Berita

Partai Keadilan Sejahtera (PKS)/Ist

Publika

PKS Kompromistik di Jakarta

OLEH: TONY ROSYID*
SABTU, 26 JULI 2025 | 05:04 WIB

DKI Jakarta adalah Ibu Kota Negara. Belum pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim). Tak ada yang tahu kapan pindah. Belum ada tanda-tanda jadi pindah. Bahkan, upacara kemerdekaan 17 Agustus bulan depan masih di Jakarta.

Lembaga Eksekutif, Legislatif hingga Yudikatif tampak enggan pindah ke IKN. Banyak alasan yang terkesan dicari-cari oleh tiga lembaga ini untuk tidak pindah ke IKN. Apakah IKN bakal mangkrak seperti Wisma Atlet Hambalang? Atau akan menjadi kantor Gubernur Kalimantan Timur sebagaimana wacana yang berkembang di gedung DPR? Entahlah.

DKI Jakarta masih seksi. Tidak hanya untuk bidang ekonomi, tapi juga politik. Siapa pun yang menjadi Gubernur DKI, ia punya jalur khusus untuk nyapres. Istana ada di depan mata. Memang, perlu perjuangan keras untuk pindah dari kantor selatan (Pemprov DKI Jakarta) ke kantor di sebelah utara (Istana Kepresidenan). Tahun 2014, Joko Widodo alias Jokowi sukses pindah ke istana. Tahun 2024, Anies Baswedan gagal. Bagaimana tahun 2029? 


PKS punya peran signifikan, karena menjadi partai pemenang di DKI. Setelah sukses antarkan Anies Baswedan di Pilgub 2017, PKS mengusung lagi Anies ke istana. Nasib belum berpihak. Banyak yang harus dievaluasi terkait dengan instrumen kemenangan. 

Pelajarannya: "kemenangan tidak ditentukan oleh integritas dan kapasitas". Dua hal ini tidak cukup. Kunci kemenangan ada di strategi. Dengan sistem demokrasi, logistik merupakan salah satu bagian penting dari strategi itu.

Kini, DKI dipimpin oleh kader PDIP. Gubernur dan wakilnya. Keduanya paket PDIP. Tahun 2017-2022 PDIP menjadi pemenang pemilu, tapi Gubernur dipimpin oleh calon PKS dan Gerindra yaitu Anies Baswedan. Saat ini yang terjadi sebaliknya: pemenangnya PKS, tapi gubernurnya dari PDIP. Begitulah politik, tidak ada yang linier. Pilkada dan Pileg punya hukum politiknya sendiri.

Ketika ketua DPRD DKI dipimpin oleh Prasetyo Edi Marsudi, seorang kader PDIP, suasana oposition terasa sekali. Sebagai Gubernur, Anies begitu kerepotan menghadapi kritik dan serangan konsisten, serta berbagai manuver dari kader PDIP di DKI. Termasuk rencana Anies menjual saham bir, juga terganjal oleh ketua DPRD. 

Begitu juga ketika Anies mengupayakan wagub pengganti Sandiaga Uno dari kader PKS, juga terganjal dan gagal. Belum lagi duet PDIP dan PSI, semakin menyulitkan Anies dalam merealisasikan program-programnya. 

Ingat bagaimana manuver PSI terhadap ajang Formula E di Ancol? Anda pasti tidak lupa. Bagaimana pula dengan pembangunan JIS (Jakarta International Stadium). Bukan dinamika yang datang, tapi badai yang menghadang.

Saat ini, PKS nampaknya tampil beda. Sebagai juara dan pemegang kursi ketua DPRD DKI, sikap politik PKS terlihat lebih rasional. PKS memilih untuk memberi dukungan penuh terhadap pembangunan DKI yang dinahkodai oleh kader PDIP. PKS memilih untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dan produktif. Suasana politik Ibu Kota DKI saat ini sangat kondusif. Ini bertolak belakang dengan situasi 2017-2022.

Perbedaan karakter partai dan personal pimpinan menjadi faktor berpengaruh dalam relasi dan dialektika politik di Jakarta. PKS cenderung kalem, sementara PDIP sejak lahir punya pengalaman berhadapan dengan represi Orde Baru. Ini juga yang membentuk karakter berbeda dari keduanya. 

Begitu juga dengan karakter ketua DPRD DKI. Prasetyo sosok yang lantang bahkan keras dan cenderung meledak-ledak. Sebagaimana umumnya kader PDIP yang memang sangat terlatih dan jago berdebat. 

Sementara Khoirudin, ketua DPRD DKI 2024-2029, punya pembawaan yang lebih kalem dan tampil lebih elegan. 

Di samping situasi politik dibawah kekuasaan Prabowo, beda dengan situasi saat Indonesia dipimpin Jokowi. Prabowo lebih kompromis kepada lawan-lawan politiknya dibanding Jokowi. Setidaknya di awal pemerintahan Prabowo ini.

So, bagaimana konstelasi politik DKI menuju 2029, apakah PKS tetap akan menjadi juara dan mampu mengambil alih kekuasaan Pramono Anung di DKI? Bagaimana pula dengan kompetisi menuju istana? Kita tunggu cerita dibalik cerita.


*Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa


Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya