Ilustrasi (Foto: investor.id)
SIKAP pesimis pelaku pasar masih jauh dari sirna, namun sentimen baru menawarkan hiburan untuk setidaknya menahan kemerosotan lebih jauh. Adalah rilis kinerja kuartalan bank terbesar di Asia Tenggara, Bank BRI yang berhasil mencetak laba sebesar Rp45,36 trilliun dalam sembilan bulan pertama tahun 2024.
Kinerja Bank BUMN tersebut sekaligus meyakinkan investor prospek perekonomian yang masih menjanjikan di sepanjang tahun ini. Catatan menunjukkan, raihan laba BBRI yang pada sepanjang tahun 2023 lalu mencapai Rp60 trilliun, di mana besaran ini sangat mungkin akan dilampaui pada tahun ini.
Investor akhirnya mendapatkan sedikit pijakan untuk menahan diri dari aksi tekanan jual lebih jauh. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian mampu mengikis penurunan tajam yang terjadi di sepanjang sesi pagi. Pantauan lebih jauh menunjukkan, harga saham Bank BRI yang diperdagangkan dengan kode BBRI beralih naik 0,21 persen dengan menutup di Rp4.710 setelah sempat menjejak zona merah di sesi awal perdagangan pagi.
Jalannya sesi perdagangan di Jakarta, secara keseluruhan masih dilingkupi sikap pesimis di sepanjang sesi hari ini, Rabu 30 Oktober 2024. IHSG tercatat menutup sesi dengan turun 0,48 persen di 7.569,85. Pantauan lebih jauh juga memperlihatkan, kinerja sejumlah besar saham unggulan yang masih bergulat dalam tekanan jual. Rilis kinerja kuartalan BBRI lumayan membantu meringankan beban tekanan jual yang terjadi.
Saham-saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terlihat masih bergulat di zona merah, seperti: BMRI, BBCA, BBNI, INDF, ICBP, JPFA, UNVR, PTBA, ITMG, SMGR serta CPIN. Sedang saham unggulan lain mampu beralih hijau seperti: BBRI, ASII, ADRO, UNTR serta PGAS.
Sementara laporan dari jalannya sesi perdagangan di Asia menunjukan, kinerja indeks yang mixed akibat sentimen domestik. Indeks Nikkei (Jepang) menutup sesi dengan lonjakan tajam 0,96 persen di 39.277,39. Pelaku pasar di negeri itu mencoba menganrisipasi rilis keputusan Bank Sentral Jepang, BoJ yang diyakini akan mempertahankan suku bunga di kisaran 0,25 persen.
Gerak turun curam mendera indeks ASX200 (Australia), di mana investor menilai rilis data inflasi terkini yang sebesar 2,8 persen atau di bawah ekspektasi sebesar 2,9 persen sebagai pertanda suram. Indeks ASX200 akhirnya menutup sesi dengan turun tajam 0,83 persen di 8.180,4 setelah terhempas tekanan jual massif.
Penurunan curam juga mendera indeks KOSPI (Korea Selatan) yang tergerus 0,92 persen setelah menutup di 2.593,79. Secara keseluruhan, sikap pelaku pasar masih menantikan sentimen penting dari keputusan The Fed menyangkut penurunan suku bunga lanjutan. Investor juga mencoba menggantungkan rangkaian rilis data perekonomian terkini terutama terkait dengan indeks aktivitas manufaktur di berbagai kawasan.
LKebangkitan Rupiah BerlanjutKabar lebih menggembirakan datang dari pasar uang, di mana nilai tukar Rupiah akhirnya mampu mempertahankan gerak penguatan nya di sesi perdagangan sore ini. Pantauan menunjukkan, Rupiah yang hingga sore ini masih bertengger di kisaran Rp15.690 per Dolar AS atau menguat 0,41 persen.
Gerak menguat Rupiah kali ini tergolong lumayan menghibur di rengah masih suramnya sentimen yang mengelilingi pasar Asia. Sebagaimana dimuat dalam ulasan sebelumnya, masih sulitnya mata uang utama dunia bangkit dari titik terlemahnya secara signifikan, membuat mata uang Asia kesulitan menjejak zona penguatan.
Hingga ulasan ini disunting, mata uang Asia tercatat hanya Rupiah menyisakan Rupee India, Baht Thailand dan Ringgit Malaysia yang masih tercecer di zona merah. Selebihnya mata uang Asia mampu menjangkau zona penguatan, meski dalam rentang terbatas. Sikap pelaku pasar secara keseluruhan masih menantikan langkah penurunan suku bunga lanjutan oleh The Fed. Namun terkhusus pada Rupiah, rilis data inflasi bulanan dan indeks PMI manufaktur terkini pada akhir pekan lusa, nampaknya akan menjadi pertaruhan penting.