Berita

Peta proyek Proyek Transportasi Transit Multi-Moda Kaladan (KMTTP) India-Myanmar/Net

Dunia

Percepat Konektivitas Global ke Asia Tenggara, India Genjot Proyek Kaladan Myanmar

JUMAT, 14 FEBRUARI 2025 | 10:30 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

India terus berupaya menerapkan kerangka konektivitas global secara pragmatis dengan memperkuat hubungan regional, khususnya dengan negara-negara Asia Tenggara. 

Sebagai negara dengan peradaban kuat dan visi luas, India diharapkan mampu mempercepat implementasi proyek-proyek konektivitas, termasuk Proyek Transportasi Transit Multi-Moda Kaladan (KMTTP).

Menurut Kementerian Luar Negeri Pemerintah India, proyek ini bertujuan untuk menyediakan konektivitas antara India dan Myanmar dari pelabuhan di pesisir timur India ke pelabuhan Sittwe Myanmar dan selanjutnya ke India Timur Laut melalui Myanmar menggunakan moda transportasi laut, sungai, dan jalan raya untuk memfasilitasi pergerakan barang.

Myanmar, sebagai pintu gerbang ke Asia Tenggara, memiliki peran strategis dalam proyek ini sebagai pusat pertukaran barang, jasa, dan teknologi.

Dengan nilai proyek mencapai 484 juta dolar AS, KMTTP menghubungkan ibu kota Mizoram, Aizawl, ke pelabuhan Sittwe di Myanmar. 

Rute utama proyek ini mencakup jalur laut dari Kolkata ke Sittwe di Myanmar, jalur air pedalaman dari Sittwe ke Paletwa, dan jaringan jalan dari Paletwa ke Zorinpui di Mizoram. 

Alternatif ini memungkinkan India untuk melewati koridor Siliguri yang saat ini menjadi satu-satunya jalur darat utama antara wilayah Timur Laut dan daratan India. 

Dengan terhubungnya Lawngtlai di Mizoram ke pelabuhan Sittwe, jarak yang semula 1.880 kilometer dapat dipersingkat menjadi sekitar 930 kilometer, sehingga menghemat waktu dan biaya transportasi.

Namun, proyek ini menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait dengan konflik di Myanmar. Negara bagian Rakhine, yang menjadi lokasi utama proyek ini, dihuni oleh suku Rohingya dan mengalami ketegangan akibat perang saudara yang sedang berlangsung. 

Menurut pakar Timur Laut, Rajeev Bhattacharyya, India menyadari bahwa proyek tersebut tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dari Tentara Arakan. Selanjutnya, beberapa pertemuan diadakan antara pejabat Tentara Arakan dan pejabat pemerintah India untuk menyelesaikan solusi. 

"Tentara Arakan dilaporkan meyakinkan India bahwa mereka tidak menentang proyek tersebut, tetapi hanya ingin melindungi kepentingan penduduk setempat," ujarnya, seperti dimuat Mekong News pada Jumat, 24 Februari 2025.

Sebagian besar proyek KMTTP telah berhasil diselesaikan, termasuk pembangunan Pelabuhan Sittwe, terminal sungai di Paletwa, serta pengerukan Sungai Kaladan sepanjang 158 kilometer. 

India juga telah menyerahkan enam kapal kargo senilai 81,29 juta dolar AS yang akan digunakan untuk mengangkut barang dari Sittwe ke Paletwa. 

Namun, pembangunan jalan raya Paletwa-Zorinpui masih menghadapi kendala akibat ketidakstabilan politik di Myanmar.

Pada 16-17 Januari 2025, Duta Besar India untuk Myanmar, Abhay Thakur, meninjau operasi Proyek Kaladan di Pelabuhan Sittwe. Sejak diresmikan pada Mei 2023, pelabuhan ini telah menangani lebih dari 150 kapal yang mengangkut berbagai jenis kargo. 

Selama kunjungannya, Duta Besar Thakur bertemu dengan Kepala Menteri Negara Bagian Rakhine untuk membahas inisiatif pembangunan bilateral serta menekankan pentingnya stabilitas kawasan demi kelancaran proyek ini.

Konektivitas India dengan Asia Tenggara melalui Proyek Kaladan diyakini akan membawa manfaat besar bagi pembangunan dan integrasi kawasan. 

Dengan membuka akses pasar dan peluang bisnis baru, proyek ini tidak hanya menguntungkan India tetapi juga negara-negara Asia Tenggara.

Selain mengurangi ketergantungan pada rute perdagangan tradisional, proyek ini juga berkontribusi dalam mempercepat pembangunan regional, integrasi ekonomi, dan kerja sama strategis yang lebih erat antara India dan Asia Tenggara.

Populer

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Isu PIK 2 Bikin Ormas Terlarang Keluar Sarang

Senin, 10 Februari 2025 | 02:45

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

Diperlakukan Seperti Ternak, Tiga Wanita Thailand Dipaksa Hasilkan Sel Telur untuk Pasar Gelap

Selasa, 11 Februari 2025 | 14:00

IKN Sudah Selesai, Mangkrak!

Jumat, 07 Februari 2025 | 15:22

UPDATE

Arab Saudi Larang Alkohol di Piala Dunia 2034

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:38

Megawati Tak Hadiri HUT Gerindra ke-17, PDIP Diwakili Said Abdullah dan Olly Dondokambey

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:26

Muncul Poster Caketum Golkar, Pengamat Prediksi Bisa Berujung Munaslub untuk Geser Bahlill

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:17

Hakim Pakistan Tolak Relokasi, Independensi Peradilan Terancam?

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:05

Emiten Grup Lippo Kaji Rencana Stock Split

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:52

Prabowo Ungkap Kemenangannya di Pilpres 2024 Berkat Dukungan Jokowi

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:32

Wali hingga Wika Salim Pancing Lautan Manusia Berseragam Putih Coklat Bergoyang

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:31

Milad ke-15, Ahlulbait Komitmen Cegah Radikalisme

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:18

Revisi KUHAP Diperlukan untuk Hilangkan Nuansa Kolonial

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:10

Setelah ANI, Giliran Raksasa Musik India Gugat OpenAI

Sabtu, 15 Februari 2025 | 11:51

Selengkapnya