Berita

Ilustrasi/RMOL

Bisnis

Semester I-2025: Barito Pacific Catatkan Pertumbuhan Tertinggi, Amman Terendah

SENIN, 04 AGUSTUS 2025 | 08:39 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kinerja indeks LQ45 sepanjang semester I-2025 mayoritas sejalan dengan ekspektasi. 

Indeks LQ45 adalah indeks pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir;

Sebanyak 32 di antaranya telah merilis laporan keuangan semester I-2025. 


PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi perusahaan yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi di semester I-2025

BRPT membukukan pendapatan sebesar 3,22 miliar Dolar AS di semester I-2025. Angka itu meningkat 178,52 persen secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari 1,15 miliar Dolar AS. 

Dari sisi bottom line, laba bersih emiten milik Prajogo Pangestu itu meroket 1.464,89 persen YoY menjadi 539,82 juta Dolar AS per Juni 2025.  

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) justru mencatatkan  kinerja paling buruk. Pendapatan dan laba bersih emiten tambang tembaga dan emas ini turun signifikan. 

AMMN mencatat pendapatannya dio semester pertama ini sebesar 182,59 juta Dolar AS atau melorot 88,21 persen YoY. 

Dari sisi bottom line, AMMN harus menanggung rugi bersih senilai 148,72 juta Dolar AS, berbalik dari laba 475,254 juta Dolar AS. 

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menilai dari emiten menghuni indeks LQ45 yang sudah rilis kinerja, menunjukkan performa yang sejalan dengan ekspektasi. 

Sebanyak 13 emiten atau 43 persen berhasil melampaui dari estimasi Earning Per Share (EPS), sementara sisanya meleset target. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ini terjadi. Menurutnya, pertama, kebijakan suku bunga. 

"Meski Bank Indonesia (BI) sudah memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps), tetapi ini masih membuat NIM perbankan ketat,” katanya, dikutip Senin 4 Agustus 2025. 

Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga meleset dari target EPS. Sedangkan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mampu melampaui target karena CASA yang kuat. 

Kedua, penurunan harga komoditas seperti batubara dan minyak mentah. Hal tersebut membuat EPS, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tak mencapai target. 

Ketiga belanja modal alias capital expenditure (capex) dan kompetisi harga. 

Di sektor telekomunikasi terdapat tekanan dari kompetisi tarif data dan tingginya capex untuk pengembangan infrastruktur.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya