulit mencari lapangan pekerjaan, dan sejumlah kebijakan lain yang kontroversi menjadi puncak akumulasi kemarahan rakyat.

Neni menegaskan, aksi yang berlangsung saat ini tidak bisa direduksi sebagai aksi sporadis, tetapi suara rakyat yang memuncak karena terlalu lama diabaikan.

"Tuntutan mengenai pembubaran DPR dan penghentian tunjangan berlebihan adalah simbol perlawanan terhadap sistem yang gagal menghadirkan keadilan," tuturnya.

Oleh karena itu, Neni mendorong agar pemerintah sungguh-sungguh meredam gelombang kekecewaan, dengan menjawab persoalan yang muncul di publik dengan perubahan kebijakan, dan bukan sekedar retorika belaka.

"Melainkan dengan langkah nyata dengan perubahan kebijakan seperti mengesahkan RUU Perampasan Aset, mereformasi tata kelola anggaran, memperbaiki komunikasi publik, menghentikan seluruh kebijakan yang menyengsarakan rakyat," tutup Neni. 

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya