Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim dirinya telah berhasil mengakhiri tujuh perang sejak kembali ke Gedung Putih Januari lalu.
Namun, analisis para pakar menunjukkan klaim tersebut tidak sepenuhnya akurat.
Dalam pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin, 18 Agustus 2025,Trump memamerkan keberhesilalan sebagai juru damai dalam enam perang.
“Saya sudah menyelesaikan enam perang. Kalau Anda lihat, enam kesepakatan itu semua berakhir damai, tanpa gencatan senjata," kata Trump, seperti dimuat
AFP, Rabu, 20 Agustus 2025.
Sehari kemudian, Selasa, 19 Agustus 2025, di acara "Fox & Friends", Trump menaikkan angka itu menjadi tujuh.
“Kami mengakhiri tujuh perang," ujarnya.
Berikut sejumlah perang yang diintervensi Trump:
1. Perang India-PakistanInsiden penembakan wisatawan di Kashmir sempat memicu ketegangan India-Pakistan pada April lalu.
Pakistan berterima kasih kepada Trump dan bahkan merekomendasikannya untuk Nobel Perdamaian. Namun, India membantah ada peran langsung AS.
2. Konflik Serbia dan KosovoGedung Putih mencatat konflik antara kedua negara ini sebagai konflik yang diselesaikan Trump, tetapi tidak ada ancaman perang antara kedua negara tetangga ini selama masa jabatan kedua Trump, juga tidak ada kontribusi signifikan dari Trump tahun ini untuk memperbaiki hubungan mereka.
Kosovo adalah bekas provinsi Serbia yang mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 2008. Ketegangan terus berlanjut sejak saat itu, tetapi tidak pernah sampai pada titik perang, terutama karena pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin NATO telah dikerahkan di Kosovo, yang telah diakui oleh lebih dari 100 negara.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump menegosiasikan kesepakatan yang luas antara Serbia dan Kosovo, tetapi banyak dari apa yang disepakati tidak pernah dilaksanakan.
3. Konflik Armenia-AzerbaijanAwal Agustus, Trump menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin Armenia dan Azerbaijan di Washington.
Keduanya menandatangani kesepakatan untuk membuka jalur transportasi dan mengupayakan perjanjian damai.
PM Armenia Nikol Pashinyan menyebutnya tonggak bersejarah, sedangkan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memuji Trump karena melakukan keajaiban. Namun, perjanjian final belum ditandatangani dan diratifikasi.
4. Perang Thailand-KambojaSatu-satunya klaim yang relatif mendapat pengakuan luas adalah gencatan senjata Thailand-Kamboja setelah bentrokan perbatasan Juli lalu.
Menurut analis politik Ken Lohatepanont dari University of Michigan, keputusan Presiden Trump yang mengaitkan kesepakatan dagang dengan gencatan senjata berperan signifikan memastikan kedua pihak bersedia duduk di meja perundingan.
5. Perang Israel dan IranTrump dianggap berjasa mengakhiri perang 12 hari. Juni lalu Israel melancarkan serangan terhadap pusat program nuklir dan pangkalan militer Iran.
Israel mengaku ingin menghentikan Iran membangun senjata nuklir, yang dibantah oleh Teheran.
Trump menegosiasikan gencatan senjata antara Israel dan Iran tepat setelah mengarahkan pesawat tempur Amerika untuk menyerang situs nuklir Fordo, Isfahan, dan Natanz milik Iran. Ia secara terbuka mendesak kedua negara untuk mempertahankan gencatan senjata.
6. Konflik Mesir dan Etiopia
Bendungan Grand Ethiopian Renaissance di Sungai Nil Biru telah menyebabkan ketegangan antara Etiopia, Mesir, dan Sudan sejak proyek pembangkit listrik tersebut diumumkan lebih dari satu dekade lalu.
Pada bulan Juli, Etiopia menyatakan proyek tersebut selesai, dengan peresmian yang ditetapkan pada bulan September.
Mesir dan Sudan menentang bendungan tersebut. Meskipun sebagian besar air yang mengalir di Sungai Nil berasal dari Etiopia, pertanian Mesir hampir sepenuhnya bergantung pada sungai tersebut.
Sementara itu, Sudan khawatir akan banjir dan ingin melindungi bendungan pembangkit listriknya sendiri.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump mencoba menengahi kesepakatan antara Etiopia dan Mesir, tetapi gagal mencapai kesepakatan.
Trump menangguhkan bantuan ke Etiopia karena perselisihan tersebut. Pada bulan Juli, ia mengunggah di Truth Social tentang ke keberhasilannya membantu mendamaikan konflik tersebut.
Namun, perselisihan tetap ada, dan negosiasi antara Mesir, Etiopia, dan Sudan terhenti.
7. Perang Rwanda dan Republik Demokratik Kongo
Trump telah memainkan peran kunci dalam upaya perdamaian antara kedua negara tetangga di Afrika ini, tetapi ia tidak sendirian dan konflik ini masih jauh dari selesai.
Kongo Timur, yang kaya akan mineral, telah dilanda pertempuran dengan lebih dari 100 kelompok bersenjata.
Yang paling kuat adalah kelompok pemberontak M23 yang didukung oleh negara tetangga Rwanda, yang mengklaim melindungi kepentingan teritorialnya dan bahwa beberapa dari mereka yang berpartisipasi dalam genosida Rwanda tahun 1994 melarikan diri ke Kongo dan bekerja sama dengan tentara Kongo.
Upaya pemerintahan Trump membuahkan hasil pada bulan Juni, ketika menteri luar negeri Kongo dan Rwanda menandatangani perjanjian damai di Gedung Putih.
Namun, M23 tidak terlibat langsung dalam negosiasi yang difasilitasi AS dan mengatakan tidak dapat mematuhi ketentuan perjanjian yang tidak melibatkan mereka.