Berita

Ilustrasi/RMOL

Bisnis

Pengamat: Kenaikan PPN 12 Persen Strategis untuk Dorong Visi Indonesia Emas 2045

RABU, 20 NOVEMBER 2024 | 20:24 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen yang akan diterapkan mulai awal tahun 2025 mendatang menjadi salah satu langkah pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Kepala Ekonomi Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa kenaikan tarif PPN ini akan memberikan dampak positif terhadap pendapatan negara, sehingga mampu menopang berbagai proyek pembangunan berkelanjutan guna mendukung realisasi Visi Indonesia Emas 2045.

"Dalam jangka panjang, peningkatan penerimaan pajak dapat berkontribusi pada Visi Indonesia Emas 2045, yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia negara maju dan salah satu dari lima ekonomi terbesar di dunia," kata Josua kepada RMOL, pada Rabu 20 November 2024.

Ia menambahkan, dibandingkan pajak penghasilan yang bergantung pada laba bisnis, PPN lebih stabil terhadap perubahan ekonomi karena diterapkan pada berbagai transaksi konsumsi. 

Dengan tarif 12 persen, Indonesia, kata Josua akan mendekati rata-rata global sebesar 15 persen dan tarif yang berlaku di kawasan ASEAN, sehingga menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif.

Selain meningkatkan penerimaan negara, kenaikan PPN juga dinilai mampu menekan defisit anggaran dan mengurangi ketergantungan pada utang, terutama setelah lonjakan pengeluaran selama pandemi Covid-19.

Sebaliknya, jika rencana kenaikan tarif PPN ini tidak dilakukan, pemerintah berisiko kehilangan potensi pendapatan yang signifikan. Hal tersebut, kata Josua dapat menghambat pendanaan program strategis, meningkatkan beban utang, hingga mengurangi daya saing ekonomi Indonesia di tingkat global.

"Risiko fiskal jangka panjang meningkat karena pemerintah mungkin harus lebih bergantung pada pinjaman untuk menutup defisit. Reformasi pajak yang tidak progresif (juga) dapat memperlambat perbaikan struktur fiskal dan membuat Indonesia kurang kompetitif di wilayah tersebut," pungkasnya.

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Pangkas Anggaran Kementerian, Prabowo Lebih Peduli Rakyat Kecil

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:30

Bursa Asia Menguat di Selasa Pagi

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:22

Guncangan Politik Rumania, Presiden Klaus Iohannis Pilih Mundur

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:19

Butuh 15 Regulasi Kewenangan Khusus Pasca Status Berubah Jadi DKJ

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:17

Jokowi Harusnya Tak Olok-olok SBY soal Hambalang

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:14

Kebijakan Trump Bikin Dolar AS Menguat di Selasa Pagi

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:05

Bursa Eropa Sumringah, Indeks Utama Kompak Naik

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:42

Menuju Bahaya Oligarki

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:29

Saham-saham Teknologi Melonjak, Bursa AS Ditutup Menghijau

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:18

Mbak Ita dan Suaminya Dikabarkan Kembali Diperiksa Hari Ini

Selasa, 11 Februari 2025 | 08:10

Selengkapnya