Kehadiran aplikasi chatbot asal Tiongkok, DeepSeek, telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat terkait implikasi keamanan nasional.
Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa Dewan Keamanan Nasional sedang meninjau dampak munculnya aplikasi kecerdasan buatan tersebut bagi keamanan Amerika Serikat.
"Dewan Keamanan Nasional sedang meninjau implikasi aplikasi tersebut," kata Leavitt, seperti dikutip dari
Reuters, Rabu 29 Januari 2025.
Ia menambahkan bahwa ini menjadi peringatan bagi industri AI Amerika untuk memastikan dominasi mereka di bidang ini.
Peluncuran DeepSeek telah menyebabkan para investor menjual saham teknologi secara global pada hari Senin, karena kekhawatiran bahwa model AI berbiaya rendah dari Tiongkok dapat mengancam dominasi pasar perusahaan AI berbasis di AS seperti OpenAI dan Google.
Selain itu, para pelaku di pasar kripto juga merasa khawatir.
Kepala bidang kecerdasan buatan dan kripto Gedung Putih, David Sacks, dalam wawancara dengan Fox News, menyatakan kemungkinan adanya pencurian kekayaan intelektual dalam pengembangan DeepSeek.
Ada teknik dalam AI yang disebut distilasi, yang akan sering Anda dengar, dan itu adalah saat satu model belajar dari model lain," kata Sacks dalam wawancara tersebut.
"Saya pikir salah satu hal yang akan Anda lihat selama beberapa bulan ke depan adalah perusahaan AI terkemuka kami mengambil langkah-langkah untuk mencoba dan mencegah distilasi. Itu pasti akan memperlambat beberapa model peniru ini," tambahnya.
DeepSeek, yang diluncurkan pada 15 Januari 2025, telah diunduh lebih dari 2 juta kali.
Namun, aplikasi ini menimbulkan kekhawatiran karena data pengguna AS disimpan di server di Tiongkok, yang memicu masalah keamanan nasional serupa dengan yang dihadapi oleh TikTok. Selain itu, DeepSeek menunjukkan tanda-tanda sensor dengan menghindari topik-topik sensitif bagi pemerintah Tiongkok.
Para ahli juga memperingatkan potensi risiko penggunaan DeepSeek, termasuk penyebaran misinformasi dan kemungkinan eksploitasi data oleh pemerintah Tiongkok.
Meskipun menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di AS dan Inggris, para pejabat menyarankan untuk tidak mengunggah informasi sensitif karena kekhawatiran tentang privasi data dan kepatuhan terhadap regulasi Tiongkok.