Berita

Analis Maha Data dan Gender Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45), Aldy Pahala Rizky (tengah) bersama Analis Utama Maha Data dan Gender LAB 45, Ayu Gendis Wardani (kanan) dalam acara Seminar Nasional LAB 45 di Gedung Perpusnas RI, di Jakarta, Kamis 21 Agustus 2025 (Foto: Humas LAB 45)

Politik

Lab 45:

Pentingnya Pemberdayaan Perempuan sebagai Pilar Demokrasi

KAMIS, 21 AGUSTUS 2025 | 19:33 WIB | LAPORAN: WIDODO BOGIARTO

Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45) menyoroti pentingnya pemberdayaan perempuan Indonesia. Sebab, perempuan juga merupakan sebagai pilar demokrasi Tanah Air.

Demikian disampaikan Analis Maha Data dan Gender Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45), Aldy Pahala Rizky dalam acara Seminar Nasional LAB 45 dengan tema 'Refleksi Delapan Dekade dan Proyeksi Indonesia 2045', di Gedung Perpusnas RI, di Jakarta, dikutip Kamis 21 Agustus 2025.

"Gerakan perempuan akan selalu hadir untuk mendorong pemerintah membuat kebijakan yang responsif gender. Serta, merespons kebijakan-kebijakan pemerintah yang meleset dari cita-cita para perempuan bangsa," kata Aldy.


Aldy juga menyoroti langkah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang menaruh perhatian terhadap isu perempuan dalam Asta Cita. Terutama, dalam target-target yang tertuang dalam RPJMN 2026, serta pembentukan Ruang Bersama Indonesia (RBI).

"Namn ketidakjelasan pengesahan RUU PPRT (,Perlindungan Pekerja Rumah Tangga) kembali menjadi pertanyaan akan keseriusan pemerintah dalam mencapai target pemberdayaan perempuan," kata Aldy.

Ditegaskan Aldy, pemerintah harus masif mendengarkan dan menyerap aspirasi gerakan-gerakan akar rumput. Gerakan akar rumput itu, harus menjadi motivasi pemerintah dalam melakukan perubahan-perubahan dari sisi kebijakan sesuai target.

"Exclusion by Gender Index dari V-Dem berbicara soal aksesibilitas yang dirasakan perempuan dari kebijakan yang diimplementasikan pemerintah. Semakin mendekati skor 0, maka tingkat eksklusi dari negara semakin rendah," kata Aldy.

Sedangkan Analis Utama Maha Data dan Gender LAB 45, Ayu Gendis Wardani menyoroti Indeks Ketimpangan Gender (IKG) dan juga Gender Inequality Index (GII).

"IKG dan GII ini dipakai guna melihat bagaimana pemerintah mengukur pemberdayaan perempuan. Dan, menyandingkannya dengan negara-negara global, terutama negara ASEAN dan Nordik," kata Ayu.

Menurutnya, jika pergerakan dua indikator itu semakin mendekati skor 0, maka tingkat ketimpangan semakin rendah. Penggambaran pemberdayaan perempuan Indonesia sejak 1945, disebutkannya, menunjukkan tren penurunan skor dari tahun ke tahun.

"Terutama signifikan pada tahun 1999 (sesaat setelah Soeharto lengser dari jabatannya sebagai Presiden). Dari nilai 0,696 di tahun 1997 menjadi 0,421 di tahun 1999," demikian Ayu.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya