Berita

Menurut Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid/RMOL

Politik

Ekonomi Digital Bisa Hasilkan Rp5,8 Kuadriliun pada 2030

SENIN, 06 JANUARI 2025 | 06:59 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Transformasi digital berpeluang menghasilkan nilai ekonomi hingga 360 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5.832.144.000.000.000 (kurs Rp16.200) pada 2030. Nilai ini setara dengan sepertiga dari nilai ekonomi digital di ASEAN.

Menurut Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, hal itu mampu mendorong visi besar Indonesia dalam mendorong ekonomi digital sebagai motor utama menuju Indonesia Emas 2045. 

"Ekonomi digital Indonesia saat ini menunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan transaksi digital mencapai 90 miliar dolar AS pada 2024, terbesar di Asia Tenggara," kata Meutya dalam keterangan tertulisnya, Minggu 5 Januari 2025.

Dipaparkan Meutya, dominasi sektor e-commerce yang tumbuh 11 persen dengan nilai transaksi sebesar 65 miliar dolar AS , berkat inovasi seperti video commerce. Karena itulah, ia berkomitmen mempercepat transformasi digital yang inklusif dan berdaulat.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur digital, pengembangan talenta digital, dan tata kelola yang adaptif untuk memperkuat ekonomi digital nasional.

Di mana ada tiga pilar utama untuk mendorong transformasi digital. Pertama, infrastruktur digital yang merata mencakup akses dan peningkatan kecepatan internet di seluruh Indonesia.

Kedua, talenta digital yang ditargetkan sebanyak 9 juta pada 2030 melalui program Digital Talent Scholarship. Ketiga, tata kelola ekosistem digital yang menciptakan ruang digital yang aman dan berkelanjutan.

Melihat besarnya potensi ekonomi digital, Meutya mengajak civitas akademika untuk berperan aktif dalam pengembangan ekonomi digital. Caranya melalui kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan dunia usaha.

"Universitas memiliki potensi besar dalam membangun ekosistem digital lokal dan nasional," ucap mantan anggota DPR RI ini.

Meski ekonomi digital memiliki prospek cerah, Meutya juga menyoroti tantangan global, seperti gejolak geopolitik dan fragmentasi ekonomi. Namun, dengan kolaborasi lintas sektor dan inovasi digital, Indonesia optimis menjadi salah satu pemain utama di Asia Tenggara.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya