Berita

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump/Net

Dunia

Trump Ingin Gaet Rusia dan Tiongkok untuk Kerja Sama Batasi Senjata Nuklir

JUMAT, 14 FEBRUARI 2025 | 09:29 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan keinginannya untuk bekerja sama dengan Rusia dan Tiongkok guna membatasi persenjataan nuklir.

Dalam sebuah pernyataan, Trump mengungkapkan niatnya untuk berdiskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengenai penerapan batasan pada senjata nuklir.

"Denuklirisasi akan menjadi tujuan dalam masa jabatan kedua saya," ujar Trump saat menjawab pertanyaan wartawan di Ruang Oval, seperti dimuat Reuters pada Jumat, 14 Februari 2025. 

Trump menekankan bahwa ia telah mencapai kesepahaman dengan Putin mengenai pengurangan senjata nuklir selama masa jabatan pertamanya. 

Ia juga menambahkan bahwa Tiongkok sangat terbuka terhadap gagasan tersebut, tetapi upaya itu terhenti karena pandemi Covid-19.

Trump menegaskan bahwa ia akan menghidupkan kembali isu ini dan berencana untuk mengadakan percakapan dengan Putin dan Xi sebagai langkah awal, sebelum mungkin beralih ke pertemuan trilateral.

"Tidak ada alasan bagi kita untuk menghabiskan hampir 1 triliun dolar AS untuk militer. Tidak ada alasan bagi mereka untuk menghabiskan 400 miliar dolar," kata Trump. 

Trump juga menyatakan bahwa lokasi pertemuan bukanlah hal yang utama. Tapi hasil akhirnya yang penting.

Ia menyoroti bahwa dunia telah memiliki cukup banyak senjata nuklir yang mampu menghancurkan bumi berkali-kali lipat. 

"China berusaha mengejar karena mereka sangat tertinggal, tetapi dalam lima atau enam tahun, mereka akan menyamakan kedudukan," tambah Trump.

Pernyataan ini muncul di tengah kekhawatiran mengenai prospek perpanjangan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START), yang merupakan pilar terakhir dalam pengendalian senjata nuklir antara AS dan Rusia. 

START dijadwalkan berakhir pada 5 Februari 2026, dan menurut Rusia, negosiasi mengenai perpanjangannya mengalami jalan buntu.

Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden telah berusaha mendorong Tiongkok untuk terlibat dalam perundingan senjata nuklir, sayangnya tidak mendapatkan hasil yang signifikan.

Populer

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Isu PIK 2 Bikin Ormas Terlarang Keluar Sarang

Senin, 10 Februari 2025 | 02:45

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

Diperlakukan Seperti Ternak, Tiga Wanita Thailand Dipaksa Hasilkan Sel Telur untuk Pasar Gelap

Selasa, 11 Februari 2025 | 14:00

IKN Sudah Selesai, Mangkrak!

Jumat, 07 Februari 2025 | 15:22

UPDATE

Arab Saudi Larang Alkohol di Piala Dunia 2034

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:38

Megawati Tak Hadiri HUT Gerindra ke-17, PDIP Diwakili Said Abdullah dan Olly Dondokambey

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:26

Muncul Poster Caketum Golkar, Pengamat Prediksi Bisa Berujung Munaslub untuk Geser Bahlill

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:17

Hakim Pakistan Tolak Relokasi, Independensi Peradilan Terancam?

Sabtu, 15 Februari 2025 | 13:05

Emiten Grup Lippo Kaji Rencana Stock Split

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:52

Prabowo Ungkap Kemenangannya di Pilpres 2024 Berkat Dukungan Jokowi

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:32

Wali hingga Wika Salim Pancing Lautan Manusia Berseragam Putih Coklat Bergoyang

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:31

Milad ke-15, Ahlulbait Komitmen Cegah Radikalisme

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:18

Revisi KUHAP Diperlukan untuk Hilangkan Nuansa Kolonial

Sabtu, 15 Februari 2025 | 12:10

Setelah ANI, Giliran Raksasa Musik India Gugat OpenAI

Sabtu, 15 Februari 2025 | 11:51

Selengkapnya