Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat (AS) tercatat menurun sebesar 11,9 persen pada Oktober 2024 menjadi 73,8 miliar Dolar AS atau sekitar Rp1.169 triliun.
Angka ini turun dari defisit 83,8 miliar Dolar AS yang tercatat pada bulan sebelumnya.
Seperti dikutip
AFP Sabtu 7 Desember 2024, penurunan ini didorong oleh turunnya angka impor AS sebesar 14,3 miliar Dolar, menjadi 339,6 miliar Dolar AS (Rp5.388 triliun). Penurunan impor terjadi di berbagai sektor, termasuk semikonduktor, minyak mentah, dan barang konsumsi.
Di sisi lain, ekspor AS juga mengalami penurunan meski dalam skala lebih kecil, yakni sebesar 4,3 miliar Dolar menjadi 265,7 miliar Dolar AS (Rp4.214 triliun).
Para ekonom dari High Frequency Economics (HFE) menyebut bahwa penurunan defisit neraca perdagangan dapat memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, mereka juga mengingatkan bahwa penurunan ekspor dapat menjadi hambatan bagi sektor manufaktur dan jasa di AS.
"Menurunnya defisit neraca perdagangan mendukung pertumbuhan produk domestik bruto," tulis para ekonom HFE dalam laporan mereka. "Namun, penurunan nilai ekspor merupakan hambatan bagi output manufaktur dan jasa," tambah mereka.
Ketidakseimbangan perdagangan ini diperkirakan akan menjadi salah satu fokus utama pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump, yang dijadwalkan kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025.
Pasalnya, saat masa kampanye, Trump berkomitmen untuk menurunkan defisit perdagangan AS dengan berbagai kebijakan, termasuk pengenaan tarif tinggi untuk membatasi impor.
Langkah Trump ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan AS pada barang impor, sekaligus mendorong produksi dalam negeri. Meski, dampak dari kebijakan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara lain dan hubungan dagang internasional.