Berita

Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif baru/Ilustrasi RMOL

Bisnis

Bakal Negosiasi dengan AS, Indonesia Berencana Tambah Volume Impor

SELASA, 08 APRIL 2025 | 07:30 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Salah satu hal yang menjadi alasan Amerika Serikat (AS) menaikkan tarif impornya terhadap Indonesia adalah karena AS mengalami defisit perdagangan terhadap Indonesia sebesar 18 miliar Dolar AS.

Untuk mengurangi defisit tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia akan menambah volume impor.

Kebijakan ini menjadi salah satu pokok bahasan dalam rapat koordinasi bersama lebih dari 100 asosiasi pengusaha terkait penerapan tarif perdagangan baru AS. 


Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif baru kepada banyak negara-negara, termasuk Indonesia. Tarif balasan atau resiprokal untuk Indonesia adalah sebesar 32 persen. 

Sektor yang paling terdampak dari penerapan tarif AS adalah makanan dan pakaian jadi yang merupakan andalan ekspor Indonesia.

"Terkait dengan tarif dan bagaimana kita meningkatkan impor, arahan Bapak Presiden (Prabowo) bagaimana delta daripada impor ekspor kita yang bisa sampai 18 miliar Dolar AS," kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, dikutip Selasa 8 April 2025. 

Menurut Airlangga, peningkatan volume impor dari AS akan didorong dengan produk-produk yang sudah biasa diimpor. Di antaranya, gandum, kapas, hingga minyak dan gas (migas)

Pemerintah akan mengambil dari 10 produk impor dan ekspor teratas, seperti elektronik, mebel kayu, sepatu, tembaga, hingga emas dari sisi ekspor, dan impor produk semikonduktor.

Tawaran untuk meningkatkan volume impor ini akan dimasukkan dalam proposal yang digodok Indonesia untuk AS sebagai bagian dari negosiasi. Sebelumnya, Airlangga telah menegaskan, Indonesia akan mengedepankan negosiasi dalam menyikapi kebijakan AS. 

Indonesia juga akan mengkaji perhitungan lainnya untuk memenuhi angka defisit tersebut, salah satunya melalui kebijakan non tariff measures.

Saat ini, pemerintah sedang mengkaji beberapa hal dalam menyikapi kebijakan AS. Menurut Airlangga, import tarif Indonesia terhadap produk yang diimpor AS  relatif rendah, yaitu 5 persen. 

"Bahkan untuk wheat maupun soya bean, itu sudah 0 persen," terang Airlangga.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya