KAMIS 20 Februari 2025 menjadi hari penting yang menandai dimulainya kiprah pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah sebagai pemimpin (sejatinya pelayan rakyat Banten) untuk lima tahun ke depan. Sebagai rakyat Banten, saya mengucapkan selamat kepada bapak berdua, semoga menjadi pemimpin yang baik, perhatian, tidak berjarak, dan membawa keceriaan kepada seluruh warga Banten.
Selanjutnya, sangat penting bagi saya untuk menyampaikan sedikit hal di awal tulisan kepada bapak berdua, bahwa saya tidak termasuk pribadi yang suka bertele-tele tetapi juga bukan tipikal pribadi yang langsung tunjuk batang hidung. Sehingga semua ungkapan yang ada dalam tulisan ini merupakan aliran narasi bersifat direct dan sekaligus termoderasi sedemikian rupa. Insya Allah.
Sebenarnya sejak Rabu malam, saya berencana untuk menghadiri acara pelantikan bapak berdua di Jakarta, untuk memenuhi setidaknya tiga misi; antara lain sekedar berbasa-basi untuk menyelamati, sekedar berfoto ria, serta menyampaikan satu pertanyaan yang saya anggap penting untuk diajukan kepada bapak berdua kira-kira beberapa saat setelah acara pelantikan selesai.
Tetapi karena itu merupakan misi mustahil untuk diwujudkan, maka misi untuk mengajukan pertanyaan dengan riang gembira saya alihkan di laman
RMOL. Jadi bapak berdua bisa menjawab pertanyaan ini kapan saja bapak menghendaki, terutama saat bapak berdua benar-benar memiliki waktu luang alias
keur bener-bener salse.
Sembari menunggu momentum itu tiba, saya memutuskan untuk berandai-andai dalam rangka mewakili bapak berdua untuk menjawab satu pertanyaan sebagaimana tercantum di bawah ini.
Pak Andra dan Pak Dim, Bapak berdua telah resmi dilantik sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten untuk lima tahun ke depan. Kira-kira apa makna pelantikan tersebut bagi bapak berdua?Pertama, kami berdua telah diberikan mandat oleh rakyat Banten untuk menggandakan sensitifitas guna melayani mereka setiap saat. Kami harus melihat dengan pandangan jernih dan pikiran terbuka bahwa setiap keluhan rakyat Banten adalah titah bagi kami. Kami berdua menghindari kata ‘aspirasi’ karena diksi itu terlalu jauh dan bernuansa prosedural. Dengan lain perkataan, kami ingin menjadi pelayan yang tanpa jarak dengan rakyat. Sehingga tanpa menyampaikan aspirasipun kami harus tahu serta memenuhi setiap kebutuhan serta harapan rakyat di berbagai bidang.
Kedua, kami berdua sejujurnya memaknai momentum ini dengan perasaan campur aduk; merasa terhormat dan sekaligus perasaan khawatir luar biasa. Terhormat karena diamanahi kesempatan memimpin wilayah dengan sejarah panjang. Kami berdua mengetahui bahwa Banten punya jejak kebesaran sejarah yang merentang sejak ribuan tahun silam. Berbagai benda/bangunan peninggalan sejarah zaman megalitikum yang ditemukan di banyak Lokasi di Banten menunjukkan adanya suatu eksistensi peradaban tua dan tinggi di wilayah ini.
Kita juga tentu tahu bahwa Banten pernah menjadi salah satu entitas politik bercorak Islam (kesultanan) dengan pengaruh yang kuat di kawasan Asia. Kejayaan Kesultanan Banten dengan ciri khas budaya serta kekuatan maritimnya juga terekam dalam berbagai naskah klasik. Para petualang Portugis, Inggris, Belanda dengan jelas mencatat nama-nama kota pesisir masa silam seperti Pontang (1598-1615) , Panimbang (1598), Labuan (1598), dan Tanhara (1608).
Banten juga tercatat menjadi daerah yang rakyatnya dikenal gigih melawan kolonialisme Belanda. Bahkan di saat kesultanan sebagai otoritas politik sempat tercerai dan berada di bawah kendali penjajah, rakyatnya tak pernah sekalipun absen meramaikan khazanah perjuangan hingga masa kemerdekaan.
Kilasan fakta historis tersebut sudah pasti membuat kami berdua merasa terhormat karena diamanahi tugas memimpin daerah dengan atribut kemegahan peradabannya. Kami jelas merasa tertantang untuk mengembalikan nama besar Banten dalam konteks memajukan taraf hidup masyarakatnya, pendidikannya, serta mendorong berbagai kontribusi positif bagi bangsa.
Sementara itu, untuk poin Ketiga, kekhawatiran terbesar kami adalah bila kami berdua gagal untuk mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat Banten. Kami berdua risau bila kami gagal mengentaskan misalnya masalah pengangguran. Kita tahu bahwa Banten berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh BPS per Agustus 2024 menempati peringkat dua nasional dengan presentasi pengangguran di angka 6.68 persen.
Ini jelas bukan kabar yang menggembirakan bagi provinsi yang secara geografis berdekatan dengan Ibu Kota. Lebih buruk lagi bila kita merujuk hasil survei yang dikeluarkan oleh lembaga Goodstats pada 2024 yang menempatkan Banten sebagai provinsi paling tidak bahagia di Indonesia, dengan rasio yang mencapai angka 68,08 persen.
Ketidakbahagiaan warga Banten muasalnya disebabkan oleh adanya ketimpangan penduduk, tingginya angka pengangguran, keterbelakangan pendidikan, serta belum meratanya infrastruktur berkualitas yang kemudian bersalin rupa nmenjadi seabreg persoalan yang dihadapi oleh Banten dewasa ini.
Apa yang tengah dialami Banten dewasa ini sebenarnya lebih dari sekedar realitas, melainkan suatu ironi terbesar bagi daerah yang pernah memiliki kemegahan dengan kejayaan masa lalunya.
Hadirin sekalian pembaca yang budiman, setengah budiman, atau yang tidak budiman sama sekali. Jawaban-jawaban tadi itu sebenarnya sekali lagi merupakan karangan sekaligus harapan dari sang penulis. Saya sangat berharap Pak Andra dan Pak Dimyati bersungguh-sungguh menghayati peran sebagai pemimpin dan pelayan Masyarakat Banten.
Anda berdua harus menunaikan janji-janji populis yang disampaikan ketika masa kampanye, khususnya yang anda berdua janjikan dibidang pemerataan ekonomi, janji sekolah gratis, dan pembangunan infrastruktur ke level pedesaan. Jangan sampai janji-janji suci itu berubah menjadi
fraudulent populism atau populisme yang menipu rakyat.
Bagaimanapun anda berdua sudah dilantik alias secara resmi memperoleh titah dari rakyat sebagai Tuan Besar anda berdua. Suatu titah yang jangan sekali-kali dianggap sederhana. Bila anda berdua mengabaikan titah dan melupakan rakyat, maka bukan tuah (kebaikan) yang akan anda berdua peroleh. Melainkan tulah (keburukan) yang akan anda berdua rasakan baik di kehidupan ini (dunia) maupun di kehidupan yang akan datang (akhirat).
Last but not least, Pak Andra dan Pak Dim, jadilah pemimpin, pelayan dan pengayom yang benar-benar menyayangi rakyat. Datangilah rumah-rumah mereka di pelosok desa dan perkampungan. Lihatlah mereka dengan pandangan yang jernih dan berilah mereka harapan lewat serangkaian tindakan nyata.
Jangan habiskan waktu anda berdua di meja ruangan ber-AC atau bergumul menghabiskan hari dengan kabinet yang semuanya ASN. Karena sekali lagi, rakyat adalah tuan sesungguhnya bagi anda berdua.
Bersambung.
Penulis adalah Alumnus PMII, Direktur Kajian LCH