Berita

Said Didu/Net

Politik

Said Didu: Jokowi Mengudeta Negeri Ini

SELASA, 26 NOVEMBER 2024 | 20:53 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) disebut telah melakukan kudeta terhadap partai yang membesarkan namanya. 

Hal itu disampaikan ahli kebijakan publik, Said Didu, dalam keterangannya, Selasa, 26 November 2024. 

Menurut Said Didu, kudeta tersebut dimulai pada November 2015 saat Jokowi mulai meninggalkan partai pendukungnya dan menggandeng oligarki untuk memperkuat kekuasaannya. 

“Saya ingin menjelaskan Jokowi sebenarnya mengkudeta negeri ini dan mengkudeta partai yang mendukungnya itu bulan November 2015. Di saat itu, saya nyoba membongkar (kasus) ‘Papa Minta Saham’, dan dimarahi karena menyinggung oligarki," ungkapnya.  

“Nah di situ saya melihat Pak Jokowi sudah, negara ini sudah dikudeta oleh Jokowi bersama oligarki. Di situlah PDIP ditinggalkan, partai-partai ditinggalkan,” sambung Said Didu.

Said Didu pun menyoroti reshuffle Kabinet Kerja Jokowi pada Juli 2016 sebagai puncak pengaruh oligarki, ketika sejumlah menteri yang dinilai berintegritas, seperti Sudirman Said, Rizal Ramli, dan Anies Baswedan, dikeluarkan dari kabinet. 

“Jadi sebenarnya kita harus menganggap bahwa Jokowi sudah melakukan kudeta bersama oligarki itu 2015 dan berlanjut 2017. Setelah itu Jokowi mengabaikan semua, termasuk ketua partai yang membesarkan Jokowi sekeluarga. Keluarga maksudnya semua,” ucap mantan Sekretaris BUMN ini.

Said Didu juga menyebut oligarki sebagai aktor utama di balik kebijakan-kebijakan Jokowi, termasuk dalam mendukung dinasti politiknya. Terutama terkait keterpilihan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden mendampingi Presiden RI Prabowo Subianto. 

“Nah, siapa yang berkepentingan agar Gibran menjadi (wakil) presiden? Oligarki. Siapa yang berkepentingan agar Prabowo lemah? Oligarki,” tegasnya. 

Said Didu pun menuding pemerintahan era Jokowi sengaja melemahkan pendidikan dan struktur sosial untuk memelihara ketergantungan rakyat kepada bantuan sosial. 

“Kenapa Jokowi melakukan itu? Karena dia tahu IQ orang-orang Indonesia sekarang yang dibikin oleh dia juga itu tinggal 78. 78, IQ 78. Nah, dia pelihara penerima bansos 120 juta orang. Itu yang tiap 3 bulan menunggu bansos. Dia rusak sistem pendidikan nasional sehingga pendidikan sekarang hanya 60 persen pendidikan SD ke bawah. Nah, dia tahu struktur sosial seperti itu maka oligarkilah yang bisa menyelesaikan,” jelasnya. 

Said Didu juga menuding sejumlah kebijakan, seperti Undang-Undang Cipta Kerja dan Proyek Strategis Nasional (PSN), sebagai bukti dominasi oligarki dalam pemerintahan Jokowi. Menurutnya, Undang-undang tersebut adalah pesanan oligarki, tujuannya untuk mengubah arah pembangunan demi keuntungan segelintir orang.  

Ditambahkan Said Didu, berbeda dengan era Bung Karno dan Soeharto, di mana oligarki masih dikendalikan, pemerintahan Jokowi justru memberikan ruang bebas kepada oligarki untuk menguasai negara. 

“Nah, oligarki saat ini, kalau oligarki pada saat Pak Bung Karno, saya bilang itu di halaman rumah. Lempar daging masuk, lempar ayam masuk, itu di luar rumah. Pada saat Pak Harto, itu ada di pavilion. Nggak boleh masuk ruang tamu. Pada saat Jokowi, itu dia ngusir penghuninya, dan dia ada di dalam, di dalam dapur mereka, di dapur mereka. Nah, itulah oligarki, itulah yang menguat,” ujarnya.

Lebih jauh, Said Didu menyerukan perlunya rakyat merebut kembali kedaulatan negara dari cengkeraman oligarki. Ia juga meminta masyarakat mendukung tokoh-tokoh yang berkomitmen mengembalikan kedaulatan rakyat, seperti yang tercantum dalam buku "Paradoks Indonesia" milik Prabowo Subianto.  

"Nah, sekarang dia sangat berkepentingan kepada Fufufafa berlancar. Jadi, yang kita lawan itu adalah mengambil kembali kudeta negara ini oleh oligarki bersama dinasti Jokowi. Itu yang kita harus ambil. Dan kembalikan kedaulatan kepada rakyat dengan mekanisme yang ada,” pungkasnya.

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Tak Patuhi Instruksi Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:26

Andil Besar BPS dalam Pengoplosan LPG

Sabtu, 15 Februari 2025 | 10:11

UPDATE

KPK Sita Bangunan dan Uang Belasan Miliar di Kasus Korupsi BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 25 Februari 2025 | 13:24

KPU Segera Tindaklanjuti Putusan MK Soal PSU

Selasa, 25 Februari 2025 | 13:21

Gegara eFishery, SoftBank dan Temasek Rugi Besar, 90 Persen Modal Investor Terancam Hilang

Selasa, 25 Februari 2025 | 13:14

Hormati Proses Hukum Kejagung, Pertamina Pastikan Layanan Publik Tak Terganggu

Selasa, 25 Februari 2025 | 13:07

MK Anulir Sejumlah Cakada, Komisi II DPR Minta DKPP Periksa KPU-Bawaslu

Selasa, 25 Februari 2025 | 13:06

Dirut Pertamina Raih Penghargaan Green Leadership Utama

Selasa, 25 Februari 2025 | 13:00

Presiden Prabowo Bakal Hadiri Kongres Partai Demokrat

Selasa, 25 Februari 2025 | 12:50

MK Putuskan PSU Pilkada di 24 Daerah, Berikut Daftarnya

Selasa, 25 Februari 2025 | 12:46

Jelang Ramadan Harga Bapok Merangkak Naik, Cabai Rawit Meroket Rp81.700 per Kilogram

Selasa, 25 Februari 2025 | 12:39

Survei Median: Sebagian Besar Publik Yakin Penahanan Hasto Tindakan Hukum Murni

Selasa, 25 Februari 2025 | 12:37

Selengkapnya