Berita

Ilustrasi (Foto: asiafinancial.com)

Bisnis

Yuan China Runtuh, Dolar AS di Bawah Rp17.000

RABU, 09 APRIL 2025 | 17:30 WIB | OLEH: ADE MULYANA

TEKANAN jual terlihat masih kukuh mendera Rupiah dalam menjalani sesi perdagangan pertengahan pekan ini, Rabu 9 April 2025. Usai merosot curam di sesi perdagangan perdana usai libur lebaran, gerak melemah kembali sulit dihindarkan Rupiah di tengah kian kukuhnya sentimen suram dari eskalasi perang tarif.

Rangkaian laporan terkini yang beredar menyebutkan, langkah tegas dan keras China dalam membalas kebijakan tarif Trump yang justru menuai ancaman balik dari Washington yang segera mengenakan tarif masuk total hingga 104 persen. Sementara kabar terkait lainnya menyebut masih belum terdapatnya celah bagi Trump dan Xi Jinping untuk meredakan eskalasi yang semakin mengkhawatirkan.

Sentimen suram akhirnya kembali bergelayut di Asia hingga menekan nilai tukar sejumlah besar mata uang Asia. Rupiah yang sedianya berpotensi melakukan gerak balik rebound teknikal usai longsor curam di sesi hari sebelumnya, justru kembali merah. Pantauan menunjukkan, Rupiah yang kembali konsisten menjejak zona merah di sepanjang sesi pagi. Situasi sedikit beranjak pada sesi sore, di mana kinerja mata uang Asia mampu mengikis pelemahan. Sejumlah mata uang Asia, seperti: Dolar Hong Kong, Dolar Singapura, Peso Filipina dan Baht Thailand bahkan mampu beralih menguat. Sementara Rupiah masih mencoba beralih positif. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah terpantau bertengger di kisaran Rp16.860 per Dolar AS atau flat usai sempat meninju posisi terlemahnya di kisaran Rp16.969 per Dolar AS.


Sementara pantauan pada NDF market (non deliverable forward) beberapa hari sebelumnya memperlihatkan, posisi Dolar AS yang bahkan telah mulai stabil untuk berada di sekitaran Rp17.000.

Rangkaian sentimen eksternal yang tersedia menunjukkan, sulitnya peluang Rupiah untuk berbalik dan melawan tren pelemaha yang sedang mendera di hampir seluruh mata uang Asia. Laporan dari NDF market  bahkan menyebutkan, nilai tukar Yuan China yang telah mencetak titik terlemahnya sepanjang sejarah pada Rabu pagi dini hari waktu Indonesia Barat dengan menjangkau kisaran 7,42630 sebagai cermin dari rentannya situasi pasar uang Asia.

Sentimen perang tarif yang diyakini masih akan berlangsung panjang dan kini semakin mengancam resesi perekonomian di sejumlah kawasan perekonomian penting, dipastikan menjadi beban serius pelaku pasar hingga beberapa bulan ke depan.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya