SENTIMEN kejut dari kembalinya Donald Trump berkuasa di Gedung Putih akhirnya terwujud. Sikap pelaku pasar terkesan berada dalam ketidakpastian yang sulit ditebak. Terlebih, sejenak usai pelantikan, Presiden Donald Trump langsung mengumbar sejumlah pernyataan yang mengagetkan. Trump dilaporkan menarik keanggotaan AS dari Badan kesehatan Dunia atau WHO.
Trump juga disebutkan sedang mempertimbangkan penaikkan tarif masuk atas produk asal Kanada dan Meksiko sebesar 25 persen. Dengan cepat pernyataan Trump tersebut direspon dengan aksi panik pelaku pasar. Pantauan menunjukkan, nilai tukar Dolar Kanada yang sempat tergerus hingga kisaran 1 persen akibat pernyataan tersebut.
Sementara di sesi perdagangan saham Asia hari kedua pekan ini, Selasa 21 Januari 2025 gerak Indeks.juga terpantau berfluktuasi lumayan tajam akibat pernyataan Trump. Indeks Nikkei di bursa saham Jepang yang sempat mengawali sesi perdagangan pagi dengan melonjak hingga kisaran 1 persen beralih merah meski kemudian mampu kembali ke zona hijau.
Pola tak jauh berbeda juga menimpa Indeks KOSPI (Korea Selatan) dimana setelah sempat melonjak tajam lebih dari 1 persen beralih turun tipis untuk kemudian mampu kembali menjejak zona penguatan moderat. Hingga sesi perdagangan berakhir, sikap pelaku pasar masih didominasi keraguan dan ketidakpastian dalam menghadapi kebijakan Trump.
Indeks Nikkei (Jepang) kemudian menutup sesi dengan naik moderat 0,32 persen di 39.027,98, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) berakhir flat atau turun sangat tipis 0,08 persen di 2.518,03 dan indeks ASX200 (Australia) menanjak 0,66 persen di 8.402,4. Pantauan dari jalannya sesi perdagangan menunjukkan, minimnya sentimen regional yang tersedia hingga memaksa pelaku pasar semakin terfokus perhatiannya pada kebijakan Trump.
Situasi lebih tenang terlihat di bursa saham Indonesia, di mana kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu stabil menjejak zona penguatan. IHSG tercatat membuka sesi dengan naik moderat, namun kemudian mampu mencoba mendaki lebih tinggi hingga menembus level psikologis nya di 7.200. Pantauan memperlihatkan, IHSG yang sempat stabil di atas kisaran 7.200 dengan mencetak titik terkuatnya di 7.221,73. Pernyataan kebijakan Trump kemudian membuat IHSG mengikis penguatan nya hingga sesi pagi berakhir.
IHSG kemudian terkesan konsisten menjejak zona penguatan moderat di sepanjang sesi sore untuk kemudian menutup sesi dengan naik moderat 0,15 persen di 7.181,82. Tinjauan dari jalannya sesi perdagangan juga memperlihatkan, kinerja tiga saham BUMN perbankan yang menonjol dengan melonjak tajam hingga berkontribusi pada gerak positif IHSG.
Terlebih saham PT Bank BRI yang diperdagangkan dengan kode BBRI. Pantauan RMOL menunjukkan kinerja saham BBRI yang konsisten menapak di zona penguatan tajam di sepanjang sesi perdagangan. BBRI kemudian menutup sesi dengan naik signifikan 0,94 persen di Rp4.260 dengan mencetak titik termahalnya di Rp4.380. Serangkaian kabar yang beredar menyebutkan, kalangan investor asing yang telah memulai perburuan terhadap saham favorite tersebut usai mengalami rentetan penurunan tajam dalam beberapa pekan sesi perdagangan sebelumnya.
Tinjauan teknikal terkini pada saham BBRI bahkan telah mengindikasikan akan segera terbentuk nya tren penguatan, sebagaimana terlihat pada chart terkini berikut:
Sumber: finance.yahoo.com.
Kinerja saham BBRI dengan demikian mampu menundukkan sentimen ketidakpastian Trump yang sedang mengguncang bursa Asia. Kinerja serupa juga terlihat pada dua saham BUMN perbankan lain yaitu BMRI dan BBNI. Sementara kinerja sejumlah saham unggulan lain terlihat masih bervariasi. Saham seperti TLKM, ICBP, INDF, SMGR dan PGAS mampu menutup sesi dengan gerak positif.
Sedang sejumlah saham unggulan lain masih kembali terdampar di zona merah, seperti: ADRO, BBTN, UNTR serta JPFA. Catatan RMOL memperlihatkan, tiadanya sentimen domestik signifikan yang tersedia hingga membuat perhatian pelaku pasar di Jakarta lebih terarah pada situasi dan kebijakan terkini dari Presiden AS Donald Trump.