Berita

Kader LMND Inggrid Nola/Ist

Politik

LMND Kritik Slogan "Kecantikan" Perempuan dalam Kampanye Pilkada

KAMIS, 21 NOVEMBER 2024 | 05:20 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) melontarkan kritik tajam terhadap slogan kampanye yang mengedepankan seksualitas perempuan dalam kampanye Pilkada.

Misalnya ada slogan “pilih yang cantik” seperti pada kampanye dari salah satu pasangan calon di Pilkada Maluku Utara (Malut). 

Kader LMND sekaligus Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Pengurus Besar Forum Mahasiswa Maluku Utara (PB FORMALUT) Jabodetabek, Inggrid Nola, menilai slogan tersebut tidak hanya merendahkan perempuan, tetapi juga mencerminkan kemunduran dalam pendidikan politik di Indonesia.

“Berabad-abad, standar kecantikan telah didominasi oleh konstruksi patriarki yang menekan perempuan untuk memenuhi ekspektasi kecantikan yang sempit. Kini, di tengah gerakan kesadaran kecantikan yang lebih inklusif, justru muncul kampanye politik yang mengedepankan standar kecantikan palsu,” kata Inggrid kepada awak media, Rabu, 20 November 2024

Ia menyoroti bagaimana standar kecantikan yang sempit, seperti tubuh langsing, kulit cerah, rambut panjang, dan wajah tanpa cela, menciptakan hierarki kecantikan yang memarjinalkan perempuan yang tidak sesuai dengan citra ideal tersebut.

Inggrid menilai bahwa standar kecantikan ini tidak hanya menjadi alat kapitalisme melalui media, tetapi juga merembet ke ranah politik. 

Kampanye yang mengedepankan “kecantikan” sebagai nilai jual dianggap sebagai bentuk pendisiplinan tubuh perempuan yang membahayakan demokrasi.

“Kampanye seperti ini menunjukkan bagaimana wajah dan sensualitas perempuan dimanfaatkan untuk mendulang suara. Partai tidak sungguh-sungguh mencari kader perempuan yang ideologis dan cakap, tetapi lebih memilih mereka yang muda, good looking, atau memiliki hubungan kerabat. Ini adalah bentuk kemunduran politik,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa slogan seperti “pilih yang cantik” adalah cerminan dari politik yang minim gagasan. Di tengah kompleksitas persoalan Malut, seperti ketimpangan sosial, eksploitasi sumber daya alam, dan keterbatasan akses pendidikan serta kesehatan, kampanye seperti ini dianggap tidak memberikan solusi konkret.

Dalam pandangan Inggrid, seksualitas tubuh perempuan dalam kampanye politik adalah bentuk politisasi yang menakutkan. 

“Standar kecantikan yang dipromosikan ini hanyalah alat kontrol kapitalisme dan patriarki. Mereka memanipulasi tubuh perempuan untuk meraih suara tanpa memberikan pendidikan politik yang substansial kepada masyarakat,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa kampanye politik seharusnya menjadi ruang perjuangan gagasan, bukan panggung kontes kecantikan. Normalisasi seksualitas tubuh perempuan hanya akan melanggengkan ketimpangan gender dan memperburuk representasi perempuan dalam politik.

Sebagai aktivis perempuan dan kader LMND, Inggrid menyerukan agar partai politik menghentikan praktik ini dan mulai mengedepankan kaderisasi berbasis ideologi dan gagasan. 

Menurutnya, Malut membutuhkan pemimpin yang membawa visi besar untuk kepentingan masyarakat, bukan sekadar wajah cantik yang dijadikan komoditas politik.

“Kita harus melawan normalisasi ini dan membangun kesadaran kolektif bahwa perempuan dalam politik bukanlah objek, melainkan subjek perjuangan. Seksualitas tubuh perempuan dalam kampanye harus dihentikan, karena ini bukan hanya merendahkan perempuan, tetapi juga menghancurkan kualitas demokrasi kita,” jelasnya. 

Dengan kritik ini, Inggrid mengingatkan bahwa politik sejatinya adalah alat transformasi sosial, bukan arena untuk memperkuat konstruksi patriarki yang mengekang perempuan.

“Politik adalah ruang perjuangan gagasan, bukan ajang pamer penampilan. Saat tubuh perempuan dijadikan alat mendulang suara, maka kita telah kehilangan arah dalam membangun demokrasi yang bermartabat,” tutupnya.

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya