Berita

Anies Baswedan, Pramono Anung dan Rano Karno.

Publika

Program 100 Hari Rasa Anies

SELASA, 10 DESEMBER 2024 | 10:22 WIB | OLEH: AHMADIE THAHA

TAK ada yang lebih menarik dalam panggung politik Jakarta selain sepasang calon yang tampil sejumawa seperti Pramono Anung dan Rano Karno. 

Dengan kemenangan 50,07 persen suara, pasangan nomor urut 03 ini melangkah menuju kursi kekuasaan sambil menjanjikan hal yang tampaknya lebih fantastis dari film-film Si Doel.

Janji mereka sederhana tapi penuh hiperbola: menyelesaikan semua masalah Jakarta dalam 100 hari kerja. Itu jika mereka menang bertarung di MK. Ya, Anda tidak salah baca -- semua masalah. Yakin mereka bisa? Atau Anda justru skeptis sambil bergumam, "Ah, itu kan hanya judul berita buatan wartawan yang ikut berkampanye."

Dalam pidato kampanye akbar di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Pramono dengan percaya diri menjanjikan segalanya secara singkat. Ia menyebut Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS), hingga perhatian khusus bagi lansia dan penyandang disabilitas. Namun, detail lengkapnya baru terungkap belakangan, setelah Pilkada.

Di sinilah, dari penjelasan tim pemenangan Pram-Rano, mulai terlihat bahwa "program baru" mereka sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kebijakan gubernur pendahulu mereka, Anies Baswedan. Mari kita bahas satu per satu "inovasi" mereka yang ternyata sudah sangat akrab di telinga warga Jakarta.

Pertama, mengembalikan warga Kampung Bayam ke Kampung Susun di JIS. Program ini seolah déjà vu, mengingat Anies yang memulai pembangunan Kampung Susun tersebut. Kedua, peningkatan layanan kesehatan untuk lansia. Program ini hanya seperti katalog ulang dari kebijakan yang sudah ada sebelumnya.

Belum cukup? Pasangan Pramono-Rano menjanjikan kantor pelayanan KJP di setiap kecamatan. Lagi-lagi, ini sekadar revisi dari sistem layanan satu pintu yang diterapkan sebelumnya. Ditambah, mereka menawarkan akses wisata edukasi gratis bagi penerima KJP --sebuah upgrade kecil dari program yang sudah berjalan.

Janji-janji lain, seperti membangkitkan kembali sumur resapan, juga tidak baru. Begitu pula janji menggratiskan LRT, MRT, dan Transjakarta untuk 15 golongan masyarakat --sebuah kebijakan lama yang, meskipun menarik, jelas akan membebani APBD.

Namun, ada juga beberapa program yang memberikan sentuhan baru, seperti Benyamin S Award untuk pelestarian budaya Betawi. Ini pasti terdengar manis bagi para seniman lokal. Selain itu, mereka menjanjikan job fair setiap tiga bulan di tingkat kecamatan, yang menyasar kaum pengangguran.

Mengamati program 100 hari kerja ini, sulit mengabaikan kemiripannya dengan program-program Anies Baswedan. Taman buka 24 jam? Ini hanya melanjutkan komitmen Anies untuk ruang publik inklusif. Bantuan operasional untuk tempat ibadah? Lagi-lagi, ini bukan hal baru.

Bahkan program contract farming untuk stabilitas pangan adalah strategi ketahanan pangan yang pernah diterapkan sebelumnya. Sementara itu, kebijakan yang mengizinkan PPSU hanya dengan ijazah SD menimbulkan pertanyaan baru tentang kualitas tenaga kerja di masa depan.

Di balik kemenangan tipis pasangan ini, fakta bahwa sebagian besar warga Jakarta memilih golput atau mendukung paslon lain menunjukkan betapa terpolarisasinya masyarakat. Paslon 01 dan 02, meskipun kalah, tetap membawa suara signifikan yang mencerminkan aspirasi beragam.

Dan mereka yang golput? Sebanyak 3.489.614 orang atau 42,48% dari total pemilih tak menggunakan hak suara mereka. Ini adalah kelompok besar yang mencerminkan skeptisisme terhadap janji-janji besar yang sering kali kosong.

Keberanian Pramono dan Rano menjanjikan "solusi semua masalah" dalam 100 hari patut diacungi jempol. Atau mungkin cukup diberi tepuk tangan perlahan, mengingat kejumawaan mereka ini seperti lirik lagu Kisah Tak Sampai: "Indah terasa indah."

Namun, yang dibutuhkan warga Jakarta bukan sekadar janji besar, melainkan pemimpin yang mampu mewujudkan eksekusi nyata. Jika tidak, semua ini hanya akan menjadi catatan sejarah tentang politisi yang lebih sibuk berbicara daripada bekerja.
Penulis adalah Pemerhati Kebangsaan, Pengasuh Pondok Pesantren Tadabbur Al-Qur'an

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya