Berita

Dubes Kuba untuk Indonesia, Dagmar Gonzales Grau (ketiga dari kiri) menerima kunjungan Ketua Umum Jaringan Media Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, di Kedutaan Besar Kuba di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa, 24 Desember 2024/Istimewa

Politik

65 Tahun Hubungan Indonesia-Kuba, Teguh Santosa: Nyala Api Persahabatan Itu Harus Terus Dinyalakan

SELASA, 24 DESEMBER 2024 | 19:56 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Memasuki usia ke-65 tahun hubungan diplomatik dengan Republik Indonesia, Kedutaan Besar Republik Kuba di Jakarta akan menggelar sejumlah kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hubungan people-to-people

Dubes Kuba untuk Indonesia, Dagmar Gonzales Grau, menginginkan generasi muda di kedua negara terus mengenang dan memetik pelajaran berharga dari hubungan baik yang terjalin sejak lama. 

Hubungan diplomatik kedua negara dimulai pada 22 Januari 1960 ketika Presiden Soekarno berkunjung ke Havana dan melakukan pertemuan bersejarah dengan pemimpin tertinggi Kuba, Fidel Castro. 

Bagi Kuba, kunjungan Bung Karno yang merupakan salah seorang penggagas Gerakan Non-Blok (GNB) bernilai strategis karena dilakukan setahun setelah revolusi yang dipimpin Castro dkk berhasil menggulingkan rezim Fulgencio Batista yang didukung kekuatan nekolim. 

Perjalanan Bung Karno ke Kuba memenuhi undangan Castro yang disampaikan Menteri Perindustrian Kuba ketika itu, Che Guevara, yang mengunjungi Indonesia pada pertengahan 1959.

"Kami ingin generasi muda kedua negara tetap menjaga api persahabatan yang telah dinyalakan pemimpin revolusi kedua negara," ujar Dubes Dagmar Gonzales Grau ketika menerima Ketua Umum Jaringan Media Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, di Kedutaan Besar Kuba di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa, 24 Desember 2024.

Dubes Dagma Gonzales Grau berharap jaringan media yang dipimpin Teguh berkenan menjalin kemitraan untuk membantu peringatan hubungan diplomatik Indonesia dan Kuba.

Saat menerima Teguh, Dubes Dagmar Gonzales Grau didampingi First Secretary Kedubes Kuba Juan Francisco Noyola Ugalde. Sementara Teguh didampingi Ketua Bidang Luar Negeri JMSI, Yophiandi Kurniawan.

Pertemuan Dubes Kuba dan Ketua Umum JMSI antara lain membicarakan bantuan kemanusiaan Kuba untuk Indonesia sesaat setelah Aceh dan kawasan di sekitarnya dihantam gempa dan tsunami yang menewaskan ratusan ribu jiwa pada Desember 2004. Untuk membantu meringankan penderitaan korban, Kuba mengirimkan 25 dokter dan paket obat-obatan.

Dua tahun kemudian, Kuba kembali mengirimkan tim kemanusiaan Henry Reeve International Medical Brigade (HRIMB) ke Indonesia. Kali ini ke Jogjakarta yang dihantam gempa besar pada Mei 2006.

Dubes Dagmar mengatakan, salah satu kegiatan yang akan mereka selenggarakan adalah pameran dan diskusi seputar aksi solidaritas Kuba di Indonesia itu.

Sementara Teguh Santosa yang juga dosen Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengatakan, dirinya sependapat dengan Dubes Dagmar. Hubungan kedua negara tidak pernah mengalami kendala di tengah perubahan lanskap politik global dan tantangan-tantangan baru di depan mata. 

“Upaya untuk menjaga nyala api persahabatan itu harus terus dilanjutkan. Di era digital dan disrupsi informasi saat ini memang ada tantangan baru. Namun peluang baru pun terbuka,” ujar Teguh. 

Dalam pertemuan dengan Dubes Dagmar, Teguh menyerahkan buku berjudul “Buldozer dari Palestina” yang ditulisnya. Buku ini merupakan salah satu kumpulan wawancara Teguh dengan duta besar negara sahabat di Jakarta. 

Selain itu, Teguh juga memperdengarkan musikalisasi puisi berjudul “Kepada Che” yang ditulisnya setelah kunjungan ke Santa Clara, Kuba, pada 2019. Musikalisasi puisi itu menggunakan bantuan kecerdasan buatan (AI). 

Santa Clara di Kuba merupakan kota yang kerap dikaitkan dengan Che Guevara. Di kota itulah, Che Guevara dan pasukan yang dipimpinnya pada akhir Desember 1958 berhasil menghentikan dan menghancurkan pasukan cadangan yang dikirim rezim Batista dari Havana ke Santiago de Cuba.

Pertempuran di Santa Clara menjadi babak yang menentukan kemenangan kaum revolusioner. Pada dinihari 1 Januari 1959, Batista dan para pendukungnya pun melarikan diri dari Kuba.

Populer

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

UPDATE

Sri Mulyani Cuma Senyum Saat Ditanya Isu Mundur

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:35

Guru Besar Unhas Marthen Napang Divonis 1 Tahun Penjara

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:25

Tolak Wacana Reposisi Polri, GPK: Ini Pengkhiatan Reformasi

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:19

Skema Kopdes Merah Putih Logistik Kawinkan Program Tol Laut

Rabu, 12 Maret 2025 | 23:17

Klarifikasi UI: Bahlil Belum Lulus!

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:59

Danantara Tepis Resesi, IHSG Kampiun Asia

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:47

Biadab, Mantan Kapolres Ngada Bayar Rp3 Juta Buat Cabuli Bocah

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:23

Prabowo-Sri Mulyani Bukber

Rabu, 12 Maret 2025 | 22:17

Menag: Tambah Kuota Haji Gampang, Masalahnya Kita Siap Enggak?

Rabu, 12 Maret 2025 | 21:53

75 Tahun Kemitraan, Indonesia-Rumania Luncurkan Logo dan Forum Pariwisata

Rabu, 12 Maret 2025 | 21:52

Selengkapnya