Berita

Isi Piringku/Kemenkes

Publika

Panduan Gizi Isi Piringku

SABTU, 28 DESEMBER 2024 | 10:45 WIB | OLEH: AHMADIE THAHA

PERNAHKAH Anda mendengar istilah "makanan bergizi adalah makanan yang mengandung nutrisi makro dan mikro"? Sekilas terdengar seperti mantra sakti yang bisa memanggil kesehatan abadi. Begitu abstrak.

Bagi masyarakat kebanyakan, definisi itu lebih menyerupai teka-teki silang: banyak kotak kosong, sedikit petunjuk.
 

Untungnya, Kementerian Kesehatan telah lama hadir dengan solusi praktis: "Isi Piringku" —panduan visual untuk menggambarkan keseimbangan gizi dalam satu piring makan. Ini pengganti konsep "empat sehat lima sempurna."

Tapi benarkah ini solusi, atau hanya seni instalasi modern yang dipamerkan di museum kesadaran soal gizi?
 
Dalam dunia ideal, piring ini terbagi bak pelangi harmoni: dua pertiga (2/3) berisi makanan pokok seperti nasi, roti, atau kentang; dua pertiga (2/3) sayur-sayuran berwarna-warni; sisanya dibagi rata antara (1/3) lauk pauk penuh protein dan (1/3) buah-buahan segar.

Ingat saja, isi piring dibagi empat porsi: 2/3 karbo, 2/3 sayur, 1/3 lauk, 1/3 buah-buahan.
 
Sebagai pelengkap, segelas air putih hadir menyelamatkan tubuh dari ancaman dehidrasi. Apalagi, cara minumnya mengikuti teladan Nabi: duduk, pakai tangan kanan, seteguk demi seteguk, dan tak langsung minum usai makan.

Konsep "Isi Piringku" ini mudah dipahami —hingga piring itu mendarat di meja makan kita.
 
Mari kita bicarakan realitas. Di kantin sekolah atau pondok pesantren, yang konon menjadi salah satu sasaran penerapan Isi Piringku, realisasi panduan ini sering kali menyerupai lelucon visual.

Karbohidrat nasi menumpuk bak Gunung Merapi, sayur-sayuran muncul sekadar sebagai dekorasi (kadang hanya irisan tomat yang malu-malu).
 
Dan protein? Telur dadar setengah iris, atau bahkan seperempatnya, sepertinya sudah dianggap memadai. Padahal, sebutir telur hanya mengandung 13 gram protein, jauh dari kebutuhan 45 gram bagi orang dengan berat badan 60 kg. Sementara buah-buahan lebih sering absen, mungkin karena harganya lebih mahal dari kerupuk.
 
Lalu, kita tanya Badan Gizi Nasional, bagaimana dengan program Makan Bergizi Gratis? Konsepnya mulia, jangan sampai eksekusinya hanya mengundang senyum getir.

Alih-alih menghidangkan Isi Piringku dengan menu empat sehat lima sempurna, program ini jangan sampai cuma menghadirkan kreasi ajaib: mi instan ditemani saus sachet.
 
Gratis memang, tapi apakah anak-anak kita sedang diberi makan atau dihibur dengan karya seni kuliner postmodern? Bisa-bisa program ini bukannya menjadi solusi gizi, tapi lebih sering mengundang pertanyaan eksistensial: apakah gizi itu benar-benar nyata, atau hanya mitos? Faktanya, memberi definisi gizi saja selalu abstrak.
 
Yang menarik, pemerintah sebenarnya tidak salah total. Kementerian Kesehatan sudah memberikan panduan visual yang jelas, lengkap dengan warna-warna ceria yang menggugah selera.

Masalahnya, mengubah konsep ke piring nyata membutuhkan lebih dari sekadar infografis. Ini soal budaya, logistik, dan tentu saja, anggaran.
 
Bagaimana mungkin masyarakat diminta memenuhi porsi sayur dan buah, sementara harga satu kilogram apel lebih mahal dari sebungkus gorengan? Kenyataan ini, plus PPN naik jadi 12%, memaksa kita untuk kreatif. Kalau Isi Piringku terlihat terlalu idealis, mungkin kita butuh versi "Isi Piringku Ekonomis."
 
Bayangkan piring itu diisi dengan nasi putih, sayur bayam yang direbus ala kadarnya, seiris tempe goreng dengan minyak isi ulang, dan pisang kecil setengah masak. Sangat tidak sempurna, tapi realistis karena anggaran kecil. Namun, bukankah itu tetap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi remaja yang tengah tumbuh?
 
Menurut data, remaja membutuhkan sekitar 2200-2500 kalori per hari —kalori adalah satuan energi yang dihasilkan tubuh dari makanan dan minuman yang kita konsumsi. Sayangnya, banyak dari kita lebih sering memenuhi kebutuhan ini lewat mi instan dan teh manis —kombinasi sempurna untuk rasa kenyang palsu dan kenaikan berat badan.
 
Sebagai penutup, mari kita renungkan bersama: apakah Isi Piringku benar-benar membantu kita memahami gizi, atau malah membuat kita semakin bingung? Panduan ini punya potensi besar, tapi tanpa edukasi yang menyentuh akar rumput, serta akses bahan makanan sehat yang terjangkau, ia hanya akan menjadi sekadar wacana.
 
Sampai saat itu, nikmatilah piring Anda apa adanya, entah itu berisi nasi putih dan kerupuk, atau dipenuhi mi instan bertabur bumbu lezat namun misterius.

Siapa tahu, di balik kekacauan itu, ada gizi yang tak terlihat. Karena seperti halnya seni abstrak, mungkin gizi juga soal interpretasi.

Penulis adalah Pemerhati Kebangsaan, Pengasuh Pondok Pesantren Tadabbur Al-Qur'an

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya