Berita

Akbar Azmi H/Net

Publika

Data Fakta Wilayah Penentu Kemenangan Pemilu AS

OLEH: AKBAR AZMI H.*
RABU, 06 NOVEMBER 2024 | 15:23 WIB

PADA pemilu Amerika Serikat tahun 2024, persaingan antara Kamala Harris dan Donald Trump terpusat pada beberapa negara bagian kunci yang masing-masing memiliki karakter politik identitas yang khas.  

Michigan, Wisconsin, dan Pennsylvania adalah negara bagian yang memainkan peran penting dalam pemilu presiden Amerika Serikat dalam dekade terakhir, dengan hasil yang sering kali menentukan arah politik nasional. 

Di Rust Belt "Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania "pemilih kelas pekerja dan serikat buruh adalah faktor penentu, dengan Harris menarik simpati pemilih perkotaan dan minoritas, sementara Trump kuat di daerah pedesaan. 


Di Georgia dan North Carolina, demografi pemilih kulit hitam dan suburban perempuan mendukung Demokrat, meskipun pemilih konservatif tetap kuat bagi Trump di pedesaan.

Berdasarkan Historical Data (www.270towin.com) yang ditelaah, pada tahun 2012, Barack Obama dari Partai Demokrat berhasil memenangkan Michigan dengan dukungan kuat, meraih 54,6 persen suara, mengalahkan Mitt Romney dari Partai Republik. 

Namun, empat tahun kemudian, Michigan mengalami pergeseran yang signifikan ketika Donald Trump, kandidat dari Partai Republik, berhasil mengambil alih negara bagian ini dengan 47,3 persen suara, menang tipis dengan selisih sekitar 0,3 persen. Kemenangan Trump ini mengguncang peta politik Michigan, menunjukkan adanya perubahan sikap di kalangan pemilih negara bagian tersebut. 

Pada tahun 2020, Joe Biden, kandidat Demokrat, merebut kembali Michigan dengan perolehan suara 50,6 persen, unggul dari Trump dengan selisih sekitar 2,8 persen.

Di Wisconsin, Obama juga menunjukkan kekuatan Demokrat pada tahun 2012 dengan meraih 53,5 persen suara. Namun, pada 2016, Trump membuat kejutan besar dengan memperoleh 47,9 persen suara, memanfaatkan ketidakpuasan di kalangan pekerja dan warga kelas menengah bawah, terutama di wilayah pedesaan. Trump mematahkan dominasi Demokrat di Wisconsin yang telah berlangsung lama. 

Kemudian, pada 2020, Biden kembali mengubah arah Wisconsin dengan memenangkan 49,6 persen suara, unggul tipis dengan selisih sekitar 0,6 persen.

Pennsylvania juga menunjukkan pola yang serupa. Pada tahun 2012, Obama menguasai Pennsylvania dengan 52,1 persen suara. Namun, pada 2016, Trump berhasil menarik dukungan besar dari pemilih kulit putih tanpa latar belakang perguruan tinggi di wilayah pedesaan, meraih kemenangan dengan 48,2 persen. 

Empat tahun setelahnya, Biden berhasil membawa Pennsylvania kembali ke tangan Demokrat pada tahun 2020 dengan 50,0 persen suara, menang tipis dengan selisih sekitar 1,2 persen.

Ketiga negara bagian ini menjadi medan pertempuran ketat dalam pemilu-pemilu terkini, mencerminkan dinamika politik Amerika yang terus berkembang di kalangan pemilih yang selalu berubah arah sesuai tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi.

Berbicara data dari wilayah negara lain, Arizona dan Nevada menawarkan medan yang lebih seimbang, di mana populasi Latin yang signifikan berperan penting bagi Demokrat. Strategi kedua kandidat bergantung pada kemampuan untuk memobilisasi kelompok-kelompok kunci ini, mengandalkan isu-isu ekonomi dan nilai-nilai budaya untuk menyentuh identitas unik tiap negara bagian. Dengan dinamika identitas politik yang beragam, hasil pemilu akan sangat bergantung pada keberhasilan mereka menarik suara di negara bagian swing yang menentukan.

Beberapa wilayah baru menjadi kunci kemenangan Donald Trump atas Kamala Harris, dengan margin kemenangan yang menarik perhatian. Di South Carolina, Trump diperkirakan meraih dukungan besar, unggul sekitar 12-17 persen, menunjukkan kekuatan Partai Republik di negara bagian konservatif ini. 

Ohio dan Iowa memperkuat basis Trump dengan margin kemenangan masing-masing sekitar 8-10 persen dan 7-9 persen, terutama didukung pemilih pedesaan dan kelas pekerja. 

Di Florida, Trump diprediksi menang tipis dengan 3-5 persen, mengandalkan dukungan komunitas Latino konservatif, sementara Texas memberikan keunggulan sekitar 5-7 persen, mencerminkan dominasi konservatif di pinggiran kota. 

Setiap margin ini menggambarkan kekuatan basis Trump di daerah-daerah dengan identitas politik konservatif yang solid, menunjukkan bahwa mobilisasi isu-isu ekonomi dan budaya menjadi faktor krusial yang akan mengunci kemenangan di negara-negara bagian penting ini.

*Penulis adalah alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang aktif sebagai peneliti South-South Institute

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya